Shalat Untuk Kecerdasan dan Kekuatan Hafalan Al-Qur’an

Shalat Untuk Kecerdasan dan Kekuatan Hafalan Al-Qur’an

Sekolah Penghafal Al Qur'an - Kecerdasan dan kuatnya hafalan merupakan faktor penting pendukung lancarnya proses pendidikan Al-Qur’an. Kecerdasan yang minim atau hafalan yang lemah menjadi kendala menerima pendidikan Al-Qur’an.

Sahabat Abu Hurairah r.a pernah mengadu kepada Rasulullah saw. mengeluhkan hafalan. “Ya Rasulullah, aku mendengar banyak hadits darimu dan aku melupakannya,” ujarnya. Beliau lalu memerintahkan Abu Hurairah membentangkan selendang. Selendang itu lalu diraba oleh Rasulullah dengan kedua tangan beliau. “Rengkuhlah selendang itu,” perintah beliau lebih lanjut. Abu Hurairah kemudian merengkuhkan selendang itu ke dadanya. Setelah itu dia tidak pernah lupa terhadap hadits yang diterimanya sama sekali. (Shahih Bukhari I: 34)

Sebagaimana sahabat Abu Hurairah, sahabat Abdullah bin Abbas juga pernah mengeluhkan hafalannya kepada Rasululah saw. Melihat sahabat beliau ini suka melayani, Rasulullah saw. lalu memeluknya kuat seraya mendoakan kepadanya, “Ya Allah, pedalaman dia dalam urusan agama dan ajarkan dia kitab dan takwil (tafsir).” (shahih Bukhari I: 25)

Asy-Syafi’i juga pernah mengeluhkan daya hafalannya yang jelek kepada Waki, gurunya. Waki lalu menasihatinya agar meninggalkan kemaksiatan. “Ilmu itu nur dan nur Allah tidak akan diberikan kepada orang yang bermaksiat,” ujar gurunya melanjutkan.

Usaha-usaha untuk meningkatkan daya kecerdasan dan hafalan baik secara fisik, mental, maupun spiritual ternyata telah dilakukan oleh orang-orang saleh terdahulu dan berhasil. Abu Hurairah misalnya dengan usahanya berkonsultasi kepada Rasulullah saw. dia menjadi terdepan dalam menghafal hadits di jajaran para sahabat. Diceritakan dia menghafal lebih dari 5.374 buah hadits. Abdullah bin Abbas juga demikian. Setelah didoakan Rasulullah saw., dia terkenal sebagai pakar tafsir yang tidak ada tandingannya. Sejak didoakan beliau, dia telah menghafal Al-Qur’an dan mengerti maknanya. As-Syafi’i juga demikian. Pemikiran-pemikirannya diakui dunia Islam hingga kini. Pada usia dini, dia telah menghafal Al-Qur’an.

Dengan demikian, usaha untuk meningkatkan daya kecerdasan dan kekuatan hafalan adalah suatu keniscayaan, karena manusia dalam hal ini berbeda-beda tingkatannya. Ada yang tingkat hafalannya kuat, sedang, dan ada yang lemah. Rasulullah saw. pernah memberitahu cara meningkatkan daya kecerdasan dan hafalan, yaitu melalui shalat yang disebut dengan shalat ‘Taqwiyatul Hifidz’ (Shalat untuk memperkuat hafalan) atau ‘Shalat li Hifdzil Qur’an (Shalat untuk menghafal Al-Qur’an)

Latar Belakang Shalat.

Sahabat Abdullah bin Abbas menceritakan bahwa sahabat Ali bin Abi thalib pernah mengeluh kepada Rasulullah saw. atas hafalannya yang lemah. Beliau lalu bersabda, “Wahai Ali, maukah engkau aku ajari doa, mudah-mudahan dengan itu Allah swt. memberimu dan anak didikmu manfaat? Juga hafalanmu menjadi kuat?” “Tentu, ya Rasulullah,” jawab Ali senang. Rasulullah saw. lalu bersabda, “Lakukanlah shalat empat rakaat pada malam Jum’at. Pada rakaat pertama bacalah surat al-Faatihah dan surah Yaasin. Pada rakaat kedua kamu baca Haa Miim, ad-Dukhan, setelah membaca, al-Faatihah dan Alif Laam Miim Tanzil, as-Sajdah. Kemudian pada rakaat keempat surah al-Faatihah dan surat Tabarak. Jika tasyahud telah selesai, sampaikan pujian kepada Allah swt., lalu bershalawatlah atas para nabi, kemudian mintakanlah ampunan bagi orang-orang yang beriman.”

Beliau melanjutkan, “Setelah itu, wahai Ali, bacalah doa berikut ini :

اللهم ارحمنى بترك المعاصى أبدا ما أبقيتنى وارحمنى من أن أتكلف ما لا يعنينى وارزقنى حسن النظر فيما يرضيك عنى. اللهم بديع السماوات والأرض ذا الجلال والاكرام والعزة التى لا ترام، أسألك ياالله يارحمن بجلالك ونور وجهك أن تلزم قلبى حفظ كتابك كما علمتنى وارزقنى أن أتلوه على النحو الذى يرضيك عنى وأسألك أن تنور بكتابك بصرى وتطلق به لسانى وتفرج به عن قلبى وتشرح به صدرى وتستعجل به بدنى وتقونى على ذلك وتعيننى عليه فانه لايعين على الخير غيرك ولا يوفق لذلك الا أنت

“Ya Allah Tuhanku, rahmatilah aku agar dapat meninggalkan kemaksiatan-kemaksiatan sepanjang hidupku. Rahmatilah aku dari usaha habis-habisan yang tidak berguna bagiku. Karuniakanlah aku kemampuan yang baik dalam memandang perkara yang membuat Engkau ridha kepadanya. Wahai Zat Yang Maha Mencipta langit dan bumi, wahai Zat Yang memiliki kegungan, kemuliaan, dan kejayaan yang tidak akan punah. Ya Allah, ya Rahman, dengan segenap kegungan-Mu dan kecemerlangam Zat-Mu, aku memohon engkau menetapkan hatiku di dalam menghafal Kitab Suci-Mu sebagaimana Engkau mendidikku. Karuniakanah aku kemampuan membacanya di atas jalan yang Engkau ridha kepadanya. Dengan perantaraan Kitab Suci-Mu, aku memohon, Engkau menerangi pandanganku, Engkau berikan kelancaran dan kefasihan lisanku, Engkau buka hatiku, Engkau lapangkan dadaku, Engkau gerakkan badanku, dan Engkau berikan kekuatan dan pertolongan atas semua itu. Sesungguhnya tidak ada yang memberikan pertolongan atas kebaikan itu selain Engkau. Dan tidak ada daya kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah swt. semata, Zat Yang Maha Luhur lagi Maha Agung.”)


Beliau bersabda melanjutkan, “Wahai Ali, lakukanlah shalat ini tiga kali, lima kali, atau tujuh kali, niscaya dengan izin Allah dikabulkan. Sesungguhnya doa ini tidak akan menyalahi orang yang beriman sama sekali (yakni pasti dikabulkan).”

Tata Caranya.

Secara ringkas, tata cara shalat yang disebut dengan shalat Taqwiyatul Hifidz tersebut adalah sebagai berikut.

a. Pada malam Jumat berniatlah melakukan shalat sunnah empat rakaat.

b. Pada rakaat pertama membaca al-Fatihah ditambah surah Yaasin. Rakat kedua: al-Faatihah ditambah ad-Dukhan. Rakaat ketiga: al-Faatihah ditambah as-Sajdah. Rakaat keempat:Al-Fatihah ditambah Tabarak (boleh dengan membawa dan melihat mushaf).

c. Setelah tasyahud sebelum salam lakukanlah: 1. Memuji kepada Allah, misalnya, dengan mengucapkan kalimat tahmid. 2. Menghaturkan shalawat dan salam atas Nabi Muhammad dan para nabi yang lain, misalnya dengan membaca shalawat Ibrahimiyah. 3. Mintakanlah ampun kepada orang orang yang beriman, misalnya membaca doa yang tersebut di dalam surah al-Hasyr: 10. 4. Membaca doa sebagaimana tersebut diatas.

d. Lakukanlah shalat ini barang tiga kali, lima kali, atau tujuh kali. Sumber

Kisah Remaja Hafidz Qur'an

Kisah Remaja Hafidz Qur'an

Sekolah Penghafal Al Qur'an -  Menarik sekali berbicara mengenai kelebihan orang yang merupakan anugerah dari Allah Swt. Muhammad Aufa Aulia. Usianya baru 17 tahun, tapi sudah mampu menjadi penghafal Qur’an. Pertama melihat wajahnya, pemuda yang kerap disapa Aufa ini terlihat sangat cerah dan bersinar, teduh dipandang mata. Tak salah bila ia adalah penghafal Qur’an. Ketika mulai memberikan kisahnya di depan para peserta dauroh, suaranya dan logatnya masih khas remaja, dan ternyata dia juga pandai memberi humor di sela-sela obrolannya. Dia bercerita bagaimana ia bisa tertarik menghafal Al-Qur’an, dan berbagi tips menjaga hafalan.
Awal ketertarikannya terhadap tahfidzul Qur’an dikarenakan orang tuanya tiap ba’da isya mengadakan ta’lim rumah, mengkaji Islam, menceritakan siroh nabi kepada seluruh anggota keluarganya termasuk adik bungsu yang basih beberapa bulan juga diikutsertakan. Alasan kedua adalah ketika bersekolah di SDIT Nur Hidayah diharuskan menghafal sedikitnya 2 juz, dalam hal ini Aufa menyebutkan nama Pak Mulyadi dan Pak Bahruni sebgai pembimbing hafalan ketika SD, dan beliau berdua memang sebagai guru Qur’an di SDIT Nur Hidayah sampai saat ini. Kemudian berkat ketekunannya ia diikutkan lomba-lomba tartil.

Mengenai cita-citanya menjadi hafidz Qur’an, sangat mencengangkan bagi saya, karena yang memotivasinya adalah keinginannya untuk memuliakan orang tuanya. Ia pernah mebaca hadits yang menjelaskan bahwa jika ada anak yang hafal Qur’an maka ia bisa memberi syafaat pada keluarganya ketika di akhirat nanti, dan dapat memberi mahkota kemuliaan kepada kedua orang tua yang pada hadits tersebut dijelaskan bahwa sinar mahkota itu melebihi terangnya sinar mentari yang dimasukkan alam ruangan, “Betapa terangnya” ujarnya di depan para hadirin. Ucapannya ini membuat saya berdecak kagum.
Apa saja kiat menghafal Al-Qur’an dari Aufa?
1.      Meninggalkan maksiat pada Allah. Aufa percaya, dengan maksiat pada Nya dapat mengurangi kualitas hafalan yang dikuasai.
2.      Menjaga wudhu. Ia terinspirasi kisah dari sahabat Rasulullah saw yaitu bilal, bahwasanya ada sahabat bermimpi akan masuk surga, kemudian ia melihat di sana sudah ada sandal Bilal di depannya. Kemudian ia bertanya pada Rasulullah saw, amalan apakah yang menjadikannya begitu. Kata Rasul karena ia menjaga wudhu.
3.      Membacanya ketika sholat. Ayat yang kita hafalkan akan lebih cepat terjaga jika sering dibaca dalam sholat.
4.      Menghafal di waktu yang fresh. Waktu ini berbeda-beda pada tiap orang. Aufa menemukan waktu segarnya adalah ba’da ashar, karena ia lepas tidur siang dan tiada merasa mengantuk.

Lalu bagaimana kalau sudah hafal? Aufa kembali memberi tips:
1.      Ziyadah (menambah hafalan baru). Akan tetapi jangan sampai kita melupakan hafalan kita sebelumnya karena Allah murka.
2.      Murojaah, target
3.      Mengamalkannya

Selanjutnya, bagaimana perasaan setelah menjadi hafidz Qur’an? Bahagia, bersyukur ya pastinya. Aufa merampungkan hafalannya selama tiga tahun di Pondok Nurul Wahdah, Sragen. Pada 11 Oktober 2011. Ia sangat bersyukur, akan tetapi ketika wisuda khataman ia sangat sedih ketika satu per satu nama santri dipanggil beserta orang tuanya, namun saat itu ia hanya tertunduk dan berusaha tegar karena saat itu ayahnya sedang ke Australia untuk studi, dan acara itu hanya dihadiri laki-laki, jadi ibunya pun tidak dapat mewakili. Awalnya ketika harus belajar sekaligus menghafal Qur’an di pondok adalah keputusan bersama yang cukup berat dihadapi karena harus jauh dari keluarga. Namun, orang tua selalu memberi semangat, menjenguknya tiap bulan dengan mengirimkan banyak makanan, dan menjanjikan Aufa berlibur ke Australia jika sudah hafidz.
Ia pun bersaing hebat dengan temannya untuk bisa lebih cepat hafal. Persaingan pun dimenangkan Aufa dengan mendapat hafalan yang lebih banyak dari temannya itu. Kini Aufa sudah kelas XI SMA di SMA Ibnu Abbas Klaten. Tapi, kini ia dilema karena harus memilih hadiah yang ditawarkan orang tuanya, apakah ke Australia untuk menghadiri wisuda pendidikan ayahnya, atau ke tanah suci untuk melaksanakan  ibadah umroh. “Wah, maunya sih dua-duanya, tapi ayah bilang harus salah satu”, ujarnya diiringi tawa hadirin.
Setiap usaha memang butuh kesabaran, walaupun pahit tetapi akan berakhir manis. Sayangnya waktu sudah masuk sholat dzuhur sehingga tidak dibuka sesi tanya jawab. Semoga akan terus ada Aufa-Aufa selanjutnya yang bercita-cita dan mampu menjadi hafidz Qur’an, termasuk saya dan yang membaca tulisan saya ini. Amiin. Sumber

Fadilah Menghafal Al Qur'an

Fadilah Menghafal Al Qur'an

Sekolah Penghafal Al Qur'an - Berikut adalah Fadhail Hifzhul Qur'an (Keutamaan menghafal Qur'an) yang dijelaskan Allah dan Rasul-Nya, agar kita lebih terangsang dan bergairah dalam berinteraksi dengan Al Qur'an khususnya menghafal.

