Anak, INVESTASI MASA DEPAN

Teruntuk diri ini ketika suatu hari nanti anak kami menjadi santri yang harus jauh menimba ilmu... Ketika kelak Allah bertanya tentang masa mudanya untuk apa ia habiskan? Pada saat itu anak kita akan berkata: "Ya Allah, kuhabiskan masa remajaku, masa mudaku tuk menghafalkan kitabMu... Ya Allah...kukorbankan masa remajaku tuk menuntut ilmu syariatMu... Ya Allah kuhabiskan masa remajaku tuk bisa merasa dekat dengaMu ya Robb... :'( " Maka pada saat itu, anak-anak kita akan sangat berterimakasih kepada orangtuanya karena telah rela berpisah dengan anak kesayangannya demi tujuan mulia... Dan rela berkorban harta demi anaknya bisa masuk ke pondok pesantren yang jauh dari kata mewah... Ummi...abi... Kerinduan yang kalian rasakan insyaAllah berbuah manis.menuai pahala yang tak pernah disangka-sangka sebelumnya... Mungkin kita jarang membaca Al-Qur'an... Bahkan berat tuk menghafalkannya... Namun...karena anak kita tekun membaca di siang dan malamnya, Menghafalkannya... Mengamalkannya... Kelak... Pahala itupun akan mengalir kepada kedua orangtuanya... MaasyaaAllah... Anak sholeh sholehah... Investasi tak ternilai harganya... Jangan mengeluh mereka jauh... Jangan mengeluh mahalnya biaya yang harus dikeluarkan... Jangan mengeluh fasilitas yang tak senyaman di rumah... Jangan mengeluh akan kondisi mereka di pondok. Karena anak-anak kita yang jauh itu... Sejatinya sedang berjihad... Nasihat ust. Muhammad Yusran, Lc., MA., Phd.

Menebar Kebaikan

Petani yang satu ini langganan juara setiap tahun dalam lomba hasil pertanian terbaik. Seorang peneliti bertanya tentang rahasianya, lalu mendapat jawaban: "Saya selalu berbagi bibit unggul dengan tetangga-tetangga saya". Ditanyakan, "Kenapa Anda mau memberikan bibit unggul kepada mereka padahal mereka itu pesaing Anda?" Petani ini menjawab: "Tidakkah Anda tahu bahwa angin membawa benih-benih penyerbukan dan menebarnya dari satu ladang ke ladang yang lain? Jika tetanggaku menanam bibit yang buruk pasti akan memengaruhi hasil tanamanku. Karena itu, jika aku ingin mendapatkan hasil panen yang baik maka aku harus memberi tetanggaku bibit yang lebih baik". Pesan: Orang pertama yang mendapat manfaat dari membahagiakan orang lain adalah mereka yang bermurah hati memberikan kebahagiaan tersebut. "Tidak ada balasan kebaikan kecuali kebaikan (pula)". (ar-Rahman: 60). Menjadi muslim yang berkwalitas unggul tidak cukup hanya menjadi shalih tetapi juga harus mushlih (membantu orang lain menjadi shalih). SenyumPagi😊 -Ust. Aun Rofiq-

Kita bukan penduduk bumi!

*" AKU INGIN PULANG "* Kita bukan penduduk bumi... Kita adalah penduduk syurga... Kita tidak berasal dari bumi... Tapi kita berasal dari syurga... Maka carilah bekal untuk kembali ke rumah... Kembali ke kampung halaman... Dunia bukan rumah kita... Maka jangan cari kesenangan dunia... Kita hanya pejalan kaki dalam perjalanan kembali ke rumahNya. Bukankah mereka yang sedang dalam perjalanan pulang selalu mengingat rumahnya dan mereka mencari buah tangan untuk kekasih hatinya yang menunggu di rumah? Lantas.... Apa yang kita bawa untuk penghuni rumah kita, Rabb yang mulia? Dia hanya meminta amal sholeh dan keimanan, serta rasa rindu padaNya yang menanti di rumah. Begitu beratkah memenuhi harapanNya? Kita tidak berasal dari bumi... Kita adalah penduduk syurga... Rumah kita jauh lebih Indah di sana. Kenikmatannya tiada terlukiskan... Dihuni oleh orang-orang yang mencintai kita... Serta tetangga dan kerabat yang menyejukkan hati. Mereka rindu kehadiran kita... Setiap saat menatap menanti kedatangan kita... Mereka menanti kabar baik dari Malaikat Izrail... Kapan keluarga mereka akan pulang? Ikutilah peta (Al-Qur'an) yang Allah titipkan sebagai pedoman perjalanan... Jangan sampai salah arah dan berbelok ke rumahnya Iblis Laknatullah yaitu jalan ke Neraka Jahannam. Kita bukan penduduk bumi... Kita penduduk syurga.. Bumi hanyalah dalam perjalanan... Kembalilah ke rumah. Selamat berikhtiar saudaraku semua...untuk kembali ke rumah kita di syurga. Bismillah... *_MENCARI JALAN PULANG_* Sdh sering di share.... ttp menurutku perlu terus diingat teman2.....😊😊😊🙏🙏🙏

Ketika mengomentari orang lain

Alhamdulillah. Segala puji hanya milik Alloh Swt. Semoga Alloh Yang Maha Mendengar dan Maha Mengabulkan setiap doa, menggolongkan kita sebagai orang-orang ahli takwa. Sholawat dan salam semoga selalu tercurah kepada baginda nabi Muhammad Saw. Saudaraku, kita sering mudah tergiur untuk mengomentari orang lain. Kita sering lebih mudah terpancing untuk menuduh orang lain salah melakukan ini dan itu. Seperti saat kita menonton pertandingan sepakbola, begitu ringannya kita mengomentari bahkan memarahi pemain yang menurut kita kurang cepat, kurang lincah atau kurang-kurang lainnya. Tentu hal ini bukan hal yang salah apalagi jika komentar kita memang didasari dengan keahlian kita pada urusan yang sedang kita komentari. Akantetapi ada satu hal yang sangat penting kita ingat, yaitu bahwa kegagalan kita memperbaiki orang lain adalah disebabkan kegagalan kita memperbaiki diri sendiri. Kegagalan kita mengajari orang lain adalah disebabkan kegagalan kita mengajari diri sendiri. Berapa banyak orangtua yang mengharapkan anaknya untuk menjadi anak yang sholih atau sholihah, akantetapi keinginan ini tidak sekuat keinginan dirinya untuk menjadi orangtua yang sholih atau sholihah. Berapa banyak guru-guru yang menginginkan agar murid-muridnya menjadi orang yang baik, akantetapi keinginan itu tidak seserius keinginan dirinya untuk menjadi guru yang baik. Kita pun sangat ingin agar orang-orang di sekitar kita bersikap baik kepada kita, tetapi apakah ada keinginan yang kuat pula agar kita menjadi orang yang baik terhadap mereka?! Kesuksesan kita mendakwahi orang lain diawali dengan kesuksesan kita mendakwahi diri kita sendiri. Kesuksesan kita memperbaiki orang lain diawali dengan kesuksesan kita memperbaiki diri sendiri. _Alloh Swt. berfirman, “Mengapa kamu suruh orang lain (mengerjakan) kebajikan, sedang kamu melupakan diri (kewajiban) mu sendiri, adahal kamu membaca al kitab (Taurat)? Maka tidaklah kamu berpikir?” (QS. Al Baqoroh [2] : 44)_ Rosululloh Saw. sukses membawa umat manusia dari zaman jahiliyah kepada zaman yang terang-benderang dengan cahaya hidayah adalah karena beliau senantiasa memulai kebaikan dari diri sendiri. Ibda binnafsik, mulai dari diri sendiri. Sehingga manakala beliau mengajak manusia kepada kebenaran, beliau mengajaknya pula dengan keteladanan. Inilah yang membuat dakwah Islam begitu sangat efektif. Saudaraku, boleh saja kita mengomentari ini itu tentang kesalahan yang orang lain lakukan. Apalagi jika komentar kita itu diniatkan sebagai nasehat-menasehati dalam kebenaran. Tapi, iringilah hal itu dengan semangat memeriksa dan memperbaiki diri sendiri. Semoga Alloh Swt. senantiasa memberi kita taufik dan hidayah-Nya. Aamiin yaa Robbal’aalamiin.[] ** Silahkan bisa di share untuk sahabat dan saudara lainnya. Semoga menjadi jalan amal kebaikan. Aamiin.. ------------------

Bolehkah menolak pinangan lelaki soleh?

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda ﺇﺫﺍ ﺟﺎﺀﻛﻢ ﻣﻦ ﺗﺮﺿﻮﻥ ﺩﻳﻨﻪ ﻭﺧﻠﻘﻪ ﻓﺰﻭﺟﻮﻩ ﺇﻻ ﺗﻔﻌﻠﻮﻩ ﺗﻜﻦ ﻓﺘﻨﺔ ﻓﻲ ﺍﻷﺭﺽ ﻭﻓﺴﺎﺩ ﻛﺒﻴﺮ “Jika datang kepada kalian seorang lelaki yang kalian ridhai agama dan akhlaknya, maka nikahkanlah ia. Jika tidak, maka akan terjadi fitnah di muka bumi dan kerusakan yang besar.” (HR. Tirmidzi. Al Albani berkata dalam Adh Dho’ifah bahwa hadits ini hasan lighoirihi) ______________ Hadits diatas khithabnya adalah ditujukan kepada si wali wanita (yang berhak menikahkan orang yang berada dalam perwaliannya) bukan kepada si pelamar. Sedangkan si wanita itu sendiri ia berhak menolak atau membatalkan lamaran (khitbah) walaupun orang yang melamarnya adalah seorang laki-laki yang shalih (baik agamanya) namun ia tidak menyukainya. Hal ini berdasarkan hadits : seorang janda tidaklah dinikahkan sehingga dimintai pendapatnya. Tidak pula seorang gadis dinikahkan kecuali setelah diminta izinnya..."( HR. Bukhari, Muslim dan tirmidzi, hasan shahih, Al- jami’ fi fiqhi an-Nisaa hal:400). Dalam hadits lain dikatakan, ada seorang gadis menemui Rasulullah lalu bercerita tentang ayahnya yang menikahkannya dengan orang yang tidak ia sukai, maka Rasulullah memberi hak kepadanya untuk memilih.... [HR Ahmad, Abu Dawud, & Ibnu Majah, lihat Kitab Bulughul Maram hadits no 1016] Asy Syaikh Shalih bin Fauzan bin Abdillah Al Fauzan hafidzahullah ditanya tentang bolehnya menolak lamaran lelaki sholeh, beliau hafidzahullah menjawab: “Apabila engkau tidak berhasrat untuk menikah dengan seseorang maka engkau tidaklah berdosa untuk menolak pinangannya, walaupun ia seorang laki-laki yang shalih. Karena pernikahan dibangun di atas pilihan untuk mencari pendamping hidup yang shalih disertai dengan kecenderungan hati terhadapnya. Namun bila engkau menolak dia dan tidak suka padanya karena perkara agamanya, sementara dia adalah seorang yang shalih dan berpegang teguh pada agama maka engkau berdosa dalam hal ini karena membenci seorang mukmin, padahal seorang mukmin harus dicintai karena Allah, dan engkau berdosa karena membenci keteguhannya dalam memegang agama ini. Akan tetapi baiknya agama laki-laki tersebut dan keridhaanmu akan keshalihannya tidaklah mengharuskanmu untuk menikah dengannya, selama tidak ada di hatimu kecenderungan terhadapnya. Wallahu a’lam” (Al Muntaqa min Fatawa Fadilatusy Syaikh Shalih Al Fauzan, 3/226-227, sebagaimana dinukil dalam Fatawa Al Mar’ah Al Muslimah, 2/706-707)

Menikah atau Berjihad?

