Efek Jauh dari Alquran


Sekolah Penghafal Al Qur'an - "Barangsiapa yang berpaling dari peringatanKu (Alquran), maka baginya rezeki yang sempit. Dan di hari kiamat dia akan didatangkan dalam keadaan buta" QS Thaha: 124.

Alquran adalah pegangan hidup setiap muslim, petunjuk jalan agar tidak tersesat dalam mengarungi bahtera kehidupan. Jika kita mempedomaninya, tentu akan diberkahi penuh keselamatan. Dan jika kita berpaling darinya, maka tentu akan ditimpa oleh berbagai bencana.

Hal ini sudah merupakan ketetapan Allah SWT: "Sungguh telah berlaku sunnah (ketentuan) Allah, atas orang-orang sebelum kalian, maka berjalanlah kalian di muka bumi ini- dan saksikanlah- bagaimana akibat yang menimpa orang-orang yang mendustakannya (mengingkari Alquran)".

Bencana-bencana yang akan datang jika jauh dari Alquran:

Pertama, bencana Moral,. Apabila seseorang tidak berpedoman kepada kitabullah Alquran, maka tentu dia akan mengikuti hawa nafsunya. Dan apabila banyak orang yang berlaku demikian, maka tentu akan terjadi bencana moral di masyarakat. Karena moral seorang muslim tentu dibentuk atas dasar petunjuk dari Alquran.

Kedua, bencana Fisik. Hal ini diungkapkan Allah swt dalam surat Al-A’raaf ayat 96: "Akan tetapi mereka mendustakan ayat-ayat Kami, maka Kami azab mereka akibat kedustaan mereka". Kepada kaum-kaum penentang sebelumnya, Allah swt telah menurunkan azab, gelombang seperti tsunami terhadap kaum nabi Nuh AS, hujan batu yang menimpa kaum Nabi Luth as karena menganut homo seks, Fir’aun yang ditenggelamkan karena menentang Musa AS, dan tentunya tengoklah apa yang menimpa para penentang Nabi Muhammad SAW, seperti Abu Jahal, Abu Lahab, Umayyah bin Khalaf, Musailamah Alkadzzab dll.

Ketiga, bencana Ekonomi. Kata ma’isyatan dhanka dalam surat Thaha : 124 diatas bermakna mata pencaharian yang sempit. Rezeki akan susah, tekanan ekonomi semakin berat, lantaran mereka jauh dari Alquran.

Keempat, bencana Sosial. Manakala kaum muslimin jauh dari Alquran, tentu hubungan ukhuwwah sesama muslim tidak akan baik. Hubungan dengan tetangga, hubungan-hubungan sosial akan rusak. Hal ini merupakan bibit-bibit perpecahan ummat bahkan perpecahan bangsa. Jika ini terjadi, tentu merupakan bencana sosial bagi kita semua.

Kelima, bencana Keimanan; Kerusakan iman kaum muslimin akan menjadi sasaran akhir jauhnya mereka dari pedoman hidup Alquran. Karena tidak faham Alquran, sehingga mereka tidak mengerti: mengapa harus mengerjakan sholat, mengapa harus puasa, mengapa harus zakat, haji dan seterusnya. Lama-lama tentu keimanannya akan tergerus dan mulai bertanya, mengapa kita harus beriman?. Nau’dzubillahi min dzalik.Sumber

Indahnya Seni Membaca Alquran


Sekolah Penghafal Al Qur'an - Seni membaca Alquran berkembang pesat di berbagai wilayah negeri Islam. Tak heran jika kemudian muncul beragam jenis seni membaca Alquran. Geliat seni membaca Alquran berkembang pesat pada awal abad ke-20.  Seni membaca Alquran ini memiliki dua kiblat, yakni Makkah dan Mesir. Keduanya mempunyai karakteristik masing-masing.

Dalam seni membaca Alquran versi Makkah, dikenal lagu Banjakah, Hijaz, Mayya, Rakby, Jaharkah, Syikah, dan Dukkah. Sedangkan, dalam versi Mesir dikenal Bayyati, Hijaz, Shoba, Ras, Jiharkah, Sikah, dan Nahawan.

Kedua model seni membaca Alquran tersebut mulai dikenal umat Islam Indonesia pada abad ke-20. Transmisi beragam lagu membaca Alquran itu dilakukan para ulama yang menimba ilmu di Makkah dan Mesir.

Menurut literatur, lagu versi Makkah lebih disukai pada awal perkembangannya di  nusantara. Alasannya, karena liriknya yang sangat sederhana dan relatif datar. Lagu Makkawi atau seni membaca Alquran versi Makkah itu mewujud dalam Barzanji.