Fadhail Dunia

1. Hifzhul Qur'an merupakan nikmat rabbani yang datang dari Allah

Bahkan Allah membolehkan seseorang memiliki rasa iri terhadap para ahlul Qur'an,
"Tidak boleh seseorang berkeinginan kecuali dalam dua perkara, menginginkan seseorang yang diajarkan oleh Allah kepadanya Al Qur'an kemudian ia membacanya sepanjang malam dan siang, sehingga tetangganya mendengar bacaannya, kemudian ia berkata, 'Andaikan aku diberi sebagaimana si fulan diberi, sehingga aku dapat berbuat sebagaimana si fulan berbuat'" (HR. Bukhari)

Bahkan nikmat mampu menghafal Al Qur'an sama dengan nikmat kenabian, bedanya ia tidak mendapatkan wahyu,
"Barangsiapa yang membaca (hafal) Al Qur'an, maka sungguh dirinya telah menaiki derajat kenabian, hanya saja tidak diwahyukan kepadanya." (HR. Hakim)

2. Al Qur'an menjanjikan kebaikan, berkah, dan kenikmatan bagi penghafalnya

"Sebaik-baik kalian adalah yang mempelajari Al Qur'an dan mengajarkannya" (HR. Bukhari dan Muslim)

3. Seorang hafizh Al Qur'an adalah orang yang mendapatkan Tasyrif nabawi (penghargaan khusus dari Nabi SAW)

Di antara penghargaan yang pernah diberikan Nabi SAW kepada para sahabat penghafal Al Qur'an adalah perhatian yang khusus kepada para syuhada Uhud yang hafizh Al Qur'an. Rasul mendahulukan pemakamannya.

"Adalah nabi mengumpulkan di antara dua orang syuhada Uhud kemudian beliau bersabda, "Manakah di antara keduanya yang lebih banyak hafal Al Qur'an, ketika ditunjuk kepada salah satunya, maka beliau mendahulukan pemakamannya di liang lahat." (HR. Bukhari)

Pada kesempatan lain, Nabi SAW memberikan amanat pada para hafizh dengan mengangkatnya sebagai pemimpin delegasi.

Dari Abu Hurairah ia berkata, "Telah mengutus Rasulullah SAW sebuah delegasi yang banyak jumlahnya, kemudian Rasul mengetes hafalan mereka, kemudian satu per satu disuruh membaca apa yang sudah dihafal, maka sampailah pada Shahabi yang paling muda usianya, beliau bertanya, "Surat apa yang kau hafal? Ia menjawab,"Aku hafal surat ini.. surat ini.. dan surat Al Baqarah." Benarkah kamu hafal surat Al Baqarah?" Tanya Nabi lagi. Shahabi menjawab, "Benar." Nabi bersabda, "Berangkatlah kamu dan kamulah pemimpin delegasi." (HR. At-Turmudzi dan An-Nasa'i)

Kepada hafizh Al Qur'an, Rasul SAW menetapkan berhak menjadi imam shalat berjama'ah. Rasulullah SAW bersabda,
"Yang menjadi imam suatu kaum adalah yang paling banyak hafalannya." (HR. Muslim)

4. Hifzhul Qur'an merupakan ciri orang yang diberi ilmu

"Sebenarnya, Al Quran itu adalah ayat-ayat yang nyata di dalam dada orang-orang yang diberi ilmu. Dan tidak ada yang mengingkari ayat-ayat Kami kecuali orang-orang yang zalim." (QS Al-Ankabuut 29:49)

5. Hafizh Qur'an adalah keluarga Allah yang berada di atas bumi

"Sesungguhnya Allah mempunyai keluarga di antara manusia, para sahabat bertanya, "Siapakah mereka ya Rasulullah?" Rasul menjawab, "Para ahli Al Qur'an. Merekalah keluarga Allah dan pilihan-pilihan-Nya." (HR. Ahmad)

6. Menghormati seorang hafizh Al Qur'an berarti mengagungkan Allah

"Sesungguhnya termasuk mengagungkan Allah menghormati orang tua yang muslim, penghafal Al Qur'an yang tidak melampaui batas (di dalam mengamalkan dan memahaminya) dan tidak menjauhinya (enggan membaca dan mengamalkannya) dan Penguasa yang adil." (HR. Abu Daud)


Fadhail Akhirat

1. Al Qur'an akan menjadi penolong (syafa'at) bagi penghafal

Dari Abi Umamah ra. ia berkata, "Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda, "Bacalah olehmu Al Qur'an, sesungguhnya ia akan menjadi pemberi syafa'at pada hari kiamat bagi para pembacanya (penghafalnya)."" (HR. Muslim)

2. Hifzhul Qur'an akan meninggikan derajat manusia di surga

Dari Abdillah bin Amr bin 'Ash dari Nabi SAW, beliau bersabda, "Akan dikatakan kepada shahib Al Qur'an, "Bacalah dan naiklah serta tartilkan sebagaimana engkau dulu mentartilkan Al Qur'an di dunia, sesungguhnya kedudukanmu di akhir ayat yang kau baca." (HR. Abu Daud dan Turmudzi)

Para ulama menjelaskan arti shahib Al Qur'an adalah orang yang hafal semuanya atau sebagiannya, selalu membaca dan mentadabur serta mengamalkan isinya dan berakhlak sesuai dengan tuntunannya.

3. Para penghafal Al Qur'an bersama para malaikat yang mulia dan taat

"Dan perumpamaan orang yang membaca Al Qur'an sedangkan ia hafal ayat-ayatnya bersama para malaikat yang mulia dan taat." (Muttafaqun ?alaih)

4. Bagi para penghafal kehormatan berupa tajul karamah (mahkota kemuliaan)

Mereka akan dipanggil, "Di mana orang-orang yang tidak terlena oleh menggembala kambing dari membaca kitabku?" Maka berdirilah mereka dan dipakaikan kepada salah seorang mereka mahkota kemuliaan, diberikan kepadanya kesuksesan dengan tangan kanan dan kekekalan dengan tangan kirinya. (HR. At-Tabrani)

5. Kedua orang tua penghafal Al Qur'an mendapat kemuliaan

Siapa yang membaca Al Qur'an, mempelajarinya, dan mengamalkannya, maka dipakaikan mahkota dari cahaya pada hari kiamat. Cahayanya seperti cahaya matahari dan kedua orang tuanya dipakaiakan dua jubah (kemuliaan) yang tidak pernah didapatkan di dunia. Keduanya bertanya, "Mengapa kami dipakaikan jubah ini?" Dijawab,"Karena kalian berdua memerintahkan anak kalian untuk mempelajari Al Qur'an." (HR. Al-Hakim)

6. Penghafal Al Qur'an adalah orang yang paling banyak mendapatkan pahala dari Al Qur'an

Untuk sampai tingkat hafal terus menerus tanpa ada yang lupa, seseorang memerlukan pengulangan yang banyak, baik ketika sedang atau selesai menghafal. Dan begitulah sepanjang hayatnya sampai bertemu dengan Allah. Sedangkan pahala yang dijanjikan Allah adalah dari setiap hurufnya.

"Barangsiapa yang membaca satu huruf dari Al Qur'an maka baginya satu hasanah, dan hasanah itu akan dilipatgandakan sepuluh kali. Aku tidak mengatakan Alif Lam Mim itu satu huruf, namun Alif itu satu huruf, Lam satu huruf dan Mim satu huruf." (HR. At-Turmudzi)

7. Penghafal Al Qur'an adalah orang yang akan mendapatkan untung dalam perdagangannya dan tidak akan merugi

"Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca kitab Allah dan mendirikan shalat dan menafkahkan sebahagian dari rezki yang Kami anugerahkan kepada mereka dengan diam-diam dan terang-terangan, mereka itu mengharapkan perniagaan yang tidak akan merugi, agar Allah menyempurnakan kepada mereka pahala mereka dan menambah kepada mereka dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Mensyukuri." (QS Faathir 35:29-30)

Adapun fadilah-fadilah lain seperti penghafal Al Qur'an tidak akan pikun, akalnya selalu sehat, akan dapat memberi syafa'at kepada sepuluh orang dari keluarganya, serta orang yang paling kaya, do'anya selalu dikabulkan dan pembawa panji-panji Islam, semuanya tersebut dalam hadits yang dhaif.

"Ya Allah, jadikan kami, anak-anak kami, dan keluarga kami sebagai penghafal Al Qur'an, jadikan kami orang-orang yang mampu mengambil manfaat dari Al Qur'an dan kelezatan mendengar ucapan-Nya, tunduk kepada perintah-perintah dan larangan-larangan yang ada di dalamnya, dan jadikan kami orang-orang yang beruntung ketika selesai khatam Al Qur'an. Allahumma amin" (dian). Sumber

Bagaimana Bacaan Al-Qur’anmu?

Bagaimana Bacaan Al-Qur’anmu?

Sekolah Penghafal Al Qur'an - Yang paling ideal dalam membaca Al-Qur’an adalah membacanya dengan tartil, mengaplikasikan seluruh hukum tajwidnya, lalu menghiasi bacaan Al-Qur’an tersebut dengan suara yang indah; syahdu; dan merdu. Sehingga ketika kita mendengarnya, suaranya itu dapat semakin menambah kekhusyukan; kenikmatan; dan takut kepada Allaah. Itu idealnya, namun yang sering terjadi adalah begini:

Seseorang sedang menghafal Al-Qur’an dan meniru salah satu cengkok lantunan bacaan seorang qaari’ yang suaranya dikenal merdu dan mendayu-dayu. Selama tidak memaksakan diri untuk bisa sama persis dengan sang qaari’ ya masih boleh saja. Karena kalau sudah memaksakan diri dalam hal mengikuti persis suara seorang qaari’, kata para ulama, hal itu termasuk bid’ah dalam beribadah.

Di satu sisi ini memang bisa membantu menghafal, namun di sisi lain, banyak sekali praktek “tajwid diseret oleh lagu”. Bukannya lagu yang mengikuti tajwid. Artinya, seseorang itu mengorbankan tajwid dalam bacaannya demi ingin berusaha menyamakan dengan maqaamaat atau cengkok nada atau menyamai bacaan sang qaari’. Ada di antara qaari’ itu yang memang terlalu memaksakan diri, khususnya dalam praktek mujawwad, yang harus mengikuti maqaamaat tertentu.

Ada pula qaari’ yang tajwidnya bagus, suaranya juga merdu, namun yang keliru adalah yang meniru. Kenapa? Saya ambil contoh seorang qaari’ yang cukup banyak ditiru oleh masyarakat yakni Syaikh Musyaari Raasyid. Beliau itu dahulu di Universitas Islam Madinah mengambil jurusan studi Al-Qur’an, sudah piawai juga membaca Al-Qur’an, plus munsyid juga sih. Kalau Beliau membuat cengkok, sependek yang saya dengar masih bisa dibilang pas dengan tajwidnya. Akan tetapi, yang mengimitasi bacaan beliau, bisa jadi karena belum belajar tajwid atau mungkin sudah belajar tajwid, memaksakan diri dan kurang teliti. Walhasil tajwidnya acak-acakan sekali plus lahn (kesalahan dalam membaca Al-Qur’an) bertubi-tubi, baik yang khafiyy (ringan) atau yang jaliyy (berat).

Konkretnya begini: salah satu bacaan Beliau yang dianggap merdu oleh banyak orang adalah pada salah satu versi bacaan surat Al-Insaan; Yuusuf; Ibraahiim; Al-Qiyaamah [saat qiyaamul lail] -itu hanya contoh, sebetulnya masih banyak lagi-. Pada surat Al-Qiyaamah ayat: 27

وَقِيلَ مَنْ رَاقٍ

Di antara kata من dan راق ada saktah. Pada kata raaq sendiri jika dibaca waqf (berhenti) panjangnya 2, 4, 6 harakat karena ada mad ‘aaridh lissukuun. Jika seseorang mau nekat mengikuti cengkok bacaan Syaikh Musyaari dalam surat Al-Qiyaamah versi qiyaamullail, itu saking lekak-lekuknya bisa jadi kebablasan sampai 8 harakat, dan ini keliru. Ini hanya contoh kecil saja.