Pada zaman Rasulullah Sallallahu ‘Alaihi Wasallam Hiduplah seorang pemuda yang bernama Zahid yang berumur 35 tahun namun belum juga menikah. Dia tinggal di Suffah masjid Madinah. Ketika sedang memperkilat pedangnya tiba-tiba Rasulullah Sallallahu ‘Alaihi Wasallam datang dan mengucapkan salam. Zahid kaku dan menjawabnya agak gugup.!!! “Wahai saudaraku Zahid…. selama ini engkau sendiri saja,” Rasulullah Sallallahu ‘Alaihi Wasallam menyapa “Allah bersamaku ya Rasulullah,” kata Zahid.Sambil ter tunduk tak kuasa melihat Ke Agungan beliau. “Maksudku kenapa engkau selama ini engkau membujang saja, apakah engkau tidak ingin menikah…,” kata Rasulullah Sallallahu ‘Alaihi Wasallam. Zahid menjawab, “Ya Rasulullah, aku ini seorang yang tidak mempunyai pekerjaan tetap dan wajahku Tak tampan , siapa yang mahu akan diriku ya Rasulullah?” ” Asal engkau mau, itu urusan yang mudah!!!!” kata Rasulullah Sallallahu ‘Alaihi Wasallam. Sambil tersenyum. Kemudian Rasulullah Sallallahu ‘Alaihi Wasallam memerintahkan Shahabat nya untuk membuat surat yang isinya adalah melamar kepada wanita yang bernama Zulfah binti Said, anak seorang bangsawan Madinah yang terkenal kaya raya dan terkenal sangat cantik jelita. Akhirnya, surat itu dibawa ke rumah Zahid dan ia diserah sendiri oleh Zahid ke rumah Said. Disebabkan di rumah Said sedang ada tetamu, maka Zahid setelah memberikan salam kemudian memberikan surat tersebut dan diterima di depan rumah Said. “Wahai saudaraku Said, aku membawa surat dari Rasul Shalallahu alaihi wasallam yang mulia diberikan untukmu saudaraku.” Said menjawab, “Adalah suatu kehormatan buatku.” Lalu surat itu dibuka dan dibacanya. Ketika membaca surat tersebut, Said agak terperanjat karena tradisi Arab perkawinan yang selama ini biasanya seorang bangsawan harus kawin dengan keturunan bangsawan dan yang kaya harus kawin dengan orang kaya, Akhirnya Said bertanya kepada Zahid, “Wahai saudaraku, betulkah surat ini dari Rasulullah?” Zahid menjawab, “Apakah engkau pernah melihat aku berbohong….” Dalam suasana yang seperti itu Zulfah datang dan berkata, “Wahai ayah, kenapa sedikit tegang terhadap tamu ini…. bukankah lebih baik di persilahkan masuk?” “Wahai anakku, ini adalah seorang pemuda yang sedang melamar engkau supaya engkau menjadi istrinya,” kata ayahnya. Disaat itulah Zulfah melihat Zahid sambil menangis sejadi-jadinya dan berkata.., “Wahai ayah, banyak pemuda yang tampan dan kaya raya semuanya menginginkan aku, aku tak mau ayah…..!” dan Zulfah merasa dirinya terhina. Maka Said berkata kepada Zahid, “Wahai saudaraku, engkau tahu sendiri anakku tidak mau… bukan aku menghalanginya dan sampaikan kepada Rasulullah bahwa lamaranmu ditolak.” Mendengar nama Rasul disebut ayahnya, Zulfah berhenti menangis dan bertanya kepada ayahnya, “Wahai ayah, mengapa membawa-bawa nama rasul Allah...?” Akhirnya Said berkata, “Lamaran ke atasmu ini adalah perintah Rasulullah Shalallahu alaihi wasallam.” Maka Zulfah istighfar beberapa kali dan menyesal atas kelancangan perbuatannya itu dan berkata kepada ayahnya, “Wahai ayah, kenapa sejak tadi ayah berkata bahwa yang melamar ini utusan Rasulullah, kalau begitu segera aku harus dinikahkan dengan pemuda ini. Kerena ingat firman Allah Ta'lla dalam..., Al-Qur’an surah An Nur 24 : Ayat 51. “Sesungguhnya jawaban orang-orang mukmin, bila mereka dipanggil kepada Allah dan Rasul-Nya agar rasul menghukum (mengadili) diantara mereka ialah ucapan. Kami mendengar, dan kami patuh/taat”. Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung. (QS. An Nur 24:Ayat 51)”. Zahid pada hari itu merasa jiwanya melayang layang ke angkasa dan baru kali ini merasakan bahagia yang tiada taranya dan segera melangkah pulang. Sampai di masjid ia bersujud syukur. Rasullah Shalallahu alaihi wasallam pun yang mulia tersenyum melihat gerak-gerik Zahid yang berbeda dari biasanya. “Bagaimana Zahid?” “Alhamdulillah ia diterima ya Rasulallah,” jawab Zahid. “apakah Sudah ada persiapan?” Zahid menundukkan kepala sambil berkata, “Ya Rasul, kami tidak memiliki apa-apa.” Akhirnya Rasulullah menyuruhnya pergi ke Abu Bakar, Uthman, dan Abdurrahman bin Auf untuk membantunya mendapatkan uang untuk menikah. Setelah mendapat kan uang yang cukup banyak, Zahid pergi ke pasar untuk membeli persiapan perkawinan. Tak lama kemudian setibanya di pasar dan bersamaan itu pula ada pengumuman Jihad untuk menegakkan Agama Allah Subhanahu Wa Ta'lla. Zahid Mulai bingung Untuk menentukan Sikap " menikah Atau Berjuang demi Agama Allah Subhanahu Wa Ta'lla, akhir nya dia mencoba kembali lagi Ke masjid, Ketika Zahid sampai di masjid, dia melihat kaum Muslimin sudah siap-siap dengan perlengkapan senjata, Zahid bertanya, “Ada apa ini?” Sahabat menjawab, “Wahai Zahid, hari ini orang kafir akan menghancurkan kita, maka apakah engkau tidak mengetahui?”. Zahid istighfar beberapa kali sambil berkata, “Wah jika begitu uang untuk menikah ini akan aku belikan baju besi dan kuda yg terbaik aku lebih memilih jihad bersama Rasulullah Shalallahu alaihi wasallam dan menunda pernikahan ini. Para sahabat menasihatinya, “Wahai Zahid, nanti malam kamu berbulan madu, tetapi engkau hendak berperang?” Zahid menjawab dengan tegas, “Itu sudah ketetapan Hati ini bersama Al mustafa Rasulullah Shalallahu alaihi wasallam untuk ber jihad” Subhanallah....!!!!. Lalu Zahid membacakan Ayat Al QurAn di hadapan Shahabat nabi Shalallahu alaihi wasallam sebagai berikut.., “Jika bapa-bapa, anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khuatiri kerugiannya dan rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih baik kamu daripada cintakan Allah dan Rasul-Nya (dengan) berjihad di jalan-Nya. Maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang fasik.” (QS At Taubah: Ayat 24). Akhirnya Zahid (Aswad) maju ke medan pertempuran dengan hebat nya beliau pertempur, banyak dari kaum kafirin tewas di tangan nya dan pada akhir nya beliau menemui ke shahidan nya . gugur demi membela akidah Rasulullah Shalallahu alaihi wasallam, Peperangan telah Usai, Kemenangan di rebut oleh bendera Rasul Shalallahu alaihi wasallam senja yg penuh dengan keberkahan ketika Rasullullah Shalallahu alaihi wasallam memeriksa satu persatu yg telah gugur di jalan Allah , sebagai Shuhada Allah Subhanahu Wa Ta'lla. Nampak dari ke jauhan Sosok pemuda Yg bersimbah Darah dengan Luka bekas sebatan pedang..!!!! Rasulullah Shalallahu alaihi wasallam menghampiri jasad pemuda itu sambil meletakkan kepalanya di pangkuan Manusia Agung ini Habiballah. memeluk nya sambil Menangis tersedu2 " bukan kah Enggkau ya Zahid yg hendak menikah Malam ini..???" tapi engkau memilih kerithaan Allah, ber jhad bersama Ku. tak lama kemudian Rasulullah Ter senyum dan memalingkan Muka ke sebalah Kiri karna Malu " karna sesosok bidadari Cantik dari Surga menjemput Ruh Mulia pemuda ini, sambil tersingkap kaki nya, sehingga nampak ke indahan betis nya membuat Rasulullah Shalallahu alaihi wasallam malu. Rasulullah berkata, “Hari ini Zahid sedang berbulan madu dengan bidadari yang lebih cantik daripada Zulfah.” Lalu Rasulullah membacakan Al-Qur’an.., “Janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur dijalan Allah itu mati, bahkan mereka itu hidup di sisi Tuhannya dengan mendapat rezeki. Mereka dalam keadaan gembira disebabkan kurnia Allah yang diberikan-Nya kepada mereka, dan mereka bergirang hati terhadap orang-orang yang masih tinggal dibelakang yang belum menyusul mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati. Surah Ali Imran Ayat 169-170. “Dan janganlah kamu mengatakan terhadap orang-orang yang gugur di jalan Allah, (bahwa mereka itu) mati, bahkan (sebenarnya) mereka itu hidup, tetapi kamu tidak menyadarinya.” (Al Baqarah :Ayat 154). Pada saat itulah para sahabat meneteskan air mata dan Zulfahpun berkata, “Ya Allah, alangkah bahagianya calon suamiku itu, jika aku tidak dapat mendampinginya di dunia, maka izinkanlah aku mendampinginya di akhirat.” *Barakallahu fiikum semoga menginspirasi kita bersama dalam melangkah....*😢 *_Allah Akbar.._*

Pemuda dalam islam

Ini lah pemuda islam ! Usamah bin Zaid 18 tahun; Memimpin pasukan yang anggotanya adalah para pembesar sahabat seperti Abu Bakar dan Umar untuk menghadapi pasukan terbesar dan terkuat di masa itu. Sa’d bin Abi Waqqash 17 tahun; Yang pertama kali melontarkan anak panah di jalan Allah. Termasuk dari enam orang ahlus syuro. Rasul Shallallahu’alahi wasallam bersabda tentangnya: “Ini adalah pamanku, ayo mana paman kalian”. Al Arqam bin Abil Arqam 16 tahun; Menjadikan rumahnya sebagai markas dakwah Rasul Shallallahu’alahi wasallam selama 13 tahun berturut-turut. Zubair bin Awwam 15 tahun; Yang pertama kali menghunuskan pedang di jalan Allah. Diakui oleh Rasul Shallallahu’alaihi wasallam sebagai hawari-nya. Zaid bin Tsabit 13 tahun; Penulis wahyu. Dalam 17 malam mampu menguasai bahasa Suryani sehingga menjadi penterjemah Rasul Shallallu’alalihi wasallam. Hafal kitabullah dan ikut serta dalam kodifikasi Al Qur’an. Atab bin Usaid; Diangkat oleh Rasul Shallallahu’alaihi wasallam sebagai gubernur Makkah pada umur 18 tahun. Mu’adz bin Amr bin Jamuh 13 tahun dan Mu’awwidz bin ‘Afra 14 tahun; Membunuh Abu Jahal, jenderal kaum musyrikin, pada perang Badar. Thalhah bin Ubaidullah 16 tahun; Orang Arab yang paling mulia. Berbaiat untuk mati kepada Rasul Shallallahu’alaihi wasallam pada perang Uhud dan menjadikan dirinya sebagai tameng. Muhammad Al Fatih 22 tahun; Menaklukkan Konstantinopel ibukota Byzantium pada saat para jenderal agung merasa putus asa. Abdurrahman An Nashir 21 tahun; Pada masanya Andalusia mencapai puncak keemasannya. Dia mampu menganulir berbagai pertikaian dan membuat kebangkitan sains yang tiada duanya.. Kisah yang tak terhitung dalam goresan sejarah islam. Cukuplah hal itu sebagai pengingat keagungan pemuda dalam masyarakat islam. Semoga اَللّهُ membimbing kita & anak2 kita menjadi pemuda2 Islam yg tangguh Selamat hari sumpah pemuda 💪

Jangan Risaukan Kematianmu!!

Inilah di antara tulisan terbaik Syekh Ali Thanthawi Rahimahullah: . Pada saat engkau mati, janganlah kau bersedih. Jangan pedulikan jasadmu yang sudah mulai layu, karena kaum muslimin akan mengurus jasadmu . Mereka akan melucuti pakaianmu, memandikanmu dan mengkafanimu lalu membawamu ke tempatmu yang baru, kuburan . Akan ada banyak orang yang mengantarkan jenazahmu bahkan mereka akan meninggalkan pekerjaan nya demi ikut menguburkanmu . Barang barangmu akan dikemas; kunci kuncimu, kitab, koper, sepatu dan sarung,pakaianmu. . Jika keluargamu setuju barang2 itu akan disedekahkan agar bermanfaat untukmu. Atau dibuang agar engkau segera hilang dari kenangan . Yakinlah; dunia dan alam semesta tidak akan bersedih dg kepergianmu. Ekonomi akan tetap berlangsung! Aktivitas tetap berjalan, anak2 dengan cepat kembali tertawa, engkau telah tenggelam dalm episode kenangan . Posisi pekerjaanmu akan diisi orang lain. Hartamu menjadi harta halal bagi ahli waris. Kendaraanmu berpindah tangan, rumahmu diisi orang baru.. Sedangkan kamu yg akan dihisab dan diperhitungkan dari hartamu! . Kesedihan atasmu ada 3; Orang yg mengenalmu sekilas akan mengatakan, kasihan ya . Kawan2mu akan bersedih beberapa jam atau beberapa hari lalu mereka kembali seperti sediakala dan tertawa tawa! . Di rumah ada kesedihan yg mendalam! . Keluargamu akan bersedih seminggu dua minggu, sebulan dua bulan, dan mungkin hingga setahun?? . Selanjutnya mereka meletakkanmu dalam arsip kenangan! . Demikianlah "Kisahmu telah berakhir di tengah2 manusia". . Dan kisahmu yang sesungguhnya baru dimulai, Akhirat!! . Telah musnah kemuliaan, harta, kesehatan, dan anak . Telah engkau tinggalkan rumah, istana dan istri tercinta. Kini hidup yg sesungguhnya telah dimulai . Pertanyaannya adalah: Apa persiapanmu untuk kuburmu dan Akhiratmu?? Hakikat ini memerlukan perenungan. . Usahakan dgn sungguh2; Menjalankan kewajiban kewajiban, hal-hal yg disunnahkan, sedekah rahasia, merahasiakan amal shalih, shalat malam, . Semoga saja engkau selamat . Andai engkau mengingatkan manusia dgn tulisan ini insyaAllah pengaruhnya akan engkau temui dalam timbangan kebaikanmu pada hari Kiamat . Sampaikanlah renungan ini