Ada lagi ketika ingin mengayunkan suara pada hukum bacaan ikhfaa‘. Seseorang seringkali kurang hati-hati dan teliti dalam melagukannya, hingga malah menambahkan huruf yang tidak semestinya ada. Maka, jika kita tidak bisa memenuhi idealisme dalam membaca atau menghafal Al-Qur’an seperti yang saya paparkan di paragraf awal, maka utamakan terapkan ilmu tajwidnya dahulu, karena membaca Al-Qur’an sesuai kaidah ilmu tajwid hukumnya fardhu ‘ain bagi setiap muslim dan muslimah. Adapun menghiasi bacaan Al-Qur’an dengan suara yang bagus dan merdu hukumnya mustahabb/sunnah. Sesuatu yang hukumnya fardhu ‘ain harus didahulukan daripada yang hukumnya mustahabb.

Sudah belajar ilmu tajwid dasar atau belum ya? Masih banyak tugas lho… jangan banyak berleha-leha ya?

Surat Makiyyah dan Madaniyyah

Surat Makiyyah dan Madaniyyah

Sekolah Penghafal Al Qur'an - Al Qur’an diturunkan kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam secara berangsur-angsur selama kurang lebih 23 tahun. Sebagian besar ayat Al Qur’an tersebut diturunkan di kota Mekah. Para ulama membedakan surat dalam Al Qur’an menjadi dua yaitu: Makiyyah dan Madaniyyah.

Makiyyah adalah surat/ ayat yang diturunkan kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sebelum beliau hijrah ke kota Madinah. Adapun Madaniyyah adalah surat/ ayat yang diturunkan kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam setelah beliau hijrah ke kota Madinah.

Perbedaan antara surat Makiyyah dan Madaniyyah dari segi gaya bahasa

1. Ayat-ayat Makiyyah umumnya memiliki uslub (gaya bahasa) yang kuat, kalimatnya keras. Hal ini karena kebanyakan masyarakat ketika itu adalah orang-orang yang suka menentang Islam dan orang-orang yang sombong. Sebagai contoh surat Makiyyah adalah surat Al Mudatstsir dan Al Qomar.
Adapun ayat-ayat Madaniyyah umumnya memiliki gaya bahasa yang lembut, mudah dicerna kalimatnya. Hal ini karena kebanyakan masyarakat ketika itu adalah orang-orang yang menerima dan orang-orang yang menyerahkan dirinya kepada Islam. Sebagai contoh adalah surat Al Maidah.

2. Surat Makiyyah umumnya memiliki ayat-ayat yang pendek dan pendalilannya kuat. Hal ini karena masyarakat yang diajak bicara umumnya adalah orang-orang yang suka menentang dan susah menerima dakwah Islam. Oleh karena itu mereka didakwahi sesuai dengan keadaan mereka, sebagai contoh adalah surat Ath-Thuur.
Adapun surat Madaniyyah umumnya memiliki ayat-ayat yang panjang dan membicarakan mengenai hukum. Sebagai contoh adalah surat Al Baqarah.

Perbedaan antara surat Makiyyah dan Madaniyyah dari segi tema

1. Surat-surat Makiyyah umumnya berisi tentang Tauhid dan bagaimana aqidah yang benar, khususnya yang berkaitan dengan Tauhid Uluhiyyah dan Iman terhadap hari akhir karena kebanyakan masyarakat pada saat itu adalah orang-orang yang mengingkarinya.
Adapun surat Madaniyyah umumnya berisi tentang perincian-perincian ibadah dan muamalah. Hal ini karena obyek dakwah ketika itu adalah orang-orang yang Tauhid dan aqidahnya telah kuat terpatri dalam jiwa mereka.

2. Adanya penjelasan tentang jihad dan hukum-hukumnya, adanya penjelasan mengenai orang-orang munafik dan keadaan mereka dalam ayat-ayat Madaniyyah karena sesuai dengan keadaan saat itu, di mana ketika itu mulai diwajibkannya jihad dan mulai muncul kemunafikan yang perkara ini belum muncul ketika periode Mekah.

Faidah memahami perbedaan surat Makiyyah dan Madaniyyah

Memahami perbedaan antara surat Makiyyah dan Madaniyyah merupakan perkara yang sangat penting karena di dalamnya terdapat faidah yang banyak, di antaranya adalah:

1. Mengetahui keindahan gaya bahasa Al Qur’an yang memilki tingkatan paling tinggi, karena bahasa Al Qur’an disesuaikan dengan keadaan masyarakat yang menjadi obyek dakwah ketika itu, terkadang bahasanya keras dan tegas dan terkadang bahasanya lembut dan mudah disesuaikan dengan kondisi masyarakat yang menjadi obyek dakwah.

2. Mengetahui hikmah diturunkannya Al Qur’an secara berangsur-angsur sesuai dengan perkara yang paling penting yang dibutuhkan masyarakat ketika itu sehingga mereka lebih mudah untuk menerima dan mengambil faidahnya.

3. Mengajarkan para da’i yang berdakwah di jalan Allah dan mengarahkan mereka untuk mengikuti metode Al Qur’an dalam hal gaya bahasa dan tema disesuaikan dengan sasaran dakwah. Dengan cara memulai dari yang paling penting kemudian yang lebih penting. Menggunakan bahasa yang tegas maupun lembut disesuaikan pada tempatnya.

4. Membedakan antara ayat yang Nasikh (yang menghapus) dengan Mansukh (yang dihapus hukumnya) sekiranya terdapat dua ayat Makiyyah dan Madaniyyah yang terlihat bertentangan dan tercapai di antara keduanya syarat-syarat Naskh (penghapusan). Jika syarat Naskh terpenuhi maka ayat Madaniyyah akan membatasi hukum ayat Makiyyah karena ayat Madaniyyah turun lebih akhir dibanding ayat Makiyyah.

Diringkas dari kitab “Ushul fit-tafsiir” karya Syaikh Muhammad bin Shalih Al ‘Utsaimin cetakan Daar Ibnul Jauzi Sumber

Tips Dari Rasulullah Bagi Penghafal Al Qur’an

Tips Dari Rasulullah Bagi Penghafal Al Qur’an

Sekolah Penghafal Al Qur'an - Pembaca yang budiman, ternyata Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam telah memberikan tips dalam menghafalkan Al Qur’an agar cepat hafal dan tidak mudah hilang dari ingatan. Simak hadits berikut ini..

Dicatat oleh Ibnu Nashr dalam Qiyamul Lail (73),

حَدَّثَنَا يُونُسُ بْنُ عَبْدِ الأَعْلَى ، أَخْبَرَنِي أَنَسُ بْنُ عِيَاضٍ ، عَنْ مُوسَى بْنِ عُقْبَةَ ، عَنْ نَافِعٍ ، عَنِ ابْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ، قَالَ : ” إِذَا قَامَ صَاحِبُ الْقُرْآنِ فَقَرَأَهُ بِاللَّيْلِ وَالنَّهَارِ ذَكَرَهُ وَإِنْ لَمْ يَقُمْ بِهِ نَسِيَهُ “

“Yunus bin Abdil A’la menuturkan kepadaku, Anas bin ‘Iyadh mengabarkan kepadaku, dari Musa bin ‘Uqbah, dari Nafi’ dari Ibnu Umar radhiallahu’anhu, dari Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam, beliau bersabda:

‘Jika seseorang shahibul Qur’an membaca Al Qur’an di malam hari dan di siang hari ia akan mengingatnya. Jika ia tidak melakukan demikian, ia pasti akan melupakannya‘”

hadits ini dicatat juga imam Muslim dalam Shahih-nya (789), oleh Abu ‘Awwanah dalam Mustakhraj-nya (3052) dan Ibnu Mandah dalam Fawaid-nya (54)
Derajat hadits

Hadits ini shahih tanpa keraguan, semua perawinya tsiqah. Semuanya perawi Bukhari-Muslim kecuali Yunus bin bin Abdil A’la, namun ia adalah perawi Muslim.
Faidah hadits

    Hafalan Al Qur’an perlu untuk dijaga secara konsisten setiap harinya. Karena jika tidak demikian akan, hilang dan terlupa. Sebagaimana sabda Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam,

    إنما مَثَلُ صاحبِ القرآنِ كمثلِ الإبلِ المعَقَّلَةِ . إن عاهد عليها أمسكَها . وإن أطلقها ذهبَت

    “Permisalan Shahibul Qur’an itu seperti unta yang diikat. Jika ia diikat, maka ia akan menetap. Namun jika ikatannya dilepaskan, maka ia akan pergi” (HR. Muslim 789)

    Imam Al ‘Iraqi menjelaskan: “Nabi mengibaratkan bahwa mempelajari Al Qur’an itu secara terus-menerus dan membacanya terus-menerus dengan ikatan yang mencegah unta kabur. Maka selama Al Qur’an masih diterus dilakukan, maka hafalannya akan terus ada”.

    Beliau juga mengatakan: “dalam hadits ini ada dorongan untuk mengikat Al Qur’an dengan terus membacanya dan mempelajarinya serta ancaman dari melalaikannya hingga lupa serta dari lalai dengan tidak membacanya” (Tharhu At Tatsrib, 3/101-102)
    Kalimat فَقَرَأَهُ بِاللَّيْلِ وَالنَّهَارِ ذَكَرَهُ (membaca Al Qur’an di malam hari dan mengingatnya di siang hari) menunjukkan bahwa membaca Qur’an dan muraja’ah (mengulang) hafalan Al Qur’an hendaknya dilakukan setiap hari
    Anjuran untuk terus mempelajari, membaca dan muraja’ah (mengulang) hafalan Al Qur’an secara konsisten, setiap hari, di seluruh waktu. Al Qurthubi menyatakan: “hal pertama yang mesti dilakukan oleh shahibul qur’an adalah mengikhlaskan niatnya dalam mempelajari Al Qur’an, yaitu hanya karena Allah ‘Azza wa Jalla semata, sebagaimana telah kami sebutkan. Dan hendaknya ia mencurahkan jiwanya untuk mempelajari Al Qur’an baik malam maupun siang hari, dalam shalat maupun di luar shalat, agar ia tidak lupa” (Tafsir Al Qurthubi, 1/20).
    Anjuran untuk lebih bersemangat membaca Al Qur’an di malam hari. Sebagaimana firman Allah Ta’ala:

    إِنَّ نَاشِئَةَ اللَّيْلِ هِيَ أَشَدُّ وَطْئًا وَأَقْوَمُ قِيلًا

    “Sesungguhnya bangun di waktu malam adalah lebih tepat (untuk khusyu’) dan bacaan (Qur’an) di waktu itu lebih kuat masuk hati” (QS. Al Muzammil)
    Anjuran untuk muraja’ah (mengulang) hafalan Al Qur’an di siang hari dan malam hari
    Hadits di atas tidak membatasi membaca Qur’an dan muraja’ah (mengulang) hafalan Al Qur’an hanya malam dan siang saja, namun sekedar irsyad (bimbingan) dari Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam agar senantiasa melakukannya. Hadits riwayat Muslim di atas menunjukkan bahwa semakin sering membaca dan muraja’ah itu semakin baik dan semakin mengikat hafalan Al Qur’an. Dan pemilihan waktunya disesuaikan apa yang mudah bagi masing-masing orang. Syaikh Shalih Al Maghamisi, seorang pakar ilmu Al Qur’an, ketika ditanya tentang hal ini beliau menjawab: “waktu menghafal yang utama itu tergantung keadaan masing-masing orang yang hendak menghafal. Adapun berdasarkan tajribat (pengalaman), waktu yang paling baik adalah setelah shalat shubuh” (Sumber: youtube)
    Hadits ini dalil bahwa shahibul qur’an, dengan segala keutamaannya, yang dimaksud adalah orang yang menghafalkan Al Qur’an, bukan sekedar membacanya. Al Imam Al Iraqi mengatakan: “yang zhahir, yang dimaksud shahibul qur’an adalah orang yang menghafalkannya” (Tharhu At Tatsrib, 3/101). Syaikh Muhammad Nashiruddin Al Albani menyatakan, “ketahuilah, makna dari shahibul Qur’an adalah orang yang menghafalkannya di hati. berdasarkan sabda nabi Shallallahu’alaihi Wasallam:

    يؤم القوم أقرؤهم لكتاب الله

    “hendaknya yang mengimami sebuah kaum adalah yang paling aqra’ terhadap kitabullah”

    maksudnya yang paling hafal. Maka derajat surga yang didapatkan seseorang itu tergantung pada banyak hafalan Al Qur’annya di dunia, bukan pada banyak bacaannya, sebagaimana disangka oleh sebagian orang. Maka di sini kita ketahui keutamaan yang besar bagi pada penghafal Al Qur’an. Namun dengan syarat ia menghafalkan Al Qur’an untuk mengharap wajah Allah tabaaraka wa ta’ala, bukan untuk tujuan dunia atau harta” (Silsilah Ash Shahihah, 5/281). Sumber

Kisah Penghafal yang Hafal Qur'an Dalam Waktu Singkat

Kisah Penghafal yang Hafal Qur'an Dalam Waktu Singkat

Sekolah Penghafal Al Qur'an -  Setiap penghafal al-Qur'an mempunyai kenangan manis tersendiri ketika ia bisa mengkhatamkan hafalannya. Ada yang khatam dalam waktu cepat, lambat dan juga normal. Tapi jangan sampai Anda seperti kebanyakan orang, menghafal lalu.....meninggalkan hafalan itu..Laa haulaa walaa quwwata illah billah. Semoga saja tidah yach, Amiin

Untuk menyemangati kita agar lebih semangat untuk menghafal dan menjadi pelajaran goresan sejarah manis ini, berikut beberapa kisah penghafal yang hafal dalam waktu singkat:


1. Abu Wail.

Siapa dia? Ia adalah saudara kandung dari Ibnu Salamah, seorang Imam besar gurunya penduduk Kufah. Ia sezaman dengan nabi shallallahu alaihi wasallam. Tapi belum sempat melihat wajah Rasulullah Saw. Belajar al-Qur'an hanya dalam waktu 2 bulan saja.

2. Pemuda yan hafal al-Qur'an di bulan Ramadhan.

Loh, gimana caranya??! Konon, pemuda ini selalu membiasakan diri menjadi imam shalat tarawih yang membiasakan khatam dalam waktu sebulan selama Ramadhan. Setiap harinya ia harus hafal 1 juz al-Qur'an -mengingat perannya sebagai Imam tarawih- kemudian membacanya dalam shalat tarawih sampai ia hafal seluruhnya, Subhanallah

3. Seorang penghafal meriwayatkan bahwa ada beberapa pemuda yang hafal al-Qur'an 30 juz hanya ketika menghabiskan liburan musim semi saja.

4. Seorang mahasiswa Turki, kuliah di sebuah kampus dan mampu menghafal al-Qur'an 30 juz dalam waktu 70 hari.

Mereka yang kita sebutkan di atas dengan singkat, adalah fenomena di sekitar kita. Mereka juga manusia seperti kita. Akan tetapi perbedaan antara kita dengan mereka adalah sebuah anlogi agar tidak membuat kita menjadi down (patah semangat) ketika membaca kisah-kisah keteladanan di atas.

Diceritakan pula tentang beberapa pemuda yang hendak menghafal al-Qur'an. Dan ini membuat mereka gembira dan senang hatinya. Yaitu di antara mereka ada yang hafal al-Qur'an dalam waktu 4 tahun, 5 tahun, 7 tahun. Bahkan sampai ada yang memakan waktu 9 tahun lamanya. Ia selalu bersungguh-sungguh terhadap dirinya sendiri sampai bisa mewujudkan impiannya itu. Tidak perlu ada pertanyaan, "Sudah berapa juz kamu hafal al-Qur'an?". Tapi yang terpenting adalah bahwa Anda masih menghafal dan terus menghafal. Meski pertanyaan di atas perlu juga untuk mengingatkan dan memacu semangat menghafal.

Wallahu A'lam.

(Dikutip dari buku "Menjadi Hafizh al-Qur'an dengan Otak Kanan, Panduan Sistematis dan Aplikatif.")

Siapakah Yang Dimaksud Dengan Ahlul Qur’an?

Siapakah Yang Dimaksud Dengan Ahlul Qur’an?

Sekolah Penghafal Al Qur'an - Siapakah yang dimaksud ahlul qur’an dan ahlullah (keluarga Allah) atau hamba-hamba khusus bagi Allah dalam sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam :

إِنَّ لِلَّهِ أَهْلِينَ مِنَ النَّاسِ قَالُوا : مَنْ هُمْ يَا رَسُولَ اللَّهِ؟ قَالَ : أَهْلُ الْقُرْآنِ هُمْ أَهْلُ اللَّهِ وَخَاصَّتُهُ

“Sesungguhnya Allah mempunyai keluarga di antara manusia, para sahabat bertanya, “Siapakah mereka ya Rasulullah?” Rasul menjawab, “Para ahli Al Qur’an. Merekalah keluarga Allah dan hamba pilihanNya” (HR. Ahmad)

Simak penjelasan Syaikh Shalih Al-Fauzan -hafizhahullah- berikut:

“Yang dimaksud ahlul qur’an  bukan orang yang sekedar menghafal dan membacanya saja. Ahlul qur’an (sejati) adalah yang mengamalkannya, meskipun ia belum hafal Qur’an. Orang-orang yang mengamalkan Al-Qur’an; menjalankan perintah dan menjauhi larangan, serta tidak melanggar batasan-batasan yang digariskan Al-Qur’an, mereka itulah yang dimaksud ahlul qur’an, keluarga Allah serta orang-orang pilihannya Allah. Merekalah hamba Allah yang paling istimewa.

Adapun orang yang hafal Al-Qur’an, membaguskan bacaan Qur’an nya, membaca setiap hurufnya dengan baik. Namun jika ia menyepelekan batasan-batasan yang digariskan Al-Qur’an, ia bukan termasuk dari ahlul qur’an. Tidak pula termasuk dari orang-orang khususnya Allah.

Jadi ahlul qur’an adalah orang yang berpedoman dengan Al-Qur’an (dalam gerak-gerik kehidupannya), ia tidak menjadikan selain Al-Qur’an sebagai panutan. Mereka mengambil fiqih, hukum-hukum dari Al-Qur’an, serta menjadikannya sebagai pedoman dalam beragama..”. Sumber

Keutamaan Menjadi Penghafal Al Qur'an

Keutamaan Menjadi Penghafal Al Qur'an

Sekolah Penghafal Al Qur'an - Allah telah menjanjikan kelebihan kepada mereka yang menghafal al Quran seperti yang digambarkan di bawah.

1.MEREKA ADALAH KELUARGA ALLAH SWT.
Sabda Rasulullah s.a.w:
"Daripada Anas ra. Ia berkata bahawa Rasulullah s.a.w bersabda, "Sesungguhnya Allah itu mempunyai keluarga yang terdiri daripada manusia." Kemudian Anas berkata lagi, lalu Rasulullah s.a.w bertanya: "Siapakah mereka itu wahai Rasulullah. Baginda menjawab: "Iaitu ahli Quran (orang yang membaca atau menghafal Al- Quran dan mengamalkan isinya).Mereka adalah keluarga Allah dan orang-orang yang istimewa bagi Allah.
2.DI TEMPATKAN SYURGA YANG PALING TINGGI
Sabda rasulullah s.a.w:
"Daripada Abdullah Bin Amr Bin Al Ash ra dari nabi s.a.w, baginda bersabda; Diakhirat nanti para ahli Al Quran di perintahkan, "Bacalah dan naiklah kesyurga. Dan bacalah Al Quran dengan tartil seperti engkau membacanya dengan tartil pada waktu di dunia. Tempat tinggal mu di syurga berdasarkan ayat paling akhir yang engkau baca."
3.AHLI AL QURAN ADALAH ORANG YANG ARIF DI SYURGA
Sabda rasulullah s.a.w "Daripada Anas ra. Bahawasanya Rasulullah s.a.w. bersabda; "Para pembaca Al Quran itu adalah orang-orang yang arif di antara penghuni syurga,"
4.MENGHORMATI ORANG YANG MENGHAFAL AL QURAN BERERTI MENGAGUNGKAN ALLAH SWT.
Sabda rasulullah s..a.w  "Daripada Abu Musa Al Asya'ari ra.ia berkata bahawasanya Rasulullah s.a.w. bersabda: "Diantara perbuatan mengagungkan Allah adalah menghormati Orang Islam yang sudah tua, menghormati orang yang menghafal Al-Quran yang tidak berlebih-lebihan dalam mengamalkan isinya dan tidak membiarkan Al-Quran tidak di amalkan, serta menghormati kepada penguasa yang adil."
5.HATI PENGHAFAL AL-QURAN TIDAK DI SEKSA
Sabda rasulullah s.a.w.
" DaripadaAbdullah Bin Mas'ud ra. Daripada nabi s.a.w. baginda bersabda: " bacalah Al Quran kerana Allah tidak akan menyeksa hati orang yang hafal al-quran.
Sesungguhanya Al -Quran ini adalah hidangan Allah, siapa yang memasukkunya ia akan aman. Dan barangsiapa yang mencintai Al Quran maka hendaklah ia bergembira."
6.MEREKA LEBIH BERHAK MENJADI IMAM DALAM SOLAT
Sabda rasulullah s.a.w. :
"DaripadaIbnu Mas'ud ra. Dari Rasulullah s.a.w. beliau bersabda; "yang menjadi imam dalam solat suatu kaum hendaknya yang paling pandai membaca Al Quran."
7.DISAYANGI RASULULLAH S.A.W
Sabda rasulullah s.a.w.:
"Daripada Jabir Bin Abdullah ra. Bahawa nabi s.a.w menyatukan dua orang daripada orang-orang yang gugur dalam perang uhud dalam satu liang lahad.
Kemudian nabi s.a.w. bertanya, "dari mereka berdua siapakah paling banyak hafal Al Quran?" apabila ada orang yang dapat menunjukkan kepada salah satunya, maka nabi s.a.w memasukkan mayat itu terlebih dahulu ke liang lahad."
8.DAPAT MEMBERIKAN SYAFAAT KEPADA KELUARGA
Sabda rasulullah s.a.w.:
"Daripada Ali Bin Abi Thalib Karramallahu Wajhah ia berkata, "Barangsiapamembaca Al Quran dan menghafalnya, maka Allah akan memasukkannya kedalam syurga dan memberikannya hak syafaat untuk sepuluh anggota keluarganya di mana mereka semuanya telah di tetapkan untuk masuk neraka."
9.PENGHAFAL AL QURAN AKAN MEMAKAI MAHKOTA KEHORMATAN
Sabda rasulullah s.a.w.:
"Daripada Abu Hurairah ra.daripada nabi s.a.w. baginda bersabda: "orang yang hafal Al Quran nanti pada hari kiamatnanti akan datang dan Al Quran akan berkata; "Wahai Tuhan ,pakaikanlah dia dengan pakaian yang baik lagi baru." Maka orang tersebut di berikan mahkota kehormatan. Al Quran berkata lagi:
"Wahai Tuhan tambahlah pakaiannya." Maka orang itu di beri pakaian kehormatannya. Al Quran lalu berkata lagi, "Wahai Tuhan, redailah dia." Maka kepadanya di katakan; "Bacalah dan naiklah." Dan untuk setiap ayat, ia di beri tambahan satu kebajikan."
10.HAFAL AL QURAN MERUPAKAN BEKALAN PALING BAIK.
Sabda rasulullah s.a.w.:
"Daripada jabir bin nufair, katanya rasulullah s.a.w. bersabda; "Sesungguhnya kamu tidak akan kembali menghadap Allah dengan membawa sesuatu yang paling baik daripada sesuatu yang berasal daripada-Nya iaitu Al Quran.
11.ORANG TUA MEMPEROLEHI PAHALA KHUSUS JIKA ANAKNYA PENGHAFAL AL QURAN.
Sabda rasulullah s.a.w.:
"Daripada Buraidah Al Aslami ra, ia berkata bahawasanya ia mendengar Rasulullah s..a.w bersabda: "Pada hari kiamat nanti, Al Quran akan menemui penghafalnya ketika penghafal itu keluar dari kuburnya. Al Quran akan berwujud seseorang dan ia bertanya kepada penghafalnya: "Apakah anda mengenalku?".
Penghafal tadi menjawab; "saya tidak mengenal kamu." Al Quran berkata; "saya adalah kawanmu, Al Quran yang membuatmu kehausan di tengah hari yang panas dan membuatmu tidak tidur pada malam hari. Sesungguhnya setiap pedagang akan mendapat keuntungan di belakang dagangannya dan kamu pada hari ini di belakang semua dagangan. Maka penghafal Al Quran tadi di beri kekuasaan di tangan kanannya dan diberi kekekalan ditangan kirinya, serta di atas kepalanya dipasang mahkota perkasa. Sedang kedua orang tuanya diberi dua pakaian baru lagi bagus yang harganya tidak dapat di bayar oleh penghuni dunia keseluruhannya. Kedua orang tua itu lalu bertanya: "kenapa kami di beri dengan pakaian begini?". Kemudian di jawab, "kerana anakmu hafal Al Quran."
Kemudian kepada penghafal Al Quran tadi di perintahkan, "bacalah dan naiklah ketingkat-tingkat syurga dan kamar-kamarnya." Maka ia pun terus naik selagi ia tetap membaca, baik bacaan itu cepat atau perlahan (tartil)
12.AKAN MENEPATI KELAS TERTINGGI DI DALAM SYURGA.
Sabda rasulullah s.a.w.:
"Daripada Sisyah ra ia berkata, bahawasanya Rasulullah s.a.w. bersabda; jumlah tingkatan-tingkatan syurga sama dengan jumlah ayat-ayat Al Quran. Maka tingkatan syurga yang di masuki oleh penghafal Al Quran adalah tingkatan yang paling atas, dimana tidak ada tingkatan lagi sesudah itu.Sumber

23 Keuntungan Menghafal Al-Quran

23 Keuntungan Menghafal Al-Quran

Sekolah Penghafal Al Qur'an - Banyak hadits Rasulullah saw yang mendorong untuk menghafal Al Qur'an atau membacanya di luar kepala, sehingga hati seorang individu muslim tidak kosong dari sesuatu bagian dari kitab Allah swt. Seperti dalam hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Abbas, "Orang yang tidak mempunyai hafalan Al Qur'an sedikit pun adalah seperti rumah kumuh yang mau runtuh." (HR. Tirmidzi)

Berikut adalah Fadhail Hifzhul Qur'an (Keutamaan menghafal Qur'an) yang dijelaskan Allah dan Rasul-Nya, agar kita lebih terangsang dan bergairah dalam berinteraksi dengan Al Qur'an khususnya menghafal.