Mendidik anak ala nabi

┏﷽🍃🔴🔴━━━━━━┓ ۝ *Serial Parenting* ۝ ┗━━━━━━━━🔴🔴🍃┛ 🔹۩۞۞۞۝🕌📚🕌۝۞۞۞۩🔹 ﴾ *Mendidik Anak ala Nabi* ﴿ ♻️ _Bagian 1_ 🔴Lelah mendidik anak? Itu adalah bukti bahwa anda belum menikmati proses dan hasil mendidik anak. 🔴Apakah kita bahagia setelah anak kita sukses (sarjana, dapat kerja, dll)? Itu terlalu lama. Apalagi kalau anaknya banyak. 🔴Anak-anak itu aset. Bukan beban. Anak shalih yang bisa mendoakan orang tuanya, itu aset. Ketika kita meninggal, maka yang paling berhak menshalatkan kita adalah anak kita. Itu aset. Shalat jenazah itu isinya doa semua. Anak itu kekayaan di dunia dan akhirat. 🔴Rasulullah ﷺ bersabda: "Kamu (anak lelaki) dan hartamu milik orang tuamu." (HR. Ibnu Majah, no. 2291) 🔴Artinya, walaupun sudah menikah, orang tua punya hak atas harta kita. Anak-anak yang kita dorong untuk menghafal Al Qur'an 30 juz kelak di hari kiamat yang mendapat keistimewaan bukan hanya anak itu, tapi juga orang tuanya (mahkota). 🔴Hilangkan anggapan bahwa anak-anak itu beban. Anak-anak kita tidak numpang hidup pada kita. Numpang? Anda sombong. Bayi lahir sudah membawa rezekinya. Yang menjadi masalah adalah kita belum "yakin" pada Allah ﷻ dalam masalah rezeki. 🔴Tidak ingin punya anak banyak karena biaya pendidikan mahal? Logis. Tapi itu iman belum berperan. Kalau anak adalah aset, maka kita ingin punya sedikit atau banyak? 🔴Apa fungsinya sabar dan syukur kalau bukan untuk bahagia. Tawakkal. Petani itu bahagia saat tanamannya tumbuh baik, padahal belum panen. Saat hujan turun, padahal belum menanam. 🔴Jadi bahagia itu jangan tunggu panen, jangan tunggu sampai anak besar. Asal prosesnya baik. Kalau seperti ini, maka orang tua akan bahagia sepanjang usia anaknya. 🔴Ada masanya ketika orang tua panen raya. Syaratnya, hanya dengan cara Islam. Mendidik anak itu persis seperti menanam pohon. Allah ﷻ berfirman dalam QS. 3:35-37, didik anak dengan pertumbuhan yang baik. 🔴Di akhir QS. Al Fath berbicara tentang proses pertumbuhan tanaman hingga ia kokoh. Tapi dalam ayat ini Allah ﷻ tidak membahas hingga tanaman tersebut berbuah. Namun hingga tahap ini sudah menyenangkan hati penanamnya. 🔴Allah ﷻ berbicara ini (tanaman) ketika Rasul ﷺ mendidik sahabat-sahabatnya. Dalam surat ini, belum panen saja Allah ﷻ sudah memberikan kebahagiaan. 🔴Anak kita yang menanam siapa? Kita. Setiap proses pertumbuhannya kita merasakan bahagia. 🔴Lalu kapan Allah ﷻ bicara buahnya? Di QS. Ibrahim: 24-25. Baiknya anak kita nanti, maka itu adalah hak Allah ﷻ. Tugas kita adalah menanamnya dengan baik. Semoga kelak Allah ﷻ mengizinkan agar hasilnya baik juga. ♻️ _Bersambung_ 📚 Budi Ashari, Lc. ➖➖➖➖➖➖ ۝Allahu A'lam

Para Pemakmur Masjid

Oleh: Ust Muhammad Mujari,ST. Alhamdulillah, pada hari ini, hari Jum’at yang penuh barokah, marilah kita meningkatkan kualitas keimanan dan ketakwaan kepada Allah subhanahu wa ta’ala. Marilah kita laksanakan perintah-perintah Allah dengan penuh keikhlasan, hanya mengharap Ridho Allah subhanahu wa ta’ala. Mudah-mudah seluruh amal ibadah kita selama ini senantiasa diterima di sisi Allah subhanahu wa ta’ala. Dalam kehidupan yang semakin hari semakin penuh fitnah ini, marilah kita senantiasa berhati-hati. Jangan sampai kita terjerumus ke dalam perbuatan dosa dan maksiat. Dimana perbuatan dosa dan maksiat itu akan mengantarkan pelakunya menuju kehinaan dunia dan akhirat. Kita berlindung kepada Allah, semoga kita terhindar dari adzab Allah yang pedih baik di dunia maupun di akhirat. Dan semoga kita menjadi hamba yang terbaik di sisi-Nya, yakni hamba yang paling bertaqwa, sebagaimana firman-Nya: إِنَّ أَكۡرَمَكُمۡ عِندَ ٱللَّهِ أَتۡقَٰكُمۡ “Sesungguhnya hamba yang yang paling mulia di sisi Allah adalah hamba yang paling bertakwa” (QS. Al-Hujurat [49]:13) Hadirin kaum muslimin rahimakumullah … Memakmurkan masjid adalah bagian dari keimanan. Artinya, kualitas keimanan seseorang dapat dilihat dari seberapa besar perhatiannya terhadap masjid. Seberapa kuat ikatan hatinya terhadap masjid. Pertanyaannya, mengapa masjid? Mengapa bukan istana, kantor, pasar, museum, tempat wisata dan lainnya? Masjid adalah tempat yang paling mulai di dunia ini, maka orang-orang yang dekat dengan masjid adalah orang yang pantas dimuliakan. Masjid adalah rumah Allah (baitullah) yang ada di muka bumi, maka orang-orang yang mendatangi masjid adalah tamu Allah. Ketika Allah memerintahkan manusia untuk menghormati tamu, maka tentunya Allah lebih tahu bagaimana menghormati tamu-tamuNya tersebut. Masjid adalah tempat untuk ruku’ sujud menghadap Allah subhanahu wa ta’ala. Maka orang-orang yang memakmurkan masjid pantas diakui oleh Allah sebagai hamba-Nya. Hadirin kaum muslimin rahimakumullah … Lalu, seperti apakah ciri, sifat dan karakter orang-orang yang memakmurkan masjid? Mari kita perhatikan firman Allah subhanahu wa ta’ala dalam QS. At-Taubah ayat 18, sebagai berikut: إِنَّمَا يَعْمُرُ مَسَاجِدَ اللَّهِ مَنْ آمَنَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ وَأَقَامَ الصَّلاةَ وَآتَى الزَّكَاةَ وَلَمْ يَخْشَ إِلا اللَّهَ فَعَسَى أُولَئِكَ أَنْ يَكُونُوا مِنَ الْمُهْتَدِينَ “Hanyalah yang memakmurkan masjid-masjid Allah ialah orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari akhir, serta tetap mendirikan shalat, menunaikan zakat dan tidak takut (kepada siapapun) selain Allah, maka merekalah yang termasuk golongan orang-orang yang selalu mendapat petunjuk (dari Allah Ta’ala)” Dari ayat tersebut sangat jelas bahwa para pemakmur masjid adalah orang-orang yang memiliki ciri dan sifat: beriman kepada Allah dan hari akhir, senantiasa mendirikan sholat, menunaikan zakat dan mereka tidak takut kepada siapapun selain Allah subhanahu wa ta’ala. Mereka itulah yang Allah ridhoi sebagai orang-orang yang akan mendapat petunjuk-Nya, yaitu petunjuk kepada jalan yang lurus, jalan yang akan mengantarkan ke surga. Hadirin kaum muslimin rahimakumullah … Apakah yang dimaksud memakmurkan masjid? Ibnu Katsir berkata, “Bukanlah yang dimaksud dengan memakmurkan masjid hanya dengan mendirikan fisik bangunan dan menghiasinya saja, akan tetapi memakmurkannya adalah dengan menggunakannya untuk berdzikir kepada Allah dan menegakkan syari’at di dalamnya serta membersihkan dari kotoran maksiat dan syirik.” Dari pendapat tersebut setidaknya difahami ada 2 aspek utama makna memakmurkan masjid. Pertama: memakmurkan masjid dalam aspek fisik, yaitu dengan membangun masjid, memelihara dan menjaganya dari kotoran fisik berupa najis dan sejenisnya. Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam bersabda: مَنْ بَنَى مَسْجِدًا للهِ بَنَى اللهُ لَهُ فِى الْجَنَّةِ مِثْلَهُ (رواه مسلم) “Barang siapa membangun masjid karena Allah maka Allah akan membangunkan baginya bangunan serupa (istana/rumah) di surga.” (HR. Muslim) Kedua: memakmurkan masjid dalam aspek maknawi, yaitu dengan menggunakan masjid untuk melaksanakan ibadah seperti sholat, berdzikir, membaca Al-Qur’an, menuntut ilmu agama dan menjaganya dari kotoran batin berupa syirik dan maksiat. Sesungguhnya memakmurkan masjid bisa dilakukan dengan berbagai amalan syar’i (amalan yang sesuai dengan syariat) yang kita lakukan di masjid. Dan tentu saja amalan itu sangat banyak dan beragam. Akan tetapi dari sekian banyak amalan itu, sholat berjama’ah adalah amalan paling utama dan mudah dilakukan dalam rangka memakmurkan masjid. Imam Ibnu Katsir menukil dengan sanad beliau ucapan shahabat yang mulia, ‘Abdullah bin ‘Abbas radhiallahu’anhu, beliau berkata: “Barangsiapa yang mendengar seruan adzan untuk shalat (berjamaah) kemudian dia tidak menjawabnya dengan mendatangi masjid dan shalat (berjamaah), maka tidak ada shalat baginya dan sungguh dia telah bermaksiat (durhaka) kepada Allah dan Rasul-Nya”. Dari 2 aspek makna memakmurkan masjid tersebut, yang amat penting dan perlu ditekankan akhir-akhir ini adalah aspek maknawi. Karena pada kenyataannya banyak orang yang lebih tergerak untuk membangun masjid berupa fisik bangunan dari pada memakmurkan masjid untuk amal ibadah. Bahkan ada sebagian yang berlebih-lebihan dalam membangun dan menghias masjid. Di sisi lain masjid sepi dari aktifitas-aktifitas amal ibadah. Dalam sebuah hadits disebutkan, dari ‘Abdullah bin ‘Abbas radhiallahu’anhu bahwa Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam bersabda: “Aku tidak diperintahkan untuk menghiasi (atau meninggikan bangunan) masjid (secara berlebihan)”. ‘Abdullah bin ‘Abbas berkata: (Artinya) menghiasinya seperti orang-orang Yahudi dan Nashrani menghiasi (tempat-tempat ibadah mereka) Hadirin kaum muslimin rahimakumullah … Para pemakmur masjid adalah para perindu surga. Mengapa demikian? Setidaknya ada beberapa alasan: Pertama; Pemakmur masjid adalah orang yang menunjukkan bukti benarnya iman, sedangkan benarnya iman adalah kunci surga. Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam bersabda, إِذَا رَأَيْتُمُ الرَّجُلَ يَعْتَادُ الْمَسْجِدَ فَاشْهَدُوا لَهُ بِالْإِيْمَانِ (رواه الترمذى) Apabila kalian melihat seseorang yang mendatangi (memakmurkan) masjid, maka kalian saksikanlah akan keimanannya. (HR. Tirmidzi) Kedua; Pemakmur masjid akan mendapatkan naungan Allah subhanahu wa ta’ala kelak di hari kiamat, dimana tidak akan ada naungan kecuali hanya naungan dari Allah subhanahu wa ta’ala. Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam pernah mengabarkan bahwa akan ada 7 golongan di hari kiamat kelah yang akan mendapatkan naungan dari Allah subhanahu wa ta’ala. Satu diantara 7 gologan tersebut adalah seseorang yang hatinya senantiasa terpaut dengan masjid (mu’allaqun bil masaajid). ... وَرَجُلٌ قَلْبُهُ مُعَلَّقٌ بِالْمَسَاجِدْ (رواه البخاري و مسلم) Ketika seorang hamba telah mendapatkan naungan dari Allah, itu artinya ia akan mendapatkan kenikmatan di surga. Ketiga; Para pemakmur masjid akan mendapatkan derajat yang tinggi dan ampunan dari Allah subhanahu wa ta’ala. Derajat yang tinggi dan ampunan inilah sebagai salah satu jalan menuju surga Allah. Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam bersabda: مَنْ تَطَهَّرَ فِي بَيْتِهِ ثَمَّ مَشَي إِلَى بَيْتٍ مِنْ بُيُوتِ اللهِ لِيَقْضِيَ فَرِيْضَةً مِنْ فَرَائِضِ اللهِ كَانَتْ خُطُوَاتُهُ إِحْدَاهَا تَحُطُّ خَطِيْئَتَهُ وَالْأُخْرَى تَرْفَعُ دَرَجَتَهُ (رواه أحمدن ابن ماجه و الترمذى) “Barang siapa bersuci dari rumahnya masing-masing kemudian berjalan menuju rumah diantara rumah-rumah Allah (masjid) untuk melaksanakan suatu kewajiban diantara kewajiban-kewajiban Allah maka langkah kakinya yang satu akan menghapus kesalahan-kesalahannya dan langkah kaki yang lainnya akan meningkat derajatnya.” (HR. Ahmad, Ibnu Majah dan Tirmidzi) Keempat; Para pemakmur masjid akan mendapatkan ketenangan dan rahmat Allah subhanahu wa ta’ala. Dan karena rahmat Allah inilah kita akan dimaukkan ke dalam surga. Itulah jaminan Allah kepada para pemakmur masjid. Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam bersabda: الْمَسْجِدُ بَيْتُ كُلِّ تَقِيٍّ وَتَكَفَّلَ اللهُ لَهُ بِالرُّوحِ وَالرَّحْمَةِ وَالْجَوَازِ عَلَى الصِّرَاطِ إِلَى رِضْوَانِ اللهِ إِلَى الْجَنَّةِ (رواه الطبرانى) “Masjid itu adalah rumah setiap orang yang bertaqwa, Allah akan memberi jaminan kepadanya bahwa ia akan diberi ketenangan dan rahmat serta kemampuan untuk melintasi shiratal mustaqim menuju keridhaan Allah, yakni surga.” (HR. Thabrani). Hadirin kaum muslimin rahimakumullah … Sungguh sangat jelas dan nyata bahwa para pemakmur masjid adalah orang-orang yang beriman dengan iman yang benar. Mereka senantiasa menegakkan sholat berjamaah di masjid-masjid Allah. Mereka senantiasa menunaikan zakat, infak dan shodaqoh baik kondisi lapang maupun sempit. Mereka tidak takut kecuali hanya kepada Allah. Mereka dijamin dengan keimanan, naungan, derajat yang tinggi, ampunan dan rahmat Allah. Mereka itulah para perindu surga. Marilah kita senantiasa berdoa kepada Allah agar kita manjadi pemakmur-pemakmur masjid Allah dimanapun dan sampai kapanpun kita berada.