Fadhail Dunia

1. Hifzhul Qur'an merupakan nikmat rabbani yang datang dari Allah

Bahkan Allah membolehkan seseorang memiliki rasa iri terhadap para ahlul Qur'an,
"Tidak boleh seseorang berkeinginan kecuali dalam dua perkara, menginginkan seseorang yang diajarkan oleh Allah kepadanya Al Qur'an kemudian ia membacanya sepanjang malam dan siang, sehingga tetangganya mendengar bacaannya, kemudian ia berkata, 'Andaikan aku diberi sebagaimana si fulan diberi, sehingga aku dapat berbuat sebagaimana si fulan berbuat'" (HR. Bukhari)

Bahkan nikmat mampu menghafal Al Qur'an sama dengan nikmat kenabian, bedanya ia tidak mendapatkan wahyu,
"Barangsiapa yang membaca (hafal) Al Qur'an, maka sungguh dirinya telah menaiki derajat kenabian, hanya saja tidak diwahyukan kepadanya." (HR. Hakim)

2. Al Qur'an menjanjikan kebaikan, berkah, dan kenikmatan bagi penghafalnya

"Sebaik-baik kalian adalah yang mempelajari Al Qur'an dan mengajarkannya" (HR. Bukhari dan Muslim)

3. Seorang hafizh Al Qur'an adalah orang yang mendapatkan Tasyrif nabawi (penghargaan khusus dari Nabi SAW)

Di antara penghargaan yang pernah diberikan Nabi SAW kepada para sahabat penghafal Al Qur'an adalah perhatian yang khusus kepada para syuhada Uhud yang hafizh Al Qur'an. Rasul mendahulukan pemakamannya.

"Adalah nabi mengumpulkan di antara dua orang syuhada Uhud kemudian beliau bersabda, "Manakah di antara keduanya yang lebih banyak hafal Al Qur'an, ketika ditunjuk kepada salah satunya, maka beliau mendahulukan pemakamannya di liang lahat." (HR. Bukhari)

Pada kesempatan lain, Nabi SAW memberikan amanat pada para hafizh dengan mengangkatnya sebagai pemimpin delegasi.

Dari Abu Hurairah ia berkata, "Telah mengutus Rasulullah SAW sebuah delegasi yang banyak jumlahnya, kemudian Rasul mengetes hafalan mereka, kemudian satu per satu disuruh membaca apa yang sudah dihafal, maka sampailah pada Shahabi yang paling muda usianya, beliau bertanya, "Surat apa yang kau hafal? Ia menjawab,"Aku hafal surat ini.. surat ini.. dan surat Al Baqarah." Benarkah kamu hafal surat Al Baqarah?" Tanya Nabi lagi. Shahabi menjawab, "Benar." Nabi bersabda, "Berangkatlah kamu dan kamulah pemimpin delegasi." (HR. At-Turmudzi dan An-Nasa'i)

Kepada hafizh Al Qur'an, Rasul SAW menetapkan berhak menjadi imam shalat berjama'ah. Rasulullah SAW bersabda,
"Yang menjadi imam suatu kaum adalah yang paling banyak hafalannya." (HR. Muslim)

4. Hifzhul Qur'an merupakan ciri orang yang diberi ilmu

"Sebenarnya, Al Quran itu adalah ayat-ayat yang nyata di dalam dada orang-orang yang diberi ilmu. Dan tidak ada yang mengingkari ayat-ayat Kami kecuali orang-orang yang zalim." (QS Al-Ankabuut 29:49)

5. Hafizh Qur'an adalah keluarga Allah yang berada di atas bumi

"Sesungguhnya Allah mempunyai keluarga di antara manusia, para sahabat bertanya, "Siapakah mereka ya Rasulullah?" Rasul menjawab, "Para ahli Al Qur'an. Merekalah keluarga Allah dan pilihan-pilihan-Nya." (HR. Ahmad)


6. Menghormati seorang hafizh Al Qur'an berarti mengagungkan Allah

"Sesungguhnya termasuk mengagungkan Allah menghormati orang tua yang muslim, penghafal Al Qur'an yang tidak melampaui batas (di dalam mengamalkan dan memahaminya) dan tidak menjauhinya (enggan membaca dan mengamalkannya) dan Penguasa yang adil." (HR. Abu Daud)


Fadhail Akhirat

7. Al Qur'an akan menjadi penolong (syafa'at) bagi penghafal

Dari Abi Umamah ra. ia berkata, "Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda, "Bacalah olehmu Al Qur'an, sesungguhnya ia akan menjadi pemberi syafa'at pada hari kiamat bagi para pembacanya (penghafalnya)."" (HR. Muslim)

8. Hifzhul Qur'an akan meninggikan derajat manusia di surga

Dari Abdillah bin Amr bin 'Ash dari Nabi SAW, beliau bersabda, "Akan dikatakan kepada shahib Al Qur'an, "Bacalah dan naiklah serta tartilkan sebagaimana engkau dulu mentartilkan Al Qur'an di dunia, sesungguhnya kedudukanmu di akhir ayat yang kau baca." (HR. Abu Daud dan Turmudzi)

Para ulama menjelaskan arti shahib Al Qur'an adalah orang yang hafal semuanya atau sebagiannya, selalu membaca dan mentadabur serta mengamalkan isinya dan berakhlak sesuai dengan tuntunannya.

9. Para penghafal Al Qur'an bersama para malaikat yang mulia dan taat

"Dan perumpamaan orang yang membaca Al Qur'an sedangkan ia hafal ayat-ayatnya bersama para malaikat yang mulia dan taat." (Muttafaqun ?alaih)

10. Bagi para penghafal kehormatan berupa tajul karamah (mahkota kemuliaan)

Mereka akan dipanggil, "Di mana orang-orang yang tidak terlena oleh menggembala kambing dari membaca kitabku?" Maka berdirilah mereka dan dipakaikan kepada salah seorang mereka mahkota kemuliaan, diberikan kepadanya kesuksesan dengan tangan kanan dan kekekalan dengan tangan kirinya. (HR. At-Tabrani)

11. Kedua orang tua penghafal Al Qur'an mendapat kemuliaan

Siapa yang membaca Al Qur'an, mempelajarinya, dan mengamalkannya, maka dipakaikan mahkota dari cahaya pada hari kiamat. Cahayanya seperti cahaya matahari dan kedua orang tuanya dipakaiakan dua jubah (kemuliaan) yang tidak pernah didapatkan di dunia. Keduanya bertanya, "Mengapa kami dipakaikan jubah ini?" Dijawab,"Karena kalian berdua memerintahkan anak kalian untuk mempelajari Al Qur'an." (HR. Al-Hakim)

12. Penghafal Al Qur'an adalah orang yang paling banyak mendapatkan pahala dari Al Qur'an

Untuk sampai tingkat hafal terus menerus tanpa ada yang lupa, seseorang memerlukan pengulangan yang banyak, baik ketika sedang atau selesai menghafal. Dan begitulah sepanjang hayatnya sampai bertemu dengan Allah. Sedangkan pahala yang dijanjikan Allah adalah dari setiap hurufnya.

"Barangsiapa yang membaca satu huruf dari Al Qur'an maka baginya satu hasanah, dan hasanah itu akan dilipatgandakan sepuluh kali. Aku tidak mengatakan Alif Lam Mim itu satu huruf, namun Alif itu satu huruf, Lam satu huruf dan Mim satu huruf." (HR. At-Turmudzi)

13. Penghafal Al Qur'an adalah orang yang akan mendapatkan untung dalam perdagangannya dan tidak akan merugi

"Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca kitab Allah dan mendirikan shalat dan menafkahkan sebahagian dari rezki yang Kami anugerahkan kepada mereka dengan diam-diam dan terang-terangan, mereka itu mengharapkan perniagaan yang tidak akan merugi, agar Allah menyempurnakan kepada mereka pahala mereka dan menambah kepada mereka dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Mensyukuri." (QS Faathir 35:29-30)

Adapun fadilah-fadilah lain seperti penghafal Al Qur'an tidak akan pikun, akalnya selalu sehat, akan dapat memberi syafa'at kepada sepuluh orang dari keluarganya, serta orang yang paling kaya, do'anya selalu dikabulkan dan pembawa panji-panji Islam, semuanya tersebut dalam hadits yang dhaif.

"Ya Allah, jadikan kami, anak-anak kami, dan keluarga kami sebagai penghafal Al Qur'an, jadikan kami orang-orang yang mampu mengambil manfaat dari Al Qur'an dan kelezatan mendengar ucapan-Nya, tunduk kepada perintah-perintah dan larangan-larangan yang ada di dalamnya, dan jadikan kami orang-orang yang beruntung ketika selesai khatam Al Qur'an. Allahumma amin" (dian)

Maraji':
Abdul Aziz Abdur Rauf, Lc. Kiat Sukses Menjadi Hafizh Qur'an Da'iyah.
Dr. Yusuf Qardhawi. Berinteraksi dengan Al Quran.
Sebuah kajian baru membuktikan bahwa semakin banyak hafalan seseorang terhadap Al-Qur’an Al-Karim, maka semakin baik pula kesehatan. Dr. Shalih bin Ibrahim Ash-Shani’, guru besar psikologi di Universitas Al-Imam bin Saud Al-Islamiyyah, Riyadh, meneliti dua kelompok responden, yaitu mahasiswa/i Universitas King Abdul Abdul Aziz yang jumlahnya 170 responden, dan kelompok mahasis Al-Imam Asy-Syathibi yang juga berjumlah 170 responden.
Peneliti mendefinisikan kesehatan psikologis sebagai kondisi dimana terjadi keselarasan psikis individu dari tiga faktor utama: agama, spiritual, sosiologis, dan jasmani. Untuk mengukurnya, peneliti menggunakan parameter kesehatan psikis –nya Sulaiman Duwairiat, yang terdiri dari 60 unit.
Penelitian ini menemukan adanya korelasi positif antara peningkatan kadar hafalan dengan tingkat kesehatan psikis, dan mahasiswa yang unggul di bidang hafalan Al-Qur’an itu memiliki tingkat kesehatan psikis dengan perbedaan yang sangat jelas.
Ada lebih dari tujuh puluh kajian, baik Islam atau asing, yang seluruhnya menegaskan urgensi agama dalam meningkatkan kesehatan psikis seseorang, kematangan dan ketenangannya. Sebagaimana berbagai penelitian di Arab Saudi sampai pada hasil yang menegaskan peran Al-Qur’an Al-Karim dalam meningkatkan ketrampilan dasar siswa-siswa sekolah dasar, dan pengaruh yang positif dari hafalan Al-Qur’an untuk mencapai IP yang tinggi bagi mahasiswa.
Kajian tersebut memberi gambaran yang jelas tentang hubungan antara keberagamaan dengan berbagai bentuknya, terutama menghafal Al-Qur’an Al-Karim, dan pengaruh-pengaruhnya terhadap kesehatan psikisi individu dan kepribadiannya, dibanding dengan individu-individu yang tidak disiplin dengan ajaran-ajaran agama, atau tidak menghafal Al-Qur’an, sedikit atau seluruhnya.
Komentar terhadap Kajian:
Setiap orang yang menghafal sebagian dari Al-Qur’an dan mendengar bacaan Al-Qur’an secara kontinu itu pasti merasakan perubahan yang besar dalam hidupnya. Hafalan Al-Qur’an juga berpengaruh pada kesehatan fisiknya. Melalui pengalaman dan pengamatan, dipastikan bahwa hafalan Al-Qur’an itu dapat meningkatkan sistem kekebalan tubuh pada seseorang, dan membantunya terjaga dari berbagai penyakit.
Berikut ini adalah manfaat-manfaat hafalan Al-Qur’an, seperti yang penulis dan orang lain rasakan:
14. Pikiran yang jernih.
15. Kekuatan memori.
16. Ketenangan dan stabilitas psikologis.
17. Senang dan bahagia.
18. Terbebas dari takut, sedih dan cemas.
19. Mampu berbicara di depan publik.
20. Mampu membangun hubungan sosial yang lebih baik dan memperoleh kepercayaan dari orang lain.
21. Terbebas dari penyakit akut.
22. Dapat meningkatkan IQ.
23. Memiliki kekuatan dan ketenangan psikilogis.
Karena itu Allah berfirman, “Sebenarnya, Al Qur’an itu adalah ayat-ayat yang nyata di dalam dada orang-orang yang diberi ilmu. Dan tidak ada yang mengingkari ayat-ayat Kami kecuali orang-orang yang lalim.” (QS Al-‘Ankabut [29]: 49)
Ini adalah sebagian dari manfaat keduniaan. Ada manfaat-manfaat yang jauh lebih besar di akhirat, yaitu kebahagiaan saat berjumpa dengan Allah, memperoleh ridha dan nikmat yang abadi, mendapatkan tempat di dekat kekasih mulia Muhammad Saw. Sumber

Keajaiban Mendengar dan Membaca Al-Quran (dengan pemahaman)

Keajaiban Mendengar dan Membaca Al-Quran (dengan pemahaman)

Sekolah Penghafal Al Qur'an - “Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu adalah orang-orang yang apabila disebutkan (nama) Allah, bergetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya, bertambahlah keimanan mereka, bertawakkal-lah mereka kepada Allah. Mereka itu mendirikan shalat dan terhadap apa yang Kami rezekikan, sebagiannya mereka infakkan.” Begitulah terjemahan surat Al-Anfal ayat 2 dan 3.

Ayat ini menjelaskan pengaruh Al-Quran kepada jiwa setiap mukmin, laki-laki dan wanita yang beriman kepada 6 (enam) rukun iman. Kepada Allah, kepada malaikat-malaikat-Nya, kepada kitab-kitab-Nya, kepada nabi dan rasul-rasul-Nya, kepada hari akhir, dan kepada takdir yang Allah tentukan. Sebagian ulama mengatakan, orang yang mukmin pasti muslim.

Sebab mukmin itu derajatnya lebih tinggi daripada muslim. Ayat ini juga secara langsung menegaskan, jika seseorang tidak punya iman, maka lantunan ayat-ayat Al-Quran yang didengar dan dibacanya tidak punya pengaruh dahsyat sebagai dijelaskan di dalam surat Al-Anfal ayat 2 dan 3 itu. Pengaruh tetap ada, tetapi sangat kecil, karena hatinya tidak dibuka untuk menerima pancarannya. Sebagaimana Anda menutup mata di siang hari, masih terasa ada kesan terang di kelopak yang tertutup itu, sebab matahari bersinar dengan kuatnya. Matahari itu adalah Al-Quran.

Di sini ada beberapa manfaat dan faedah mendengarkan dan membaca Al-Quran. Penulis sebutkan juga membaca Al-Quran karena orang yang membaca itu memperdengarkan bacaannya sendiri. Maka bisalah ia dimasukkan ke dalam bagian mendengarkan Al-Quran:

Inilah manfaat pertama dari mendengarkan Al-Quran. Sifat takut tidak selamanya negatif. Seorang mahasiswa belajar karena takut tidak lulus, kalau tidak lulus ia takut mendapatkan malu dari teman-temannya, malu kepada orang tuanya, maka bukankah sifat takut di sini membawa segi positif buat dirinya? Dimana ia menjadi belajar dengan sungguh-sungguh? Seorang ayah bekerja keras, berdagang, dan bertakwa kepada Allah, agar mendapatkan uang yang berkah dan banyak, ketika ditilik hatinya, ternyata ia melakukan semua hal itu demi anak-anaknya. Ia takut anak-anaknya tidak mendapatkan gizi yang halal dan baik. Ia takut anak-anaknya tidak bisa sekolah di sekolah Islam yang menjadi cita-citanya, maka bukankah sifat takut di sini sebagai bahan bakarnya untuk bekerja keras?

Orang yang takut kepada Allah adalah orang yang positif. Ia tidak berani mengurangi timbangan di saat menimbang beras untuk pembelinya. Ia tidak berani menipu dan menyembunyikan cacat dalam barangnya kepada pelanggannya. Di dalam lapangan ibadah ritual, ia sangat bersemangat menambah shalat sunnahnya setelah shalat wajib, agar terhindar dari neraka dan layak dimasukkan ke dalam surga. Maka teranglah sudah, betapa bermanfaatnya sifat takut kepada Allah ini, yang didapat dari banyak-banyak mendengar dan membaca Al-Quran.

Syekh Muhammad Al-Ghazali menjelaskan fungsi iman dalam salah satu ceramahnya. Kata beliau, iman itu bahan bakar yang mencetuskan api semangat di dalam hati sehingga mendorong tubuh untuk beribadah kepada Allah. Iman juga sebagai pendingin hati, yang mampu membuat hati menganggap dingin dan kecil setiap musibah yang terjadi menimpa dirinya. Alangkah hebatnya jika seseorang sudah memenuhi syarat keimanan sebagai yang digambarkan Syekh Muhammad Al-Ghazali ini. Tidak ada lagi masalah yang membuatnya bersedih. Semua waktunya disibukkan untuk beramal sholeh dan berjihad di jalan Allah. Dan keimanan model begini bisa didapat dari mendengar dan membaca Al-Quran.

Orang yang mendengar dan membaca Al-Quran tanpa memahami makna-maknanya pun, menurut pengalaman, imannya bisa bertambah. Sebab memang demikianlah gelombang ruh Al-Quran. Ia bahkan mampu mempesonakan orang yang belum beriman kepada Allah (kafir). DR. Sholah ‘Abdul Fattah Al-Khalidi, seorang yang menulis tentang kehidupan Sayyid Quthub, menceritakan, ketika Sayyid Quthub ditugaskan belajar ke Amerika oleh pemerintah Mesir dengan tujuan mencuci otaknya, ia menumpang bahtera (kapal laut) yang pergi berhari-hari menuju Amerika. Datang sholat Jum’at, Sayyid pun mengajak beberapa muslim yang komitmen dengan Islam agar bersama-sama melaksanakan sholat Jum’at di atas kapal. Memang hebat keimanan Sayyid dimana di saat safar diperbolehkan kita mengambil keringanan dengan sholat Zuhur saja. Akan tetapi beliau tetap mengambil ‘azimah (keketatan) di dalam Syariat Islam, hingga Sholat Jum’at-lah beliau bersama beberapa orang.

Sayyid Quthub memulai khutbah Jum’at, di antara lantunan khutbah itu tentu saja diselang-selingi dengan ayat-ayat Al-Quran yang suci. Saat itu, seorang wanita dari Uni Sovyet (sekarang Rusia), mendengarkan baik-baik apa yang dikhutbahkan Sayyid. Wanita tadi terpukau dengan kalimat-kalimat yang dilantunkan Sayyid diselang-selingnya khutbah Jum’atnya. Kalimat-kalimat itu sebenarnya adalah ayat-ayat Al-Quran. Maka sebelum Sayyid memimpin sholat Jum’at setelah khutbah, wanita itu menghampirinya, seraya bertanya: “Tuan, apakah kalimat-kalimat yang tuan baca di selang-seling ceramah tuan tadi itu? Maka Sayyid pun menjawab: “Itu adalah ayat-ayat Al-Quran wahai nyonya, itulah kalam Allah.” Wanita itu pun menimpali: “Sungguh sangat indah terdengarnya kalimat-kalimat itu terdengar di telinga.”

Jika sedemikian rupa pengaruh ayat Al-Quran yang dilantunkan didengar di telinga orang kafir, bagaimana lagi jika ia dilantunkan di hadapan orang-orang yang beriman?

Ketika membaca dan mendengarkan Al-Quran, kisah-kisah para Nabi banyak diulang-ulang. Dan para Nabi adalah orang-orang yang paling kuat tawakkalnya kepada Allah. Ada Nabi Musa yang berjuang sepenuh hati mengajak Fir’aun dan bala tentaranya memeluk Islam, lalu setelah dilihat mereka tidak mau beriman, Musa membawa Bani Israil keluar dari Mesir menuju Palestina. Hingga ketika di pinggir laut merah, bala tentara Fir’aun sudah dilihat dengan mata kepala. Kaum Bani Israil sudah putus harapan. Saat itulah Musa berkata: “Tidak! Sesungguhnya bersamaku Allah, Dia akan memberikanku petunjuk.” Di dalam Al-Quran juga banyak ayat-ayat yang mampu menumbuhkan pohon ‘tawakkal’ sesubur-suburnya. Lihatlah ayat-ayat yang berbunyi, ‘orang-orang beriman dan beramal sholeh tidak ada rasa takut dan tidak ada rasa sedih’, ‘Allah Maha Penyayang kepada orang-orang yang beriman’, ‘Allah memiliki keutamaan untuk orang-orang yang beriman’, semua ayat ini dan yang semisalnya sudah jelas akan memperkokoh pohon tawakkal.

Dan ilustrasi tawakkal yang benar adalah ketika Rasulullah mengumpamakan dengan burung, pagi hari ia berkicau (baca: berdzikir kepada Allah) dengan riangnya, setelah itu ia segera terbang kesana kemari mencari rezeki di bumi Allah yang sangat luas ini (mirip pedagang besar) dengan perut yang kosong, lalu di sore harinya ia pulang ke sangkar yang dibuatnya sendiri (bukan rumah KPR) dengan perut yang kenyang (keuntungannya setiap hari, bukan pegawai yang keuntungan/gajinya setiap akhir bulan).

Orang yang rajin membaca dan mendengarkan Al-Quran memang biasanya rajin pula menjalankan ibadah sholat. Apalagi jika sampai derajatnya kepada menghafal Quran, rutinitas sholat Tahajjud adalah rutinitas yang paling ditunggu-tunggunya. Sebab di sanalah ia bisa merasakan kenikmatan membaca Al-Quran, yakni di waktu sepinya malam dan di saat turunnya Allah ke langit dunia.

Mengapa orang yang banyak membaca dan mendengarkan Al-Quran itu banyak pula sholatnya? Penulis sendiri pernah mengalami saat-saat banyak membaca lewat hafalan dan mendengarkan Al-Quran lewat telepon genggam, bisa sampai 5 juz –alhamdulillah-. Saat itu, memang gampang sekali untuk melaksanakan sholat berjama’ah 5 waktu di masjid dan bangun pukul 3 dini hari untuk mengambil air wudhu kemudian sholat Tahajjud. Akan tetapi di saat kesempatan itu berkurang, misalnya karena kegiatan belajar mengajar yang padat, atau kegiatan menulis dan menterjemahkan yang banyak, sehingga membaca dan mendengarkan Al-Quran tidak bisa banyak, saat itulah rasa malas untuk sholat berjama’ah dan rasa lelah hati untuk bangun sholat malam menyerang dengan ganasnya.

Sudah maklum, orang yang wajib zakat adalah orang yang memiliki harta simpanan minimal 20 dinar, dan tidak terpakai selama 1 tahun. Sekarang (September 2012) 20 dinar senilai 46 juta rupiah, dengan harga 1 dinarnya Rp. 3.300.000. Ini menunjukkan, orang yang bisa berzakat adalah orang yang kaya. Dengan kebiasaannya bekerja keras, rajin ibadah, berakhlak mulia memang layak ia menjadi orang yang kaya.

Seorang mukmin yang rajin mendengar dan membaca Al-Quran selayaknya kaya dan dermawan. Bukankah ia membaca ayat-ayat Al-Quran yang menyuruhnya mengelola hasil bumi, hasil laut dan hasil langit (daging burung misalnya)? Bukankah ia membaca kisah Nabi Sulaiman yang memiliki kerajaan dan kekayaan? Bukankah ia membaca ayat-ayat yang mengatur hukum jual beli? Yang mana ketika Al-Quran mengaturnya terdapat isyarat di sana agar giat dalam berdagang.

Adapun alasan mengapa ia mesti dermawan, karena ia memang banyak membaca ayat-ayat yang menyuruhnya berinfak dan bersedekah. Dan bolehlah mungkin dimasukkan pendapatnya HAMKA di dalam mengupas psikologi kejiwaan manusia. Bahwa biasanya orang yang sering membaca dan mendengarkan Al-Quran kekayaan alam jiwanya meningkat. Dimana dengan meningkatnya kekayaan alam jiwa ini menjadi tidak begitu peduli-lah ia dengan kekayaan harta dunia. Sebab penulis itu akan senang jika ia melihat karangannya dibaca orang, walau pun sang penulis itu tidak memiliki uang. Apalagi seorang pembaca dan pengagum Al-Quran! Sumber

Manfaat-manfaat Menghafal Al-Qur’an

Manfaat-manfaat Menghafal Al-Qur’an

Sekolah Penghafal Al Qur'an - Berbagai kajian kontemporer membuktikan bahwa hafalan Al-Qur’an dapat menjaga seseorang dari berbagai penyakit, meningkatkan daya tahan tubuh, serta meningkatkan kreatifitas dan relaksasi.

Amal terbaik yang bisa dikerjakan seseorang adalah membaca Al-Qur’an, mengamalkan kandungannya, menerapkan perintah Allah, dan menjauhi larangan Allah. Selama pengalaman interaksi dengan Al-Qur’an dalam kurun waktu lebih dari dua puluh tahun, saya menemukan sebuah kepastian bahwa Al-Qur’an memiliki pengaruh yang besar terhadap kepribadian manusia.

Ketika Anda membaca sebuah bukti tentang Neuro Linguistic Programming, atau tentang seni manajemen waktu, atau seni bergaul, maka penulisnya akan mengatakan: membaca buku ini dapat mengubah hidup Anda. Artinya, kitab apapun yang dibaca seseorang itu akan memengaruhi perilaku dan kepribadiannya, karena kepribadian meurpakan hasil dari wawasan dan pengalaman seser, serta apa yang dibaca, dilihat dan didengarnya.