Umar...pemimpin yang sederhana

♡♡ PEMIMPIN SEDERHANA♡♡ *** Suatu siang, Sang Kholifah Umar bin Khottob RA.berlarian kebingungan di tengah kota Madinah. Seketika itu bertemu dgn Ali bin Abi TholibRA. Maka bertanyalah Ali; "Hendak kemanakah engkau, wahai Amirul Mu'minin?... Kholifah pun menjawab; "Aku berlarian mengejar unta hasil zakat milik baitul mal yang lepas." Ali pun takjub dan berkata; "Sungguh, engkau telah membuat kesulitan bagi orang-orang yg datang setelahmu." Dengan bergetar Kholifah pun menjawab; "Demi Zat yang mengutus Muhammad dgn kebenaran, jika ada seekor kambing lari ke tepi sungai Eufrat, niscaya Umar akan dimintai pertanggungjawaban pada hari kiamat. " *** Apakah ketakutan Umar kpd Allah seperti takutnya pudak dari pukulan tongkat atau cemeti tuannya?.. Tentu bukan demikian, karena iman telah masuk sampai jiwa raganya, sehingga takutnya seperti takutnya seorang hamba yg mengharap kemuliaan dari sisi Robb-nya, dan malu jika kelak Allah menemuinya dlm keadaan serba kekurangan. *** Allahu A'lam~ yaa Allah, bimbinglah kami.... ¤Rijalul Qur'an¤

ROMANTIS itu...perlu!!!

♡♡Romantis...♡♡ *** "Mii... ada minum.." umi; "ada bi... tuh, di dispenser." (Maksudnya abi di bikinkan teh hangat bakda dzikir dan tilawah subuh, malah suruh ambil sendiri...) #kagakromanblass... *** "Bi... anterin liqo ya..." abi,"pake Gab aja, skrg ada grab wanita kok." (Abi... abi. Bukan itu yg adik mau... kita kan dah lama dak boncengan bareng...?) #kagakromanblass... **** Abi... wa Umi... Yuk kita simak romantisme nabi yg usia beliau saat itu "Baru" Sekitar 55 th. * orang-orang habasyah masuk masjid dan bermain, lalu Rasul berkata kepadaku (Aisyah ra), "Ya... humaira (panggilan mesra Nabi ke Aisyah Ra), maukah engkau melihat mereka?" Lalu aku menjawab."tentu saja." **** Lalu beliau berdiri di depan pintu dan aku datang dengan meletakkan dagu di pundaknya, serta menyandarkan wajahku di pipinya. *** Subhanallah... Allahu Akbar. *** Kisah ini tidak berhenti di sini *** Rasulullah bertanya kepadaku." Sudah cukupkah engkau melihat...?" Dengan manja aku menjawab."wahai Rasul, janganlah tergesa-gesa." Setelah beberapa saat, beliau bertanya lagi,"sudah cukupkah wahai Aisyah?". ... "wahai Rasulullah, janganlah engkau tergesa gesa." *** Lihatlah umi... abi... Dasyat bukan....? Ini belum selesai umi... lihatlah penutup dasyat dari hadist ini... **** Aisyah berkata: "Itu semua bukan karena aku suka melihat pertunjukan itu, akan tetapi aku ingin sekali para wanita mengetahui kedudukan beliau di sisiku dan sebaliknya..." (HR AN NASAI dlm as sunanul kubra jilid 1, no. 8951) hadist sohih. *** Abi .. umi... Yuh... kapan lagi umi.. Kapan lagi abi... Sekaranglah waktunya..!! ☆Rijalul Qur'an☆

Indahnya sabar

قيل لحكيم ماالذي لايحسن وإن كان حقا؟ فقال مدح الرجل نفسه Ahli hikmah ditanya, "Hal apa yang tak baik meski benar?" Jawabnya, "Memuji diri." 🍎 العمل الصالح: الذي لا تريدأن يحمدك عليه أحد إلا الله 'Amal shalih itu; yang kau tak harap dipuji atasnya selain oleh Allah. Sayyidina 'Ali 🍎 الزاهد الذي إذارأى أحداًقال: هو أفضل مني Insan zuhud ialah dia yang tiap melihat seseorang berkata, "Beliau lebih utama dariku." Al Bashri 🍎 لو كانت الدنيا سهلة لما كان الصبر أحد أبواب الجنة Jika dunia hanya berisi segala mudah; tak mungkinlah sabar dijadikan pintu masuk jannah. 🍎 الصبر من الإيمان بمنزلة الرأس من الجسد Kesabaran adalah bagian dari iman; sebanding kedudukan kepala bagi badan. Sayyidina 'Ali 🍎 ما رزق عبد خيرا له و لا أوسع من الصبر Tiada hamba diberi karunia, yang lebih baik& lebih luas daripada kesabaran. {Shahih Al Jami' : 5626} 🍎 من أيقن بالأجر رغب في الصبر Siapa yang yakin terhadap pahala; merasa senang di dalam sabarnya. Di antara sambutan untuk ahli surga, "Salamun 'alaikum bima shabartum." {QS13:24}; sungguh, sabar di dunia adalah sumber selamat di akhirat. 🍎 الصبر كنز من كنوز الجنة وإنما يدرك الإنسان الخير كله بصبر ساعة حسن البصري Sabar adalah 1 di antara perbendaharaan surga. Hanyasanya insan kan meraih kebaikan semuanya, dengan sabar tak berapa lama. Hasan Al Bashri 🍎 وعين الرضا عن كل عيب كليلة ولكن عين السخط تبدي المساويا الإمام الشافعي Mata yang ridha, tumpul merabun terhadapsemua keaiban. Tapi mata yang benci, memusatkan pandangan pada kekurangan. Imam Asy Syafi'i 🍎 Betapa cemburu kita pada ia yang pandai merahasiakan 'amal shalih seakan menyembunyikan aib & dosa. Kebajikannya berakar, tumbuh, & mekar. 🍎 Via: twitter.com/salimafillah

Rahasia Doa Umar bin khatab

Dialah Umar bin Khattab. Salah satu manusia teragung dan paling berpengaruh sepanjang sejarah kehidupan umat manusia. Namanya seringkali disebut beriringan dengan dua manusia agung lainnya; Nabi Muhammad Sallahu alaihi wa sallam dan Abu Bakar Ash Shiddiq. Dikenal sebagai seorang yang teguh dan kokoh sebagai benteng kebenaran. Diantara doa yang sering ia baca adalah: _Allahummaj'al amali kullahu shaalihaa,wa liwajhika khaalishaa, wa laa taj'al li ahadin fiihi syai'a_ Ya Allah jadikanlah aktifitasku seluruhnya menjadi amal shaleh, tulus ikhlas karena Engkau, dan janganlah engkau jadikan sedikitpun bagian darinya untuk siapa pun dari makhlukmu" (Minhaj As-Sunnah An Nabawiyyah, 5/131) Inilah permohonan untuk sebuah produktifitas, sekaligus permohonan ketulusan yang terhingga dalam setiap aktifitas. Mengalir, lepas dan tanpa batas. Dengan ikhlas, seorang bisa menjadi sangat produktif, sebab tak ada lagi sekat pamrih dan berharap imbalan yang menghalanginya untuk terus memberi. Bisa kita bayangkan, bagaimana kalau Rasulullah, Abu Bakar, Umar, dan para shahabat lainnya berharap pamrih manusia dari apa yang mereka lakukan? Maka pasti potensi dahsyat mereka tidak akan keluar dan tidak menggoreskan sesuatu dalam sejarah peradaban umat manusia. Hanya karena mereka berharap hanya kepada Allah, selalu merindukan ridha dan surgaNya yang kenikmatannya tak terbatas, maka segala potensi itu meledak dan terpancar sampai ke seluruh dunia. "Berharap pamrih dari manusia, itulah yang membuat kemampuan dan kapasitas kita menjadi terbatas." kata Ust. Dr. Ahmad Hatta. Beliau memberikan sebuah permisalan yang sangat insipiratif. "Misalkan saya ini adalah penjahit baju yang sangat handal. Saya bisa membuat sebuah baju dengan sangat-sangat bagus. Ust. Nizam datang ke saya meminta saya untuk menjahit bajunya" "Saya tau bahwa Ust. Nizam hanya bisa membayar 50% dari harga baju ini yang sesungguhnya. Maka saya pun membuat baju itu tidak sebaik yang saya bisa, tapi sesuai dengan imbalan 50% yang bisa Ust. Nizam bayarkan. Walaupun hanya dengan kualitas 50%, ternyata Ust. Nizam sudah bahagia dengan hasilnya" Pertanyaannya, dalam keadaan seperti itu siapa yang rugi? Yang rugi adalah saya sebagai penjahit..! Saya jadi rugi dua kali. Pertama, orang akan menilai kapasitas saya sesuai hasil pekerjaan saya yang 50% itu. Nilai diri saya otomatis turun. Kedua, kemampuan saya yang seharusnya 100% semakin lama akan semakin turun menjadi 50%, 25%, 10% dan seterusnya" Maka bekerjalah semaksimal kapasitas yang kita miliki dalam hal apapun. Bukan sebatas imbalan yang kita terima. "Dalam kitab Hilyatul Aulia saya pernah membaca sebuah kisah" lanjut Ust. Hatta. "Ada seorang penjahit yang diminta membuat sebuah baju. Pelanggannya sangat puas karena ternyata hasil jahitannya bagus dan sesuai harapan" "Pelanggannya membayar 100% dari upah jahitnya. Tapi si penjahit hanya mengambil 50% dan mengembalikan sisanya" "Pelanggan terkejut. Silahkan ambil. Baju ini sangat bagus dan ini adalah upahnya" "Apa jawab penjahit? Saya mengerjakan baju ini hanya 50% dari kapasitas kemampuan yang saya miliki. Saya bisa membuatnya jauh lebih bagus lagi. Maka saya hanya mengambil 50% saja dari upahnya" "Inilah contoh orang yang sangat menghargai kemampuan dan kapasitas dirinya. Sementara orang yang melecehkan kemampuannya adalah yang bekerja 50% sementara dia minta bayaran 100%" Maka jangan pernah bekerja selevel ekspektasi orang lain kepad kita, tapi selevel kemampuan yang kita punya. *Ikhlas dan Profesionalisme* Kerja ikhlas itu bukan kerja asal-asalan, tapi kerja yang sangat profesional. "Menurut saya," kata Ust. Hatta lagi, "Indikator ikhlas itu ada tiga, yaitu tujuan, harapan, dan aksi. Tujuannya adalah Allah, harapannya adalah surga, maka aksinya harus 100%" Orang yang ikhlas tujuan utamanya adalah Allah. Dan Allah memiliki kekuasaan yang tidak terbatas. Ridha Allah adalah sesuatu yang paling indah dari apapun juga. Ia pun memiliki harapan mendapatkan surga dengan kenikmatan yang tidak terhingga. Surga itulah yang menjadi penghibur utama ketika menghadapi kehidupan yang turun naik. Ada keindahan di akhir yang bisa kita dapatkan saat kita melangkah sesuai ketentuan Allah. Karena ridha Allah itu mahal, surga itu mahal, maka kita pun harus bekerja dengan maksimal dan sangat profesional. Kita berusaha mengeluarkan semua kapasitas yang kita miliki untuk mendapatkannya. Dengan demikian, produktifitas kita pun menjadi tidak terbendung. Sebab tujuan dan harapannya sangat mahal, tinggi, dan tidak terbatas. Berbeda ketika kita hanya bekerja berharap imbalan manusia. Kita bekerja hanya sesuai imbalan. Maka potensi dan kapasitas kita yang dahsyat itu pun terkubur dalam-dalam. "Dalam segala aktifitas, sesunguhnya kita itu bermuamalah dengan Allah, walaupun tetap berinteraksi dengan manusia. Maka jangan pernah sebut ikhlas kalau belum professional" jelas Ust. Hatta. "Kenapa manusia itu sering tergoda dengan fitnah dunia? Sebab dunia itu sifatnya Ad-Dunuww, dekat. Sementar akhirat itu jauh di akhir. Maka kita sering tergoda mengambil yang ada di dekat tapi melupakan sesuatu yang jauh lebih indah di akhir. Padahal Allah sudah mengatakan _walal akhiratu khairun laka minal ula_ " Dari sinilah kita bisa memahami dahsyatnya keikhlasan. Ia dapat membebaskan diri kita sekat-sekat pamrih, gaji, insentif, dan imbalan, yang sering kali menghalangi kita untuk memberikan yang terbaik sesuai kapasitas yang kita miliki. Saat dunia itu datang setelah kita bekerja, ambil saja. Tapi pandangan mata kita tetap terfokus dengan apa yang ada di akhir yaitu keridhaan Allah dan surga-Nya. Dan saat segalanya kita tujukan untuk sesuatu yang tidak terbatas, maka kita pun bekerja dengan tidak terbatas. "Lepaskan saja dan jangan batasi kemampuan kita" pesan Ust. Hatta. Sejarah telah menceritakan kepada kita bahwa Islam menyebar dengan keikhlasan para pemikul risalahnya. Dan perkembangan Islam tidak bisa dibatasi kecuali umat Islam sendiri yang melemah. Badiuzzaman Said Nursi dalam Rasail Nur pernah menyatakan, "Banyak kejadian telah menceritakan kepada kita bahwa sepuluh orang laki-laki dapat melakukan beban yang seharusnya dipikul oleh 1000 orang dengan keikhlasan, saling membantu, dan musyawarah di antara mereka" (Shaiqalul Islam hal. 484) Di saat menjelang sakaratul maut, ada seseorang yang memuji-muji Umar bin Khathab. Umar hanya berkata, "Jangan katakan itu sekarang..! Katakan itu nanti di hadapan Allah!" Ya. Semua pujian, gaji, dan imbalan hanya akan bermanfaat ketika itu dapat membebaskan kita dari neraka dan memasukkan kita ke dalam surga. "اللهم اجعل عملي كله صالحاً، واجعله لوجهك خالصاً، ولا تجعل لأحد فيه شيئاً" Ya Allah jadikanlah aktifitasku seluruhnya menjadi amal shaleh, tulus ikhlas karena Engkau, dan janganlah engkau jadikan sedikitpun bagian darinya untuk siapa pun dari makhlukmu" ==== 23 Oktober 2017 www.duakhalifah.com

Panggil Aku Maryam!