Sudah barang tentu buku-buku karangan manusia ini pengaruhnya terbatas. Tetapi, ketika berbicara tentang Kitab Allah yang menciptakan manusia, dimana Dia lebih mengetahui apa yang ada dalam diri manusia dan apa yang menjadikannya lebi hbaik, maka sudah barang tentu kita menemukan dalam kitab ini informasi-informasi yang dibutuhkan manusia dalam kehidupannya di dunia dan akhirat. Karena Al-Qur’an adalah cahaya, obat dan petunjuk. Di dalam kita temukan masa lalu dan masa mendatang. Allah berfirman, “Yang tidak datang kepadanya (Al Qur’an) kebatilan baik dari depan maupun dari belakangnya, yang diturunkan dari Tuhan Yang Maha Bijaksana lagi Maha Terpuji.” (QS Fushshilat [41]: 42).

Dapat saya tegaskan bahwa setiap ayat yang Anda baca, renungkan dan hafal itu dapat menciptakan perubahan dalam hidup Anda! Bagaimana dengan orang yang membaca dan menghafal seluruh Al-Qur’an? Tidak diragukan bahwa bacaan Al-Qur’an, perenungan, dan penyimakan dengan khusyuk itu dapat merekonstruksi kepribadian seseorang, karena Al-Qur’an mengandung berbagai prinsip dan dasar-dasar yang solid bagi caracter building.

Saya akan menyampaikan pengalaman sederhana tentang sejauh mana pengaruh Al-Qur’an terhadap kepribadian seseorang, bahkan satu ayat saja! Saya pernah membaca firman Allah: “Diwajibkan atas kamu berperang, padahal berperang itu adalah sesuatu yang kamu benci. Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.” (QS Al-Baqarah [2]: 216) Dalam hati saya berkata, ayat ini pasti mengandung sebuah hukum pasti yang memberi kebahagiaan bagi orang yang mengimplemensikannya dalam hidup.

Sebelum membaca ayat ini, saya sedang merasa sedih karena mengalami suatu musibah, atau merasakan ketakutan terhadap masa depan, karena saya sedang mencemaskan suatu hal.

Setelah merenungkan ayat ini dalam waktu yang cukup lama, saya menyadari bahwa Allah telah menadirkan segala sesuatu, dan Dia tidak akan memilihkan untukku selain yang terbaik bagiku, karena Dia mengetahui masa depan, sedangkan saya tidak. Demikianlah, akhirnya saya memandang segala sesuatu dengan optimis, meskipun secara lahir menyedihkan. Saya selalu mengharapkan terjadinya hal baik, meskipun menurut perhitungan tidak demikian.

Allah telah menetapkan setiap hal yang akan terjadi padaku sejak usiaku 42 hari dalam kandungan. Lalu, untuk apa aku bersedih. Selama Allah mendengar dan mengatur alam semesta ini, untuk apa takut dan cemas? Karena Allah yang menakdirkan dan memilihkannya untukku, maka itu pasti baik, bermanfaat, dan memberi kebahagiaan.

Demikianlah, kepribadian saya berubah dari akarnya menjadi pribadi yang optimis dan bahagia, dan terbebas dari banyak masalah yang mungkin saja terjadi seandainya Allah tidak memberiku kesempatan untuk merenungkan ayat ini, memahami, dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.

Kesimpulannya, berpegang teguh pada Al-Qur’an dan menjaga tilawahna itu dapat berpengaruh positif terhadap kepribadian seseorang, meninggalkan sistem kekebalan dalam dirinya, melindunginya dari berbagai penyakit psikologis, membantunya untuk sukses dan mengambil keputusan-keputusan yang sulit. Jadi, Al-Qur’an adalah jalan Anda untuk menjadi kreatif, memimpin, bahagia dan sukses! sumber

6 Janji Allah Swt. Bagi Para Hafidz

6 Janji Allah Swt. Bagi Para Hafidz

Sekolah Penghafal Al Qur'an - Para hafidz disejajarkan dengan para nabi (sederajat), hanya saja para hafidz ini tidak mendapatkan atau  dititipkan wahyu. Rasulullah Saw., bersabda, “Barangsiapa yang membaca (menghafal) Alquran, maka sungguh dirinya telah menyamai derajat kenabian hanya saja tidak ada wahyu baginya (penghafal). Tidak pantas bagi penghafal Alquran bersama siapa saja yang ia dapati dan tidak melakukan kebodohan terhadap orang yang melakukan kebodohan (selektif dalam bergaul) sementara dalam dirnya terdapat firman Allah.” (HR. Hakim).

Pada zaman Rasulullah Saw, takjarang para hafidz diutamakan kedudukannya oleh Beliau, salah satunya dalam memimpin delegasi. Mekanismenya, Rasulullah Saw. akan menguji dan bertanya seputar hafalan, selanjutnya Rasulullah akan memilih para calon pegawai dengan berdasarkan pada yang paling banyak hafalannya.

“Sesungguhnya Allah itu mempunyai keluarga yang terdiri daripada manusia..." Kemudian Anas berkata lagi, “Siapakah mereka itu wahai Rasulullah?” Baginda manjawab, “yaitu ahli Qu'ran (orang yang membaca atau menghafal Qur'an dan mengamalkannya). Mereka adalah keluarga Allah dan orang-orang yang istimewa bagi Allah.” (HR. Ahmad).

Sebab menghapal quran merupakan tanda orang yang diberi anugerah berupa ilmu. Sesuai dengan firman serta Janji Allah Swt. Bagi Para Hafidz - seperti yang termaktub dalam surat Al-Ankabut ayat 49.
“Sesungguhnya, Alquran itu adalah ayat-ayat yang nyata di dalam dada orang-orang yang diberi ilmu. Dan tidak ada yang mengingkari ayat-ayat Kami kecuali orang-orang yang dzalim.” (QS Al-Ankabut : 49).

Menjadi penghafal quran tentunya sangat bermanfaat, orang iman lain akan menghormati kepada penghadal quran. Karena dengan menghormati para penghafal alquran, orang tersebut berarti telah mengagungkan Allah Swt. Hal ini sesuai dengan yang terdapat di dalam hadits.
Rasulullah bersabda “Di antara perbuatan mengagungkan Allah adalah menghormati orang Islam yang sudah tua, menghormati orang yang menghafal quran yang tidak berlebih-lebihan dalam mengamalkan isinya dan tidak membiarkan Alquran tidak diamalkan serta menghormati kepada penguasa yang adil.” (HR. Abu Daud).

Penghafal quran senantiasa akan menjadi imam dalam melaksanakan shalat berjamaah. Sebab yang bisa menjadi imam shalat adalah mereka yang paling banyak hafalannya. Seperti yang terdapat di dalam hadits.
Rasulullah Saw., bersabda: “Yang menjadi imam dalam sholat suatu kaum adalah yang paling banyak hapalannya.” (HR. Muslim).

Serta bagi para penghafal quran akan mendapatkan beberapa keutamaan.
  1. Allah akan memberikan kepada hafidz di akherat; mahkota kehormatan. Sesuai dengan yang terdapat di dalah sebuah hadits, dari Abu Hurairah ra, ia berkata, “Baginda bersabda, orang yang hafal Alquran kelak akan datang dan Alquran akan berkata: “Wahai Tuhan, pakaikanlah dia dengan pakaian yang baik lagi baru.”Maka orang tersebut diberi mahkota kehormatan. Alquran berkata lagi: “Wahai Tuhan tambahkanlah pakaiannya.” Kemudian orang itu diberi pakaian kehormatannya. Alquran berkata lagi: “Wahai Tuhan, ridhailah dia.” Maka kepadanya dikatakan, “Baca dan naiklah.” Dan untuk setiap ayat, ia diberi tambahan satu kebajikan.” (HR. At Tirmidzi).
  2. Akan dikumpulan bersama malaikat yang mulia lagi taat. “Dan perumpamaan orang yang membaca Quran sedangkan ia hafal ayat-ayatNya bersama para malaikat yang mulia dan taat.” (Muttafaqun ‘alaih).
  3.  Para hafidz pun akan ditinggikan derajatnya saat berada disurga. Betapa baiknya manfaat Al- Qur'an untuk para penghapalnya. Sesuai dengan sebuah hadits yang bunyinya, dari Abdillah bin Amri bin ‘Ash dari nabi Saw. Beliau bersabda, “Akan dikatakan kepada shahib quran, “Bacalah dan naiklah serta tartilkan sebagaimana engkau mentartilkan Al Quran di dunia sesungguhnya kedudukanmu di akhir ayat yang kau baca.” (HR Abu Daud dan At-Tirmidzi).
  4. Para hafidz quran akan mendapatkan pertolongan (syafaat), hadits-nya, dari Abi Umamah ra, ia berkata, “Aku mendengar Rasulullah SAW berkata, “Bacalah Quran, sesungguhnya ia akan menjadi pemberi syafaat pada hari kiamat bagi para pembacanya (penghafal).” (HR. Muslim).
  5. Taksaja bagi paa hafidz itu sendiri, orangtua para penghafal alquran pun akan mendapatkan pertolongan. Dalam hadits disebutkan, dari Buraidah Al Aslami ra, ia berkata bahwa ia mendengar Rasulullah Saw. bersabda “Siapa yang membaca Alquran, mempelajarinya dan mengamalkannya, maka dipakaikan mahkota dari cahaya pada hari kiamat, cahayanya seperti cahaya matahari, kedua orang tuanya dipakaikan dua jubah (kemuliaan), yang tidak pernah didapatkan di dunia, keduanya bertanya: mengapa kami dipakaikan jubah ini? Dijawab “Karena kalian berdua memerintahkan anak kalian untuk mempelajari Alquran”. (HR. Al Hakim).
  6. Menghafal Alquran berfaedah bagi setiap penghafal dalam urusan perniagaan mereka. Dalam Alquran dijelaskan, “Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca kitab Allah dan mendirikan sholat dan menafkahkan sebagian rezeki yang Kami anugerahkan kepada mereka dengan diam-diam dan terang-terangan, mereka itu mengharapkan perniagaan yang tidak akan merugi, agar Allah menyempurnakan kepada mereka pahala dan menambah kepada mereka dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Mensyukuri.” (QS Faathir : 29-30).sumber

Aku Bangga Dengan Al-Qur’an




Sekolah Penghafal  Al Qur'an - “Suasana di kota santri, asyik menyenangkan hati”

“Tiap pagi dan sore hari muda-muda berbusana rapi”

“Pulang pergi mengaji”

“Hilir mudik silih berganti, menyandang kitab suci”


Demikian sebuah syair qasidah yang masih cukup enak didengar, mengingatkan kita pada masa-masa dikampung dulu, masa indah di mana kita pergi ke surau-surau untuk mengaji, mendekap kitab suci al-qur’an yang terbungkus rapi dalam balutan kain putih.

Demikian hormatnya kita ketika itu, sehingga kita lebih rela kehujanan dari pada al-qur’an yang basah, meski ketika itu kita sama sekali tidak tahu makna dan arti serta hikmah yang terkandung dalam al-qur’an, kami hanya sekedar belajar membacanya, itu pun dengan tajwid yang masih ala kadarnya.

Pemandangan anak-anak atau remaja pergi mengaji ke surau dengan mendekap kitab suci al-qur’an di dadanya, saat ini sungguh merupakan pemandangan yang sangat langka. Kita lebih mudah menemukan anak-anak membawa komik atau buku kartun di tas dan dalam tentengannya, kita lebih mudah menemukan remaja dan orang dewasa membawa buku-buku karya penulis barat, buku-buku Kahli Gibran, novel-novel melankolis atau bahkan cengeng, kenapa?

Kenapa kita seolah-olah malu ketika menyandang atau membawa al-qur’an dalam tas kita?

Kenapa kita seolah-olah minder ketika kita membaca al-qur’an sementara orang lain membaca Kahlil Gibran, Wiro Sableng atau buku-buku Ko Pinho?

Kenapa kita seolah-olah merasa ketinggalan zaman ketika kita membaca al-qur’an, sementara orang lain membaca Seven Habit-nya Stephen Cohey?

Kenapa seolah-olah buku-buku bacaan, koran dan surat khabar justru menjadi menu wajib di ruang baca kita, sementara al-qur’an tak lebih dari sekedar pajangan di rak dan lemari buku?

Ada sebuah pergeseran perilaku dan cara pandang kita terhadap al-qur’an, mungkin salah satu penyebabnya. Padahal sejarah mencatat periode keemasan Islam justru terjadi ketika umatnya, umat Islam ini demikian menghargai al-qur’an, menjadikannya rujukan, menjadikannya imam, menjadikannya sumber dari segala sumber hukum, menjadikan al-qur’an sebagai bacaan wajib, memahami kandungannya dan kemudian mengamalkan apa yang digariskannya.

Tidakkah kita ingin benar-benar kembali menjadi umat terbaik yang diturunkan Allah kepada manusia?

Adakah kita cukup puas dengan sebutan saja, sementara dalam kenyataannya, umat Islam saat ini ibarat buih di lautan yang dihempas ombah kian kemari, berpecah belah, karena setiap kita mempunyai pemikiran yang parsial dan hanya berdasar pada logika dan asumsi, bukan bersandar pada kebenaran al-qur’an yang telah dijamin oleh Allah sebagai satu-satunya bacaan yang akan memberi syafaat di Yaumil Akhir nanti.

Kalau saat ini kita belum mampu menjadikan al-qur’an sebagai menu utama ruang baca kita, kenapa kita tak menyempatkan diri membaca al-qur’an di sela-sela rehat kita membaca Wiro Sableng, Kho Pinho atau lainnya, meski ini bukan cara yang terbaik, setidaknya kita melatih diri untuk bisa hidup nyaman dengan al-qur’an.

Kalau seorang mekanik memjalankan mesin harus mengikuti buku manualnya, kalau mobil harus dijalankan dengan panduan manualnya, kalau pesawat terbang harus sesuai denga aturan yang ditetapkannya, kok bisa ya kita menjalani roda kehidupan kita tanpa panduan al-qur’an?!

Kenapa kita tidak belajar dari sejarah, bagaimana kehancuran umat-umat sebelum Islam pun terjadi ketika mereka berpaling dari apa yang telah digariskan oleh Tuhan dalam kitab-kitab sucinya. Kehancuran umat-umat itu ketika mereka hanya menjadikan kitab-kitab itu tak lebih dari sebuah bacaan kuno, yang dibawa kian kemari tanpa tahu apa isi kandungannya, Allah menyindir golongan dari jenis ini lewat firman-Nya;

(Quran Surah Al-Jumu’ah ayat 5) “Perumpamaan orang-orang yang dipikulkan kepadanya Taurat, Kemudian mereka tiada memikulnya [*] adalah seperti keledai yang membawa kitab-kitab yang tebal. Amatlah buruknya perumpamaan kaum yang mendustakan ayat-ayat Allah itu. dan Allah tiada memberi petunjuk kepada kaum yang zalim.”

[*] Maksudnya: tidak mengamalkan isinya, antara lain tidak membenarkan kedatangan Muhammad s.a.w.

Apakah kita akan mengulangi kesalahan kaum-kaum fasik tersebut? Apakah kita tidak malu menyebut kita umat terbaik, sementara perilaku dan cara kita memperlakukan al-qur’an hampir sama dengan mereka memperlakukan kitab-kitabnya?

Mari kita rubah cara pandang dan pola pikir terhadap al-qur’an, mari kita bangga membaca, memahami dan mengamalkan al-qur’an.

Biarkan saja jika masih ada orang-orang yang mendiskerditkan al qur’an dengan pikiran-pikiran piciknya, karena al-qur’an tak perlu membuktikan apapun bahwa al-qur’an memang kebenaran yang datangnya dari Allah. Justru mereka-mereka itulah yang harus membuktikan ucapan dan pemikiran-pemikiran piciknya terhadap al-qur’an.

Tengok disekitar kantor kita, ada berapa al-qur’an di sana? Kalau belum ada, mungkin kita bisa menyediakannya untuk memungkinkan kita setiap hari bisa berhubungan dengan al-qur’an.

“Allahumarhamni bil qur’an”

“Waj’alhu li imamawa nurran wa huddan wa rahmat”

“Allahuma dzakirni minhuma nasyitu wa alimi min huma jahiltu”

“Warjuqni tilawatahu ana ‘alaili wa athrofananahar”

“Waj’alhu li hujjaka ya rabbal’alamin”

Wassalam

Sumber : http://www.eramuslim.com/

Wahai Muslimah, Akrablah dengan Al Quran

Wahai Muslimah, Akrablah dengan Al Quran
 
Sekolah Penghafal  Al Qur'an - Kitab suci Al-Quran terbukti sebagai sebuah mukjizat yang tidak pernah lekang oleh waktu. Selama 14 abad lebih keberadaan Al-Quran, tak satu pun huruf di dalamnya berubah. Ratusan ribu Muslim menghafal dan menelihara bacaan-bacaan Qur-an dalam hati mereka. Al-Quran juga berisi fakta-fakta ilmiah menakjubkan, yang kebenarannya terbukti kemudian. Dan Allah Swt berjanji untuk melindungi dan menjaga kemurnian Al-Quran dalam firmanNya;

“Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al-Quran, dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya.” (QS.Al-Hijr :9)

Ayat-ayat Al-Quran ditulis dalam bahasa yang indah dan puitis. Lebih dari itu, salah satu bukti keajaiban Al-Quran adalah bagaimana kitab yang mulia itu mampu mengubah seseorang yang membacanya, memahaminya dan mengimplementasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Seseorang yang suka membaca dan memahami dan mempelajari tafsir Al-Quran biasanya dibarengi dengan perubahan yang baik dalam gaya hidupnya, kebiasaan, peribadahan, hubungannya dengan orang lain dan kehidupan spritualnya.

Dalam kaitannya dengan kaum perempuan, Al-Quran memberikan pengaruh yang besar. Yang utama adalah untuk lebih menguatkan keimanan akan keesaan Allah Swt sehingga mereka terhindar dari penyakit hari dan perbuatan syirik sesuai yang tersebut dalam firmanNya;

“Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun.” (QS. An-Nisaa’ :36)

Seorang perempuan yang sering membaca Al-Quran tidak mudah silau dengan gemerlapnya dunia. Sudah menjadi kecenderungan kaum perempuan menyukai harta benda, perhiasan bagus, sepatu dan pakaian indah dan barang-barang mewah lainnya dan kadang sangat khawatir dengan penampilan fisiknya, sehingga bisa menghabiskan waktu berjam-jam untuk mempercantik diri. Jika tidak waspada, hal-hal semacam itu akan membuat tergelincir menjadi pecinta dunia dan tidak menempatkan cinta pada Allah Swt sebagai cintanya yang utama. Semuanya itu tidak akan terjadi jika perempuan yang bersangkutan mengetahui ajaran-ajaran dalam Al-Quran.

Al-Quran juga membuat seorang perempuan untuk selalu menjaga kebersihan dan kesucian dirinya, yang akan berdampak pada kehidupan keluarga dan rumahnya. Sehingga seorang perempuan yang selalu membaca Al-Quran akan menghindari kehidupan yang bebas tanpa batasan, menghindari pamer kemewahan, menghindari gaya hidup boros dan sangat peduli untuk menjaga kebersihan dirinya dan lingkungannya seperti firman Allah Swt dalam Surat Al-Bqarah ayat 222;

“Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang taubat dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri.”

Pengetahuan akan isi Al-Quran juga menjaga seorang perempuan dari kebiasaan memanfaatkan waktu dengan melakukan hal-hal yang tidak bermanfaat, seperti jalan-jalan ke mall hanya untuk melihat-lihat barang di etalase, membeli barang-barang sebenarnya tidak diperlukan, nonton sinetron dan acara gosip di televisi, ngobrol berjam-jam di telepon, menghadiri pesta-pesta mewah untuk menaikkan gengsi dan kegiatan tak berguna lainnya.

Seorang perempuan yang suka membaca Al-Quran sangat paham bahwa waktu sangat berharga dan harus diisi dengan aktivitas yang bernilai pahala, seperti menghadiri pengajian, menuntut ilmu atau membaca buku-buku yang bermanfaat. Pada akhirnya, Al-Quran akan menyelamatkan perempuan dari berbagai penyakit sosial.

Para muslimah yang memiliki bekal pengetahuan tentang Al-Quran akan menyebarkan pengetahuannya itu pada orang lain, pada keluarga dan masyarakat lewat interaksinya dalam berbagai kegiatan sosial. Para muslimah itu menjadi pelopor terbentuknya sebuah keluarga yang kuat karakter islamnya, yang pada akhirnya akan berpengaruh pada pembentukan masyarakat yang islami.

Semakin seorang perempuan mempelajari Al-Quran, ia makin sadar bagaimana harus bertatakrama sebagai seorang muslimah. Ia sadar untuk menutup auratnya dan memilih busana yang dikenakannya dan bagaimanan ia harus merias diri. Ia tahu bagaimana berbicara dengan laki-laki yang bukan muhrimnya atau sekedar melontarkan humor dalam pergaulan sehari-hari.

“Dan hendaklah kamu tetap di rumahmu dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang Jahiliyah yang dahulu dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan taatilah Allah dan Rasul-Nya.” (QS. Al-Ahzab:33)

Pemahaman yang dalam akan isi Al-Quran membuat seorang muslimah makin meningkat ketaqwaannya pada Allah Swt. Ketaqwaan inilah yang mendasari hubungan antar sesama dimana ia menjadi lebih sabar, toleran, memahami kekurangan orang lain dan bersikap lebih baik dibandingkan mereka yang tidak tidak mengerti kandungan Al-Quran. Seorang muslimah yang mempelajari Al-Quran juga tahu bagaimana ia harus memperlakukan orang-orang tua, suami bahkan anak-anak mereka sesuai tuntunan Allah Swt.

Lebih jauh lagi, Al-Quran memberikan kedamaian di hati bagi mereka yang membacanya maupun yang mempelajarinya. Allah Swt berfirman;

“Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Rabbmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman.” (Surat Yunus:57)

Tetapi berkah Al-Quran yang terbesar yang diberikan pada para muslimah adalah hati yang dipenuhi dengan rasa cinta pada Allah Swt. Hati yang penuh cinta pada Allah semata bebas dari rasa kebencian, dendam, iri hati dan tidak mengenal putus asa dan selalu berharap akan rahmat Allah Swt dalam kondisi susah maupun senang.

Jika Al-Quran sudah memberikan dampak kebaikan yang begitu besar pada kehidupan kaum perempuan, sudah kita membaca dan mengenal kandungan Al-Quran? sumber

Hafalan Alquran Dapat Mencegah Berbagai Penyakit

Hafalan Alquran Dapat Mencegah Berbagai Penyakit

Sekolah Penghafal Al Qur'an - Sebuah kajian baru membuktikan bahwa semakin banyak hafalan seseorang terhadap Al-Qur’an Al-Karim, maka semakin baik pula kesehatan. Dr. Shalih bin Ibrahim Ash-Shani’, guru besar psikologi di Universitas Al-Imam bin Saud Al-Islamiyyah, Riyadh, meneliti dua kelompok responden, yaitu mahasiswa/i Universitas King Abdul Abdul Aziz yang jumlahnya 170 responden, dan kelompok mahasis Al-Imam Asy-Syathibi yang juga berjumlah 170 responden.

Peneliti mendefinisikan kesehatan psikologis sebagai kondisi dimana terjadi keselarasan psikis individu dari tiga faktor utama: agama, spiritual, sosiologis, dan jasmani. Untuk mengukurnya, peneliti menggunakan parameter kesehatan psikis –nya Sulaiman Duwairiat, yang terdiri dari 60 unit.

Penelitian ini menemukan adanya korelasi positif antara peningkatan kadar hafalan dengan tingkat kesehatan psikis, dan mahasiswa yang unggul di bidang hafalan Al-Qur’an itu memiliki tingkat kesehatan psikis dengan perbedaan yang sangat jelas.

Ada lebih dari tujuh puluh kajian, baik Islam atau asing, yang seluruhnya menegaskan urgensi agama dalam meningkatkan kesehatan psikis seseorang, kematangan dan ketenangannya. Sebagaimana berbagai penelitian di Arab Saudi sampai pada hasil yang menegaskan peran Al-Qur’an Al-Karim dalam meningkatkan ketrampilan dasar siswa-siswa sekolah dasar, dan pengaruh yang positif dari hafalan Al-Qur’an untuk mencapai IP yang tinggi bagi mahasiswa.

Kajian tersebut memberi gambaran yang jelas tentang hubungan antara keberagamaan dengan berbagai bentuknya, terutama menghafal Al-Qur’an Al-Karim, dan pengaruh-pengaruhnya terhadap kesehatan psikisi individu dan kepribadiannya, dibanding dengan individu-individu yang tidak disiplin dengan ajaran-ajaran agama, atau tidak menghafal Al-Qur’an, sedikit atau seluruhnya.

Komentar terhadap Kajian:

Setiap orang yang menghafal sebagian dari Al-Qur’an dan mendengar bacaan Al-Qur’an secara kontinu itu pasti merasakan perubahan yang besar dalam hidupnya. Hafalan Al-Qur’an juga berpengaruh pada kesehatan fisiknya. Melalui pengalaman dan pengamatan, dipastikan bahwa hafalan Al-Qur’an itu dapat meningkatkan sistem kekebalan tubuh pada seseorang, dan membantunya terjaga dari berbagai penyakit.

Berikut ini adalah manfaat-manfaat hafalan Al-Qur’an, seperti yang penulis dan orang lain rasakan:

1. Pikiran yang jernih.
2. Kekuatan memori.
3. Ketenangan dan stabilitas psikologis.
4. Senang dan bahagia.
5. Terbebas dari takut, sedih dan cemas.
6. Mampu berbicara di depan publik.
7. Mampu membangun hubungan sosial yang lebih baik dan memperoleh kepercayaan dari orang lain.
8. Terbebas dari penyakit akut.
9. Dapat meningkatkan IQ.
10. Memiliki kekuatan dan ketenangan psikilogis.

Karena itu Allah berfirman, “Sebenarnya, Al Qur’an itu adalah ayat-ayat yang nyata di dalam dada orang-orang yang diberi ilmu. Dan tidak ada yang mengingkari ayat-ayat Kami kecuali orang-orang yang lalim.” (QS Al-‘Ankabut [29]: 49)

Ini adalah sebagian dari manfaat keduniaan. Ada manfaat-manfaat yang jauh lebih besar di akhirat, yaitu kebahagiaan saat berjumpa dengan Allah, memperoleh ridha dan nikmat yang abadi, mendapatkan tempat di dekat kekasih mulia Muhammad Saw.sumber