☆☆☆ MARYAM☆☆☆ Maryam kecil dikenal sebagai wanita yang tekun dan rajin beribadah. Bagaimana tidak, ia tumbuh dan dibesarkan oleh Nabi Zakaria. Tumbuh di lingkungan tempat ibadah, berasal dari keturunan baik dan sholih. Kisahnya terancang sedemikian rupa sebagai tanda kebesaran kekuasaan Allah. Ia disiapkan melalui tarbiyah yang intens dari Allah SWT. Gelar gelarnya sangat menakjubkan: At Thohiroh (Wanita Suci), As Shiddiqoh (membenarkam Kalimat Allah), Al Qonitat (yg terus menerus beribadah, taat dan khusu'), Al Aabidah(rajin ibadah) dll. Hasil didikan sempurna inilah Maryam menjadi pribadi yang tekun, rajin, sabar, tabah, taat, teguh pendirian dan sifat baik lainnya. Maka pantaslah ia dijadikan figur teladan sampai akhir zaman dan diabadikan dlm satu surat di Al Qur'an. Ia satu-satunya nama yg disebut dlm Firman-Nya dlm Kitabullah. Keistimewaannya bahkan tercatat dan di sebutkn dlm beberapa Hadist Rasulallah antara lain: 1. Wanita terbaik pada Zamannya (Hr. Al Bukhori, muslim) 2. Termasuk diantara 4 wanita terbaik di dunia (Hr. Tirmidzi). 3. Termasuk wanita sempurna menyamai laki-laki (HR. Jamaah) ☆☆☆ jadi... kalau Allah dan Rasul-Nya Memuliakan Maryam,... Patutlah kita mengharap kemuliaan serupa utk anak-anak umat Muhammad ini yg diberi nama MARYAM. *** Sekarang... masihkan kita malu memanggil Anak kita... MARYAM...? Smoga Allah mempertemukan Maryam-Maryam Umat Rasulullah ini di JANNATUL FIRDAUS dg MARYAM BINTI IMRON. Amiiin ya... Robb. ☆Zulfa☆Abinya MARYAM☆

Selamat Hari Santri Nasional

Sejarah negeri ini tidak luput dari peran para santri yang turut membela, dan memperjuangkan kemerdekaan tanah air. Dengan teriakan takbir yang menggema, mereka sangat gigih untuk melawan penjajah. . . . Santri era sekarang, harus mampu memberi warna perjuangan dalam bentuk yang berbeda. Masih dengan tema yang sama, menjaga keutuhan dan.kedaulatan NKRI. . . SELAMAT HARI SANTRI NASIONAL 22 Oktober 2017 . . . #selamatharisantrinasional #selamatharisantri #harisantrinasional #harisantri #rijalulQuran #pesantren #pesantrensemarang

Apapun Sekolahnya, Yang Penting Orangtuanya

_Oleh : Hilmi Firdausi_ Senin kemarin, timeline medsos ramai sekali dengan postingan Mahmud dan Pahmud, baik yang Mahmud Pahmud ABAS (Anak Baru Satu) atau ABUBA (Anak Buanyak Banget) 😁 Sekedar lucu-lucuan sih no problemo, apalagi kalau sekolahnya "high class", "sekolah elit", "sekolah bonafit", "sekolah unggulan", ada perasaan bangga (semoga tidak bercampur ujub) pada saat mengantar anak-anaknya ke Sekolah tersebut. Namun ada satu hal yang patut diingat dear mommies & daddies. Sebagus atau semahal apapun sekolah anak-anak kita, sama sekali bukan jaminan untuk menghasilkan anak yang sholih dan sholihah, anak yang berakhlaqul karimah. Saya berkata ini karena sudah hampir 15 tahun mengelola lembaga pendidikan, berinteraksi dengan banyak stakeholder pendidikan, bergaul dengan berbagai kalangan dari dunia pendidikan, sehingga bisa mengambil sebuah kesimpulan, bahwa sekolah terbaik adalah Keluarga, terutama untuk anak-anak sampai dengan usia SD. Adalah sebuah kemustahilan jika kita mengharapkan anak-anak kita berakhlaq baik sedangkan di rumah orangtuanya sering bertengkar, sering marah-marah, sering berkata kasar, juga menjadi Mission (almost) Impossible jika mengharapkan anak-anaknya menjadi anak yang taqwa, rajin sholat (berjamaah di Masjid bagi yang pria), mampu menghafal Qur'an dengan baik, semangat dalam menuntut ilmu terutama Ilmu Agama jika orangtuanya cuek terhadap agama. Ayahnya malas sholat berjamaah di Masjid, Bunda juga seringkali sholat tidak di awal waktu. Ayah Bunda malas menuntut Ilmu Agama, menghadiri Kajian-kajian keislaman, jarang berinteraksi dengan Al-Qur'an, dsb dsb. Perlu sahabat semua ketahui, panutan anak-anak adalah orangtuanya, bukan gurunya. Sebagian anak-anak bahkan bercita-cita ingin seperti orangtuanya. Ayah bagi seorang anak laki-laki adalah role model, sedang bagi anak perempuan Ayah adalah "first love" mereka. Bunda, terlebih seorang Bunda, baik anak laki-laki dan perempuan banyak yang menjadikan sosok bundanya sebagai "malaikat pelindung". Satu rahasia kecil, para ulama dan orang bijak terdahulu jika mendapati anaknya berbuat kurang baik, berkata tidak jujur, sulit diatur, maka mereka pertama akan menyalahkan diri mereka sendiri, bahkan menghukum diri mereka sendiri, "kenapa anak-anak saya bisa seperti ini ? Apakah saya telah berbuat dosa ? Apakah ada makanan haram yang saya berikan untuk anak-anak saya ?" Itulah sejatinya orangtua yang baik. Setiap ada kejadian yang kurang mengenakkan tentang buah hati, mereka langsung bermuhasabah, bukan menyalahkan si anak, bukan menyalahkan orang lain, bukan mengkambinghitamkan sekolah dan lingkungan, walau secara keseluruhan ada juga faktor-faktor pemicu kenakalan anak-anak kita, namun faktor terbesar adalah kelalaian orangtuanya. Jadi, memang baik mencari Sekolah yang terbaik untuk buah hati kita, namun lebih dari itu semua, mari kita sebagai orangtua belajar menjadi guru kehidupan buat anak-anak kita. Guru yang akan terus dikenang "baik dan buruknya" oleh anak-anak kita. Guru yang tidak hanya mengantarkan anak-anak ke gerbang wisuda, tapi lebih jauh mengantarkan mereka masuk ke gerbang Surga. Yuk, sahabat semua, kita berdoa untuk kebaikan anak-anak kita, dan kita juga terus bermohon agar Allah selalu memberikan kekuatan kepada kita untuk menjadi orangtua yang baik, yang menjadi uswatun hasanah buat putra-putri kita, investasi dunia akhirat kita. Semoga Allah ijabah. Aamiin.. #reminder

Jagalah sholatmu

Oleh: Rahmat Ariza Putra Tak kenal maka tak sayang. Peribahasa ini nampaknya menjadi sebab utama, kenapa banyak dari kaum muslimin tidak mengerjakan shalat. Tak usah jauh-jauh untuk melaksanakan sholat sunnah, sholat 5 waktu yang wajib saja mereka tidak kerjakan padahal cukup 10 menit waktu yang diperlukan untuk melaksanakan shalat dengan khusyuk. Bukan sesuatu yang mengherankan, banyak kaum muslimin bekerja banting tulang sejak matahari terbit hingga terbenam. Pertanyaannya, kenapa mereka melakukan hal itu? Karena mereka mengetahui bahwa hidup perlu makan, makan perlu uang, dan uang hanya didapat jika bekerja. Karena mereka mengetahui keutamaan bekerja keras, maka mereka pun melakukannya. Oleh karena itu, dalam tulisan yang singkat ini, kami akan mengemukakan pembahasan keutamaan shalat lima waktu dan hukum meninggalkannya. Semoga dengan sedikit goresan tinta ini dapat memotivasi kaum muslimin sekalian untuk selalu memperhatikan rukun Islam yang teramat mulia ini. Kedudukan Shalat dalam Islam Shalat memiliki kedudukan yang agung dalam islam. Kita dapat melihat keutamaan shalat tersebut dalam beberapa point berikut ini. 1) Shalat adalah kewajiban paling utama setelah dua kalimat syahadat dan merupakan salah satu rukun islam Rasulullah shallallahu alaihi wa salam bersabda, “Islam itu dibangun di atas lima perkara, yaitu: bersaksi bahwa tiada sesembahan yang berhak disembah kecuali Allah dan sesungguhnya Muhammad adalah utusan Allah, menegakkan shalat, mengeluarkan zakat, mengerjakan haji ke Baitulloh, dan berpuasa pada bulan Ramadhan.”[2] 2) Shalat merupakan pembeda antara muslim dan kafir Rasulullah shallallahu alaihi wa salam bersabda, “Sesungguhnya batasan antara seseorang dengan kekafiran dan kesyirikan adalah shalat. Barangsiapa meninggalkan shalat, maka ia kafir” [3]. Salah seorang tabi’in bernama Abdullah bin Syaqiq rahimahullah berkata, “Dulu para shahabat Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam tidaklah pernah menganggap suatu amal yang apabila ditinggalkan menyebabkan kafir kecuali shalat.”[4] 3) Shalat adalah tiang agama dan agama seseorang tidak tegak kecuali dengan menegakkan shalat Diriwayatkan dari Mu’adz bin Jabal, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ”Inti (pokok) segala perkara adalah Islam dan tiangnya (penopangnya) adalah shalat.”[5] 4) Amalan yang pertama kali akan dihisab pada hari kiamat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya amal hamba yang pertama kali akan dihisab pada hari kiamat adalah shalatnya. Apabila shalatnya baik, dia akan mendapatkan keberuntungan dan keselamatan. Apabila shalatnya rusak, dia akan menyesal dan merugi. Jika ada yang kurang dari shalat wajibnya, Allah Tabaroka wa Ta’ala mengatakan,’Lihatlah apakah pada hamba tersebut memiliki amalan shalat sunnah?’ Maka shalat sunnah tersebut akan menyempurnakan shalat wajibnya yang kurang. Begitu juga amalan lainnya seperti itu.” Dalam riwayat lainnya, ”Kemudian zakat akan (diperhitungkan) seperti itu. Kemudian amalan lainnya akan dihisab seperti itu pula.”[6] 5) Shalat merupakan Penjaga Darah dan Harta Seseorang Rasulullah shalallahu alaihi wa salam bersabda, ”Aku diperintahkan untuk memerangi manusia sampai mereka mau mengucapkan laa ilaaha illalloh (Tiada sesembahan yang haq kecuali Allah), menegakkan shalat, dan membayar zakat. Apabila mereka telah melakukan semua itu, berarti mereka telah memelihara harta dan jiwanya dariku kecuali ada alasan yang hak menurut Islam (bagiku untuk memerangi mereka) dan kelak perhitungannya terserah kepada Allah Ta’ala.”[7]

Nikmatnya sholat malam

_Assalamu'alaikum warohmatullahi wabarokatuh.._ بِسْــــــــمِ اللَّــہ الرَّحْمَــــــانِ الرَّحِيـــــــم _Bismillahirrahmannirohiim_ *"QIYAMULLAIL"* *"Nikmatnya Shalat Malam"* Shalat adalah perintah,tapi jika shalat kita karena perintah kitapun akan menunaikannya hanya karena diperintahkan, walaupun dengan keterpaksaan. Jika shalat kita karena diperintah, maka shalat kitapun akan berjalan datar. Tanpa getaran-getaran hati yang menyebabkan kita tak ingin lepas dari aktifitas shalat. Mungkin akan terasa hambar, karena keterpaksaan yang menyebabkan kita shalat. Dan gerakan-gerakan serta bacaan akan mengalir begitu saja menuju akhir shalat.  Kalau sudah demikian harus ada sebuah perubahan. Sebuah perubahan motivasi yang bisa menyebabkan kita bisa menikmati shalat. Bukan hanya sebuah rutinitas ritual belaka. Shalat yang kita lakukan kadang kurang bisa dinikmati karena di kepala kita masih penuh dengan berbagai macam urusan dunia. Urusan dunia yang banyak terjadi di siang harilah yang banyak memenuhi pikiran kita. Untuk menghilangkannya kita harus melupakannya untuk sementara dan “menitipkan”nya pada Allah.  Karena di tangan Allahlah segala urusan akan terselesaikan. Rubahlah motivasi shalat yang semula karena diperintahkan menjadi sebuah “kebutuhan” primer atau kebutuhan utama. Hingga waktu shalat akan selalu menjadi pengingat untuk ber”kunjung” pada Allah dan memasrahkan diri sepenuhnya tanpa ada rasa enggan atau keterpaksaan. Firman Allah, "Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah SWT dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat) & bertaqwalah kepada Allah SWT, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui Apa yang Kamu Kerjakan." (QS.Al -Hasyr:18) Marilah kita bersegera untuk bangun pada sepertiga malam serta ber-segeralah menyiapkan sholat tahajjud, melakukan doa sujud kita, semoga Allah mengampuni dosa2 kita dan mengabulkan doa2 kita semua. Aamiiin.. Allahuma Aamiiin.. SELAMAT MENJALANKAN SHOLAT TAHAJJUD, WITR DAN TILAWAH AL-QUR'AN.. *"KULTUM UNTUK MENJELANG SUBUH"* *"Inilah Hikmah Di Balik Cobaan yang Belum Engkau Tahu"* Ketahuilah… Allah Ta'ala akan menguji setiap hamba-Nya dengan berbagai musibah, dengan berbagai hal yang tidak mereka sukai, juga Allah akan menguji mereka dengan musuh mereka dari orang-orang kafir dan orang-orang munafiq. Ini semua membutuhkan kesabaran, tidak putus asa dari rahmat Allah dan tetap konsisten dalam beragama. Hendaknya setiap orang tidak tergoyahkan dengan berbagai cobaan yang ada, tidak pasrah begitu saja terhadap cobaan tersebut, bahkan setiap hamba hendaklah tetap komitmen dalam agamanya. Hendaknya setiap hamba bersabar terhadap rasa capek yang mereka emban ketika berjalan dalam agama ini. Sikap seperti di atas sangat berbeda dengan orang-orang yang ketika mendapat ujian merasa tidak sabar, marah, dan putus asa dari rahmat Allah. Sikap seperti ini malah akan membuat mereka mendapat musibah demi musibah. Renungkanlah … Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, إِنَّ اللَّهَ إِذَا أَحَبَّ قَوْمًا ابْتَلاَهُمْ فَمَنْ رَضِيَ فَلَهُ الرِّضَا وَمَنْ سَخِطَ فَلَهُ السَّخَطُ “Sesungguhnya jika Allah mencintai suatu kaum maka Dia akan menguji mereka. Barang siapa yang ridho (terhadap ujian tersebut) maka baginya ridho Allah dan barang siapa yang marah (terhadap ujian tersebut) maka baginya murka-Nya.” (HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah At Tirmidzi berkata bahwa hadits ini Hasan Ghorib) Dari Mush’ab bin Sa’id (seorang tabi’in) dari ayahnya berkata, يَا رَسُولَ اللَّهِ أَىُّ النَّاسِ أَشَدُّ بَلاَءً “Wahai Rasulullah, siapakah yang paling berat ujiannya?” Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, « الأَنْبِيَاءُ ثُمَّ الأَمْثَلُ فَالأَمْثَلُ فَيُبْتَلَى الرَّجُلُ عَلَى حَسَبِ دِينِهِ فَإِنْ كَانَ دِينُهُ صُلْبًا اشْتَدَّ بَلاَؤُهُ وَإِنْ كَانَ فِى دِينِهِ رِقَّةٌ ابْتُلِىَ عَلَى حَسَبِ دِينِهِ فَمَا يَبْرَحُ الْبَلاَءُ بِالْعَبْدِ حَتَّى يَتْرُكَهُ يَمْشِى عَلَى الأَرْضِ مَا عَلَيْهِ خَطِيئَةٌ » “Para Nabi, kemudian yang semisalnya dan semisalnya lagi. Seseorang akan diuji sesuai dengan kondisi agamanya. Apabila agamanya begitu kuat (kokoh), maka dia akan mendapat ujian begitu kuat. Apabila agamanya lemah, maka dia akan diuji sesuai dengan agamanya. Senantiasa seorang hamba akan mendapatkan cobaan hingga dia berjalan di bumi dalam keadaan bersih dari dosa.” (HR. Tirmidzi) Semoga kita yang sedang mendapat ujian atau musibah merenungkan hadits-hadits di atas. Sungguh ada sesuatu yang tidak kita ketahui di balik musibah tersebut. Maka bersabarlah dan berusahalah ridho dengan taqdir ilahi. Sesungguhnya para Nabi dan orang sholeh dahulu juga telah mendapatkan musibah sebagaimana yang kita peroleh. Lalu kenapa kita harus bersedih, mengeluh dan marah? Bahkan orang sholeh dahulu -sesuai dengan tingkatan keimanan mereka-, mereka malah memperoleh ujian lebih berat. Cobalah kita perhatikan perkataan ulama berikut. Al Manawi mengatakan, “Barangsiapa yang menyangka bahwa apabila seorang hamba ditimpa ujian yang berat, itu adalah suatu kehinaan; maka sungguh akalnya telah hilang dan hatinya telah buta (tertutupi). Betapa banyak orang sholih (ulama besar) yang mendapatkan berbagai ujian yang menyulitkan. Tidakkah kita melihat mengenai kisah disembelihnya Nabi Allah Yahya bin Zakariya, terbunuhnya tiga Khulafa’ur Rosyidin, terbunuhnya Al Husain, Ibnu Zubair dan Ibnu Jabir. Begitu juga tidakkah kita perhatikan kisah Abu Hanifah yang dipenjara sehingga mati di dalam buih, Imam Malik yang dibuat telanjang kemudian dicambuk dan tangannya ditarik sehingga lepaslah bahunya, begitu juga kisah Imam Ahmad yang disiksa hingga pingsan dan kulitnya disayat dalam keadaan hidup. … Dan masih banyak kisah lainnya.” (Faidhul Qodhir Syarh Al Jami’ Ash Shogir, 1/518, Asy Syamilah) Semoga kita termasuk orang-orang yang bersabar ketika menghadapi musibah, baik dengan hati lisan atau pun anggota badan. Ya Allah, jadikanlah kami termasuk hamba-hamba-Mu yang selalu ridho dengan taqdir-Mu. Sumber :Syarh Qowaidil Arba, Syaikh Sholih bin ‘Abdillah Al Fauzan Muhammad Abduh Tuasikal Maha Benar Allah dengan segala firman-Nya. Semoga bermanfaat.. Marilah dipagi hari nanti kita awali dengan berdoa sesuai yang dituntunkan Rasulullah. Ummu Salamah radhiyallahu ‘anha menceritakan bahwa Nabi shallallahu’alaihi wasallam selepas mengucapkan salam selesai shalat subuh, beliau membaca (do’a): “اللهم إني أسألك علما نافعا ورزقا طيبا وعملا متقب… “Allahumma inni as’aluka ‘ilman naafi’an wa rizqan thayyiban wa ‘amalan mutaqabalan…” Artinya: “Ya Allah sesungguhnya aku meminta kepada Engkau Ilmu yang bermanfaat, Rizki yang baik dan amal yang diterima…” (Shahih, HR Ibnu Majah: 925). Jangan lupa kita sedekah Semoga Allah Subhanallah Wata'ala hari ini memberi keberkahan dan kesehatan lahir bathin kita semua. Aamiiin.. Aamiiin.. Yaa Robbal Alamiin... *_"Hidup Berkah dengan Cinta Sedekah"_* Semoga bermanfaat. Selamat mendirikan shalat subuh. “Taqobbalallahu minna wa minkum”  وَ السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ Wassalamu‘alaikum Warohmatullahi Wabarokatuh..

Stop Jadikan Sekolah Sebagai Jasa Laundry Anak

By Iwan Januar Pertengahan Oktober tahun ini saya diminta mengisi acara parenting di satu sekolah Islam di Sukabumi. Sesuai agendanya, parenting, pihak sekolah mengundang para guru dan juga orang tua murid. Panitia meminta saya membahas pentingnya sinergi orang tua dengan sekolah. Tema ini diajukan sehubungan masih banyak orang tua yang beranggapan kalau sekolah adalah 100 persen tempat pendidikan anak. Permintaan ini bukan yang satu-satunya, karena beberapa hari kemudian sekolah Islam yang lain di daerah kota lain juga meminta saya hadir untuk membahas tema serupa; sinergi rumah dengan sekolah. Keluhan mereka pun sama, kesulitan menghadapi orang tua yang masih berpikiran sekolah adalah segalanya buat anak mereka. Lebih dari sekedar tempat mengasah kemampuan akademik, tapi juga takwin asy-syakhsiyyah 100 persen. Di zaman kekinian, pola pikir sebagian orang tua tentang pendidikan anak dan sekolah ternyata belum juga berubah. Mereka percaya kalau sekolah adalah tempat laundry anak yang dengan segala fasilitasnya dapat membersihkan anak-anak mereka dari kotor menjadi bersih. Anak bermasalah taruh ke sekolah Islam, anak susah shalat, bawa ke sekolah Islam, dll. Beban pendidikan ini yang kemudian dipikulkan ke sekolah, khususnya para guru. Tidak heran bila para guru menanggung beban yang berat bahkan tak masuk di akal, semisal untuk kegiatan di luar sekolah pun guru diminta bantuan dan tanggung jawab. Anak kecanduan main ke warnet, susah shalat subuh, malas-malasan di rumah, sekolah diminta bertanggung jawab. Ayahbunda, mari kita berpikir dengan jernih dan sesuai tuntutan syariat Islam; siapa sebenarnya penanggung jawab pengasuhan dan pendidikan anak? Orang tua atau pihak lain? Siapa yang pertama kali akan dihisab Allah soal anak kita, diri kita atau kepala sekolah? Saya rasa jawabannya kita sama-sam paham; orang tua. Di dalam al-Qur’an sudah dicatatkan untuk para orang tua untuk menjaga keluarga dari panasnya apa neraka. Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan (TQS. at-Tahrim: 6) Para bapak tak bisa lepas dari tanggung jawab pendidikan anak karena di Hari Kiamat para bapak akan dipanggil oleh Allah bersama anak-anak. Sabda Nabi SAW.: كُلُّكُمْ رَاعٍ ، وَكُلُّكُمْ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ ، الإِمَامُ رَاعٍ وَمَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ ، وَالرَّجُلُ رَاعٍ فِى أَهْلِهِ وَهْوَ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ ، وَالْمَرْأَةُ رَاعِيَةٌ فِى بَيْتِ زَوْجِهَا وَمَسْئُولَةٌ عَنْ رَعِيَّتِهَا ، وَالْخَادِمُ رَاعٍ فِى مَالِ سَيِّدِهِ وَمَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ – قَالَ وَحَسِبْتُ أَنْ قَدْ قَالَ – وَالرَّجُلُ رَاعٍ فِى مَالِ أَبِيهِ وَمَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ وَكُلُّكُمْ رَاعٍ وَمَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ Ibn umar r.a berkata : saya telah mendengar Rasulullah saw bersabda : setiap orang adalah pemimpin dan akan diminta pertanggungjawaban atas kepemimpinannnya. Seorang kepala negara akan diminta pertanggungjawaban perihal rakyat yang dipimpinnya. Seorang suami akan ditanya perihal keluarga yang dipimpinnya. Seorang isteri yang memelihara rumah tangga suaminya akan ditanya perihal tanggungjawab dan tugasnya. Bahkan seorang pembantu/pekerja rumah tangga yang bertugas memelihara barang milik majikannya juga akan ditanya dari hal yang dipimpinnya. Dan kamu sekalian pemimpin dan akan ditanya (diminta pertanggungan jawab) dari hal-hal yang dipimpinnya. (HR. Bukhari, Muslim) Semestinya sampai di sini kita sebagai orang tua sudah cukup paham bahwa di pundak kitalah pengasuhan dan pendidikan anak itu berada. Ayah dan ibunya bertanggung jawab penuh atas pembentukan karakter (takwin asy-syakhsiyyah) setiap anak. Itulah sebabnya dalam kitab fikih pada bab nikah selalu dimuat tentang kriteria memilih pasangan. Tak lain agar suami dan istri bekerja sama di antaranya sebagai mitra pendidik anak. Sekolah hanya mitra dan sarana menguatkan pendidikan yang sudah diperoleh di rumah. Kegiatan utama sekolah adalah pendidikan akademik, sedangkan yang lainnya adalah repetisi atau pengulangan pendidikan karakter di rumah dan menambah sebagian karakter terutama dalam kedisplinan dan berorganisasi. Itupun sebagian besar etikanya seharusnya sudah diajarkan di rumah. Karenanya jangan memuja-muja sekolah, seolah sekolah adalah kawah Candradimuka yang bisa mengubah anak kita seketika menjadi sakti. Atau menjadikan sekolah sebagai tempat laundry karakter buruk anak kita di rumah, yang setelah dimasukkan lantas anak otomatis menjadi saleh dan salehah. Marilah berhitung, kehidupan anak jauh lebih lama di luar rumah ketimbang di sekolah. Semenjak ia lahir hingga baligh jauh lebih lama bersama kedua orang tua dan saudara-saudaranya. Saat bersekolah pun hanya sepertiga hidupnya yang ia pakai di sekolah, selebihnya ia berada di luar sekolah seperti di rumah. Maka, apa adil kalau kita menuntut segala kebaikan itu harus ada di sekolah? Jangan berpikir kalau Anda sudah bayar mahal-mahal pendidikan anak. Uang pangkal puluhan juta dan SPP jutaan rupiah, dan seabreg bayaran kegiatan anak Anda di sekolah. Itu bukan alibi untuk membenarkan sikap menjadikan sekolah sebagai tempat ‘mencuci’ karakter anak-anak. Ada domain tugas yang memang ada di pundak kita, bukan di pundak sekolah. Mulai sekarang berhentilah berpikir bahwa sekolah adalah tempat laundry anak. Mulai jadikan rumah sebagai tempat pembentukan karakter positif untuk anak-anak kita. Ajarkan ia ibadah dengan benar, bertutur kata yang sopan, baik dan ramah, senang menolong, pandai bersyukur nikmat, dsb. Mungkin kita di rumah tak bisa menjadi guru tahsin atau guru tahfidz al-Qur’an untuk mereka, tapi orang tua bisa menjadi guru karakter yang terbaik untuk anak-anak. Insya Allah.

Jangan bilang 'BODOH' pada santri

Kiai Muzani Kebumen dan Hukuman Bagi Guru yang Mengucap “Bodoh” Kepada Santri ====================== Sore itu seorang guru dipanggil Kiai Muzani. Suasana pesantren berubah sedikit tegang. Ada kecemasan di wajah guru yang dipanggil itu. Ketika guru itu telah sampai di ndalem kiai, Ia duduk sembari menundukkan kepalanya. Kakinya tidak bersila, tapi menyamping seperti posisi duduk perempuan. Tak lama kemudian, Kiai Muzani keluar dari ruang tengah membawa nampan yang berisi dua piring nasi dan dua gelas teh hangat. Beliau duduk di hadapan santri yang telah menjadi guru itu dan menyodorkan nampan itu. “Monggo didahar, kang—silahkan dimakan, kang,” ujarnya dengan lembut. “Kulo sampun.—saya sudah,”jawabnya terbata-bata. “Mboten kerso tho dahar sareng kulo?—tidak berkenan makan bersama saya?”tanya Kiai Muzani dengan tersenyum. “Monggo didahar—silahkan dimakan,”lanjutnya sembari menggeser satu piring nasi itu di depan santrinya. “Nggih Kiai—baik kiai,”santri yang telah menjadi guru dan pengurus pondok itu makan dengan penuh ketidak-nyamanan. Setelah selesai makan, Kiai Muzani bertanya: “Benar tadi pagi njenengan mengumbar kata ‘bodoh’ pada salah seorang santri yang tidak lancar menyetorkan hafalannya?” “Benar, Kiai,” jawabnya terbata-bata. “Jangan lakukan itu lagi,” kata Kiai Muzani. “Dalam proses belajar, kita tidak boleh mengumbar kata ‘bodoh’. Para santri itu orang yang sedang berporses, dari kurang tahu menjadi sedikit tahu, kemudian bertambah pengetahuannya. Ada yang cepat, ada pula yang lambat. Jika seorang guru, seperti njenengan, dengan mudah mengatakan muridnya bodoh, apa artinya pengajaran dan pendidikan?” Santri itu diam, tertunduk tanpa berani memandang wajah kiainya. “Perlu diingat, tidak ada orang bodoh, yang ada hanya orang yang sedang berusaha menghilangkan kebodohannya. Jadi, jangan dilakukan lagi, ya? Memberikan label bodoh kepada mereka, sama saja dengan mengendurkan keinginan belajar mereka,” ujarnya perlahan dan jelas. “Tapi ya, karena sudah terlanjur, njenengan harus pilih kafaratnya, sedekah atau puasa.” “Puasa mawon, Kiai—puasa saja, Kiai,” katanya dengan kepala masih tertunduk. “Baik, tapi ada syaratnya, buka dan sahurnya harus bersama saya di sini,” ucap Kiai Muzani dengan senyum yang terus mengembang. Santri itu hanya menunduk, tak mampu berkata apa-apa lagi. Di wajahnya menampakkan rasa malu dan segan yang luar biasa. Jauh-jauh hari, ketika masih menjadi santri di Pondok Pesantren Darussa’adah, Bulus, Kritig, Kebumen, saya sering mendengar Romo Kiai Muzani dawuh: “Pesantren itu bukan sekedar tempat pengajaran, tapi tempat pendidikan. Karenanya pesantren menerima semua orang. Anak nakal ketika masuk pesantren diharapkan kenakalannya bisa berkurang. Anak baik-baik ketika masuk pesantren diharapkan kebaikannya bertambah. Maka dari itu, untuk para ustadz, hati-hatilah dalam mendidik dan mengajar, jangan sampai kata-kata ‘bodoh’ dan ‘nakal’ keluar dari kemarahan kalian. Jika ada yang melakukannya, harus bayar kafarat. Bukan sebagai kewajiban hukum, tapi kewajiban moral kita sebagai pendidik, bahwa untuk sesaat kita telah lalai dan marah, sehingga mengeluarkan kata-kata tak bijak semacam itu.” Di waktu lain, beliau dawuh: “Ucapan ‘bodoh’ itu bisa menjadi pemutus keinginan belajar santri. Dikhawatirkan Ia akan memandang belajar tidak lagi berguna, toh saya orang bodoh, tidak ada harapan untuk saya, guru agama saya sendiri memvonis saya sebagai orang bodoh. Jika itu terjadi, kita telah mencegah kewajiban thalâb al-‘ilm (menuntut ilmu). Jangan sampai tindakan dan ucapan kalian sebagai guru, menjadi benih keputus-asaan murid dalam menuntut ilmu.” Kiai Muzani menerapkan kebijakan kafarat tidak lain sebagai pendidikan spiritual untuk para guru di pesantrennya. Selama mereka tinggal di pesantren, mereka adalah santri yang memerlukan pendidikan. Karena itu, Kiai Muzani biasanya mendampingi pelaksanaan kafarat santri atau puteranya sendiri yang kadung melontarkan kata-kata itu. Jika mereka memilih kafarat puasa, maka Kiai Muzani akan berpuasa bersama mereka. Ini adalah bentuk pendidikan yang diterapkan Kiai Muzani sebelum melepas para guru itu di lingkungannya masing-masing. Dasar pandangan Kiai Muzani adalah, anak yang menerima hardikan ‘bodoh’ akan meninggalkan bekas di hatinya. Kepercayaan dirinya memudar. Bahkan tidak sedikit yang meyakini bahwa dirinya memang bodoh, tak perduli seberapa keras mereka belajar, Ia tetap bodoh sebagaimana perkataan gurunya. Rasulullah saja menegur seorang ibu yang membentak anaknya ketika Ia mengencingi baju Rasulullah. Beliau berkata: “Mengapa kau memarahi dan merenggutnya dengan kasar?” Kemudian beliau melanjutkan: “Baju yang kotor ini bisa dicuci dan dihilangkan kotorannya, tapi siapa yang bisa menghilangkan kekeruhan jiwa seorang anak atas bentakan dan renggutan kasar kepadanya?” Karena itu, bagi Kiai Muzani kultur yang sehat dan lingkungan yang baik dalam aktivitas didik-mendidik sangat penting. Salah satu pendekatan yang beliau ambil adalah dengan menerapkan kebijakan kafarat untuk guru yang mengatai muridnya ‘bodoh’. Kebijakan kafarat itu bersifat tarbiyyah akhlaqiyyah (pendidikan keakhlakan), sebagai sebuah proses pembiasaan dalam menerapkan akhlak yang baik sehari-hari, khususnya bagi para guru dan pendidik. Mereka adalah pemeran utama dalam pembangunan lingkungan yang sehat, jika gurunya baik, insya Allah muridnya pun baik, seperti kata pepatah: “Guru kencing berdiri, murid kencing berlari.” Semoga amal ibadah beliau (al-Maghfûrlah, KH. Imam Muzani Bunyamin) diterima di sisi Allah dan seluruh dosanya diampuni olehNya. Lahu al-fâtihah... ______________________ Oleh : Muhammad Afiq Zahara

Sibuklah menilai diri

*TARBIAH DIRI* Suatu hari di tepi sungai Dajlah, Hasan al-Basri melihat seorang pemuda duduk berdua-duaan dengan seorang perempuan. Di sisi mereka terletak sebotol arak. Kemudian Hasan berbisik dalam hati, "Alangkah buruk akhlak orang itu dan baiknya kalau dia seperti aku!". Tiba-tiba Hasan melihat sebuah perahu di tepi sungai yang sedang tenggelam. Lelaki yang duduk di tepi sungai tadi terus terjun untuk menolong penumpang perahu yang hampir lemas. Enam dari tujuh penumpang itu berhasil diselamatkan. Kemudian dia berpaling ke arah Hasan al-Basri dan berkata, "Jika engkau memang lebih mulia daripada saya, maka dengan nama Allah selamatkan seorang lagi yang belum sempat saya tolong. Engkau diminta untuk menyelamatkan satu orang saja, sedang saya telah menyelamatkan enam orang". Bagaimanapun Hasan al-Basri gagal menyelamatkan yang seorang itu. Maka lelaki itu berkata padanya, "Tuan, sebenarnya perempuan yang duduk di samping saya ini adalah ibu saya sendiri, sedangkan botol itu hanya berisi air biasa, bukan anggur atau arak". · Hasan al-Basri terpegun lalu berkata, "Kalau begitu, sebagaimana engkau telah menyelamatkan enam orang tadi dari bahaya tenggelam ke dalam sungai, maka selamatkanlah saya dari tenggelam dalam kebanggaan dan kesombongan" Lelaki itu menjawab, "Mudah-mudahan Allah mengabulkan permohonan tuan" Semenjak itu, Hasan al-Basri semakin dan selalu merendahkan hati bahkan ia menganggap dirinya sebagai makhluk yang tidak lebih daripada orang lain. Jika Allah membukakan pintu solat tahajud untuk kita, janganlah lantas kita memandang rendah saudara seiman yang sedang tertidur nyenyak. Jika Allah membukakan pintu puasa sunat, janganlah lantas kita memandang rendah saudara seiman yang tidak ikut berpuasa sunat. Boleh jadi orang yang gemar tidur dan jarang melakukan puasa sunat itu lebih dekat dengan Allah, daripada diri kita. Ilmu Allah amatlah luas. Jangan pernah taksub & sombong pada amalanmu. Saudaraku molek cerita ni Ia boleh jadi Pengubat Jiwa agar kita terhindar dari sifat mazmumah. Walau sehebat mana diri kita jgn prnah brkata "Aku lebih baik drpd kalian" YANG.. Yang singkat itu - "waktu" Yang menipu itu - "dunia" Yang dekat itu - "kematian" Yang besar itu - "hawa nafsu" Yang berat itu - "amanah" Yang sulit itu - "ikhlas" Yang mudah itu - "berbuat dosa" Yang susah itu - "sabar" Yang lupa itu - "bersyukur" Yang membakar amal itu - "megumpat" Yang ke neraka itu - "lidah" Yang berharga itu - "iman" Yang mententeramkan hati itu - "teman sejati" Yang ditunggu Allah S.w.t itu -"taubat"

Menaklukkan Ekonomi Yahudi

*Cara Rasululah SAW Taklukan Ekonomi Yahudi.* October 7, 2017 Oleh: Dr. Tiar Anwar Bachtiar Hijrah Rasulullah Saw. dari Mekah ke Madinah menandai awal baru sejarah dakwah Nabi Saw. Di Mekah selama 13 tahun ibarat kawah candradimuka yang menempanya bersama para sahabat dengan kegetiran dan kepahitan. Sepuluh tahun berikutnya di Madinah Rasulullah mulai menapaki kemenangan demi kemengangan dakwah hingga sampai pada kemenangan terindah Futuh Mekah pada tahun ke-8 dari hijrah. Selain keimanan dan ketaatan pada Allah Swt. yang mutlak serta keikhlasan dalam berjuang yang sulit dicari tandingnya, tentu ada anasir-anasir strategis yang dilakukan Rasulullah Saw. dalam merespon kondisi masyarakat yang dihadapinya. Syaikh Ramadhan Al-Buthi menyebutkan tiga strategi Rasulullah Saw. sebagai fondasi awal membangun Madinah, yaitu: 1. Membangun mesjid, 2. Mempersaudarakan kaum Muslim, dan 3. Melakukan perjanjian damai dengan berbagai komunitas yang ada di Madinah. Ketiga hal ini menandakan bahwa dalam mengawali perjuangannya di Madinah, Rasulullah Saw. 1. Mendahulukan membangun keimanan dan mentalitas masyarakat, 2. Membangun persatuan di antara komunitas Muslim, dan 3. Mengamankan komunitas Muslim dari kemungkinan-kemungkinan gangguan dari pihak luar dengan cara membangun harmoni sosial dengan komunitas manapun yang ada di Madinah saat itu. Namun, ada satu hal yang mendesak yang dihadapi Rasulullah Saw., yaitu ekonomi Madinah saat itu dikuasai oleh orang-orang Yahudi. Penduduk asli Madinah, suku Aus dan Khazraj, walaupun lebih lama tinggal di Madinah, tapi kehidupan ekonomi mereka berada di bawah kontrol orang-orang Yahudi. Salah satu yang menyebabkan penguasaan Yahudi terhadap ekonomi Madinah adalah penguasaan mereka atas pasar. Bahkan bukan hanya pasar, orang-orang Yahudi, di Madinah ini juga memiliki pusat-pusat pengolahan pertanian yang cukup besar di Madinah seperti di Khaibar. Hal ini semakin memperkuat dominasi Yahudi atas perekonomian Madinah saat itu, karena dari hulu produksi sampai distribusi kepada konsumen semuanya di bawah kendali mereka. Menghadapi situasi ini, tentu saja Rasulullah Saw. harus mempersiapkan strategi yang tepat dan efektif untuk melemahkan dominasi Yahudi atas ekonomi Madinah. Selain ketiga hal di atas sebagai pondasi dasar masyarakat Muslim Madinah, Rasulullah Saw. kemudian secara khusus membuat dua strategi penting yang satu sama lain saling berkaitan erat. Pertama, meningkatkan etos kerja dan produktivitas kaum Muslim; dan kedua, menciptakan pasar baru untuk transaksi kaun Muslim. Strategi pertama dilakukan Rasulullah Saw. dengan memerintahkan para sahabat untuk segera menggarap lahan-lahan pertanian Madinah yang banyak ditelantarkan oleh penduduk setempat. Bisa jadi, kebutuhan masyarakat Madinah sudah banyak dipenuhi dari kebun-kebun yang dikembangkan orang Yahudi. Orang-orang Madinah sendiri bisa jadi lebih senang hanya bekerja untuk orang-orang Yahudi atau hanya menanam untuk kebutuhan sendiri sehingga masih banyak tanah yang tidak tergarap. Rasulullah Saw. menyeru ketika pertama kali menggulirkan program ini, “Siapa yang menghidupkan tanah yang mati; maka tanah itu menjadi miliknya.” (HR Al-Bukhari). Pribadi para sahabat yang sudah terbina baik dengan binaan ruhiyyah-islâmiyyah cara Rasulullah saw. tidak pernah berpikir pilihan lain ketika mendengar seruan Rasulullah Saw., kecuali menaatinya. Ali ibn Abi Thalib menghidupkan tanah dekat mata air di Yanbu’. Zubair ibn Awwam mengambil sepetak tanah tak terurus lainnya di Madinah. Diikuti kemudian oleh sahabat-sahabat lainnya yang sangat bersemangat untuk dapat hidup mandiri dan produktif. Bila sebelumnya yang bertani adalah orang Madinah saja, maka karena dorongan perintah Rasulullah Saw. banyak dari kabilah lain yang belajar bertani sehingga pada masa Rasulullah saw. di Madinah muncul kawasan-kawasan pertanian baru yang produktif seperti Wadi Al-Aqiq, Wadi Bathhan, Wadi Mahzuz, Wadi Qanah, Wadi Ranuna, Wadi Al-Qura, Wadi Waj, Wadi Laij, dan sebagainya. Padahal, sebelumnya kawasan-kawasan tersebut adalah kawasan telantar yang hanya ditumbuhi semak belukar. Produksi adalah bagian paling dasar dalam siklus ekonomi. Tidak akan ada pasar dan perdagangan tanpa ada barang-barang produksi. Rasulullah Saw. memulainya dari wilayah ini untuk melemahkan dominasi Yahudi. Bila selama ini produk-produk yang digunakan masyarakat Madinah dimonopoli oleh Yahudi dari kawasan-kawasan pertanian mereka, maka Rasulullah SAW. mulai menyainginya dari hasil-hasil produksi lahan baru milik para sahabat. Paling tidak saat panen tiba, kebutuhan kaum Muslim tidak lagi harus bergantung kepada orang-orang Yahudi. Ketika kaum Muslim sudah dapat mandiri, maka posisi tawar kaum Muslim semakin kuat. Apalagi yang mandiri adalah pangan yang merupakan kebutuhan primer manusia. Kendala yang dihadapi pascaproduksi adalah pemasaran. Di Madinah pasar-pasar besar adalah milik bangsa Yahudi. Salah satu pasar paling besar adalah Pasar Banu Qainuqa’ milik Yahudi. Rupanya kekuatan pokok mereka ada di sini. Dengan cara-cara yang penuh tipuan (gharar dan jahâlah) disertai dengan praktik riba yang akut, kaum Yahudi berhasil menjerat semua pemilik barang-barang produksi untuk masuk ke pasar mereka. Masyarakat Madinah sebelum kedatangan Rasulullah Saw. yang tidak terlalu mahir berdagang, tidak sanggup keluar dari lingkaran setan ekonomi ribawi yang dipraktikkan Yahudi di pasar-pasar mereka. Bila tidak mengikuti skema Yahudi ini, para petani tidak dapat memasukkan produk mereka ke pasar. Agar produk-produk yang sudah dihasilkan umat Islam tidak menjadi makanan baru Yahudi, maka Rasulullah Saw. berinisiatif untuk membuat pasar baru, minimal bagi kebutuhan umat Islam sendiri. Bersama Rasulullah Saw. dari Mekah ada sahabat-sahabat yang mahir berdagang seperti Usman ibn Affan, Abdurrahman ibn Auf, Abu Bakar, dan beberapa yang lainnya. Rasulullah Saw. adalah pedagang sebelum beliau diangkat menjadi nabi. Keahlian-keahlian semacam inilah yang memungkinkan Rasulullah Saw. dapat menjalankan misinya membangun pasar baru. Mula-mula Rasulullah Saw. membangun semacam tenda di dekat pasar Bani Qainuqa’ khusus untuk jula beli kaum Muslim. Ka’ab Al-Asyraf pemimpin Yahudi sangat marah atas apa yang dilakukan Rasulullah saw. Ia kemudian menghancurkan tenda tersebut agar kaum Muslim kembali bertransaksi ke pasar Bani Qainuqa’. Rasulullah saw. tidak terpancing oleh Ka’ab, tetapi ia kemudian berkata, “ Demi Allah, aku akan membangun pasar yang akan membuatnya lebih marah lagi.” Setelah Rasulullah Saw. membangun pasar di tempat yang agak jauh dari pemukiman. Kawasan pasar ini kelak dikenal sebagai pasar Manakhah. Pasar yang dibuat Rasulullah Saw. ini unik dan sungguh-sungguh membuat Yahudi sangat marah atas keberadaannya, karena akhirnya pasar ini sanggup menggusur dominasi pasar orang-orang Yahudi di seantero Madinah. Oleh Rasulullah Saw. pasar ini dibuat sangat luas dan tidak dibuat bangunan permanen di sana; hanya berupa tanah lapang. Rasulullah Saw melarang untuk memungut pajak dan kutipan apapun di pasar ini untuk menjaga harga tidak naik di tingkat konsumen. Lebih unik lagi, Rasulullah Saw memperlakukannya seperti masjid. Siapa saja kaum Muslim bebas datang ke kawasan ini. Tidak boleh ada yang mengkapling-kapling tanah tersebut untuk sendiri. Setiap orang berhak berdagang di sebelah mana saja sama seperti orang duduk di mesjid bebas di sudut mana saja. Pengambilan tempat didasarkan pada urutan datang. Siapa yang pertama kali datang, dia berhak untuk memilih tempat mana yang akan dipergunakan. Keunikan ini bertahan hingga masa Khulafaur-Rasyidin. Tambahan lagi, yang menyebabkan pasar ini semakin diminati oleh banyak konsumen adalah karena pasar ini sangat ketat memperhatikan implementasi ajaran-ajaran muamalah Islam. Di pasar ini tidak boleh ada riba, gharar, dan perjudian. Diharamkan pula ada yang melakukan kecurangan-kecurangan seperti pengurangan timbangan dan penipuan lainnya. Untuk menjamin semua ini berjalan baik, maka Rasulullah Saw. menunjuk Umar ibn Khathab sebagai pengawas pasar. Umar diberi kewenangan untuk menindak siapa saja yang melakukan kecurangan di pasar ini. Faktor inilah yang menyebabkan pasar ini menjadi lebih diminati bukan hanya oleh kaum Muslim, tapi juga kaum kafir. Secara perlahan tapi pasti, pasar Rasulullah Saw. berhasil menyingkirkan dominasi pasar Yahudi yang sangat merugikan konsumen. http://persis.or.id/cara-rasululah-saw-taklukan-ekonomi-yahudi/

Kematian itu SANGAT dekat

*Kematian itu (sangat) Dekat* Pagi ini saya dikejutkan dengan kabar duka meninggalnya salah satu guru d sekolah tempat saya melaksanakan praktik pengalaman mengajar. Saya merasakan sendi lutut saya lunglai seketika dan air mata jatuh dengan sendirinya. Terkejut, sedih, fikiran yang dipenuhi dengan serentetan pertanyaan _"benarkah ?"_.. Dan jauh dr semua itu rasa takut luar biasa ketika saya menyadari bahwa maut itu sangatlah dekat. Ketika kabar itu menyebar, teman-teman PPL saya terus bergumam _"apa benar?""Masa sih?" "iih.. ngga percaya.." "Kayanya kemaren masih berangkat"_ dan kalimat lain yang senada. Benar saja, hari kemarin saya dan beliau masih bercengkerama hangat di perpustakaan sekolah, dengan kebiasaan beliau sarapan bekal yang dibawanya dari rumah, es jeruk yang biasa beliau pesan dari ibu kantin, tawa beliau yang sama sekali tak mengindikasikan beliau akan berpulang. Bahkan tadi malam pun beliau masih chatting dengan rekan seprofesinya.. Kawanku.. Kematian adalah suatu kepastian, lalu mengapa masih heran ketika melihat kenyataan bahwa hari kemarin masih sehat dan hari ini mendengar kabar kematiannya?Kita bahkan tidak tahu apa yang akan terjadi 2 menit kemudian.. Syarat "pulang" tidak harus sakit, tidak harus menua.. siapapun kita, bagaimanapun kondisi kita, ia lekat, dan sangat dekat.. Saya teringat suatu ayat yang beberapa hari lalu baru saya setorkan ke Ustadzah Quran saya... .......لِكُلِّ أُمَّةٍ أَجَلٌ ۚ إِذَا جَآءَ أَجَلُهُمْ فَلَا يَسْتَـْٔخِرُونَ سَاعَةً ۖ وَلَا يَسْتَقْدِمُون [(49):10] _Bagi setiap umat mempunyai ajal (batas waktu). Apabila ajalnya tiba, mereka tidak dapat meminta penundaan atau percepatan sesaat pun._ *(Q.S. Yunus :49)* Lalu, siapkah kita ? Sudah cukupkah bekal kita untuk menyambutnya? Bagaimana ketika dia datang tiba-tiba, tanpa pamit, tanpa izin terlebih dulu? Kita bahkan tidak bisa meminta penundaan.. lalu apa lagi yang kita ragukan tentang kepastian datangnya kematian ? Renungan pagi ini, *kematian = kepastian* Semoga bisa menambah iman kita, menambah ghiroh kita untuk berfastabiqul khoirot, saling mengingatkan dalam kebenaran dan kesabaran, untuk bekal kita di akhirat dan semata agar Allah ridho dengan kita.. Semoga kita d jauhkan dari sifat wahn (cinta dunia dan takut mati).. آمين.... Semarang, 5 Oktober 2017. (trisnihfdz)

SEBLAK, makanan enak yang berbahaya

*BAHAYA MAKAN SEBLAK DRI KERUPUK MENTAH YG DI RENDAM TAPI TETAP KENYAL* Pulang sekolah Salma perutnya kesakitan....lama kelamaan tidak bs d gerakan sama sekali seperti keram usus...aq bawa ke Igd Rs.Immanuel...sewaktu d periksa ama dokter igd salma muntah" dan diare...lalu diadakan pemeriksaan cek darah dan ronsen hasil nya asam lambung naik Leukosit sel darah putih nya 14rb lebih.. Setelah d infus besok nya dilakukan USG.. cek darah dan ronsen ...setelah d bacakan hasil nya sm Dokter spesialis bedah anak... usus nya terjadi pembengkakkan dan kata dokter usus buntu...dan kalau setelah plg dri sini perut nya sakit lg harus segera puasa selama 6 jam dan langsung tindakan operasi...kalo tidak usus nya akan pecah ...klo ususnya sudah pecah akan mengganggu rahim dan efek kdpn nya tdk bs pnya Anak Naudzubillah😢😢😢 penjelasan dokter sungguh sangat bikin dada sesak.... Dokter bertanya Apakah anak ini suka makan seblak?...salma menjawab iya....dan dokter pun bilang ...saya udh ratusan org dlm sthn ini mengoperasi yg usus buntu karna makan seblak.. Saya bertanya kpd dktr..knp Dok anak saya bs kena usus buntu..pdhl ga bgtu suka pedes... Usus buntu yg anak ibu alami bkn krna cabe nya...tpi karena kerupuk mentah klo d simpan dlm aer tpi tdk hancur malah jd kenyal ..kebayang ga ibu akan bagaimana...begitupun d dlm usus qt...kerupuk itu tdk akan hancur.. Maka berhati hatilah ibu" yg mempunyai anak gadis yg suka makan seblak kerupuk kering yg d rendam tpi kerupuk nya masih kenyal dan blm matang krna bs menyumbat d usus dan terjadi infeksi.....lebih baik mencegah drpd mengobati... Kiriman WA dari Grup tetangga... Berhati-hatilah... 🚫🚫🚫👌🏻👍🏻👍🏻👍🏻