Ada sejumlah qari pelopor yang mengembangkan aliran Makkah di Tanah Air. Mereka adalah KH Arwani, KH Sya’roni, KH Munawwir, KH Abdul Qadir, KH Damanhuri, KH Saleh Ma’mun, KH Muntaha, dan KH Azra’i Abdurrauf.

Pada era 1960-an, seni membaca Alquran di Indonesia menjadi lebih beragam dengan hadirnya aliran Misri atau Mesir. Pada masa itu, Pemerintah Mesir menyuplai sejumlah maestro qari, seperti Syekh Abdul Basith Abdus Somad, Syekh Musthofa Ismail, Syekh Mahmud Kholil Al Hushori, dan Syekh Abdul Qadir Abdul Azim.

Ternyata, umat Islam Indonesia sangat menyukai lagu-lagu Misri. Bukan tanpa alasan seni membaca Alquran dari Negeri Piramida itu disukai Muslim di Indonesia. Ternyata, karakter lagu Misri dinilai lebih dinamis dan merdu.

Beragam jenis lagu dari Mesir itu dinilai cocok dengan kondisi alam Indonesia. Tercatat ada sejumlah qari yang mengembangkan aliran Misri. Mereka adalah KH Bashori Alwi, KH Mukhtar Lutfi, KH Aziz Muslim, KH Mansur Ma'mun, KH Muhammad Assiry, dan KH Ahmad Syahid.

Mudah Membaca dan Menghafal Alquran

Mudah Membaca dan Menghafal Alquran

Sekolah Penghafal Al Qur'an - Setiap Muslim yang baik tentunya ingin bisa membaca Alquran dengan baik. Lebih jauh lagi, juga ingin bisa menghafal Alquran.

Allah SWT sudah menjamin di dalam Alquran bahwa orang yang belajar membaca dan menghafalkan Alquran akan dipermudah. Firman-Nya dalam surah al-Qamar (54) ayat 17 yang artinya, “Sungguh pasti Kami mudahkan Alquran ini untuk diingat (dipelajari). Maka apakah ada yang mau mempelajarinya?” Ini janji Allah kepada siapa saja yang mau mempelajari Alquran, yaitu Allah akan beri kemudahan dalam mempelajarinya.

Agar mampu membaca Alquran dengan baik dan mampu pula menghafalnya, tentu saja setiap Muslim harus mau belajar. Dewasa ini di Indonesia banyak sekali produk mushaf Alquran yang diterbitkan oleh sejumlah penerbit dengan kekhasan dan keunggulannya masing-masing. Perkembangan yang sangat menggembirakan ini tentu saja memudahkan dan memberikan banyak pilihan kepada kaum Muslimin dalam mempelajari dan menghafal Alquran.

Salah satunya Mushaf Al-Kamil: Mushaf Tajdwid Terlengkap dan Hafalan Disertai Kode Garis dan Blok Warna yang diterbitkan oleh Penerbit Darus Sunnah. Sesuai namanya mushaf ini dilengkapi dengan Mushaf Madinah Rasm Ustmani, kajian ilmu tajwid lengkap dan kaidah dalam menghafal Alquran.

Mushaf tersebut menampilkan 38 konten hukum tajwid. Termasuk di dalamnya izhar, iqlab, ikhfa, bermacam-macam idgham, bermacam-macam mad, saktah, isymam, ayat-ayat sajdah, tanda-tanda waqaf, tanda shifr, dan lain-lain. Semua hukum tajwid yang ditampilkan dalam mushaf ini menggunakan kode garis dan blok warna dengan penjelasan hukum tajwid di bawahnya. Adapun pewarnaan tajwid mengacu kepada “Pedoman Tajwid Sistem Warna” Departemen Agama RI.

Di samping itu, terkait khat Madinah Rasm Ustmani, mushaf ini diberi tambahan berupa harakat di awal ayat pada hamzah washl dan nun wiqayah pada huruf berharakat tanwin yang bertemu hamzah washl. Tambahan tersebut diberi tanda kotak. Hal itu merupakan upaya memudahkan para pembaca agar terhindar dari kesalahan dalam membaca.

Hal lain yang tidak kalah pentingnya, yaitu pada ayat hafalan, mushaf ini dilengkapi dengan tampilan potongan awal ayat di sisi samping halaman mushaf dengan memberikan tanda blok warna pada ayat dalam mushaf sesuai dengan potongan ayat yang ditampilkan. Hal ini akan sangat membantu bagi mereka yang ingin menghafalkan ayat-ayat Alquran tersebut.

Penerbit mengklaim, ini merupakan mushaf tajwid terlengkap di dunia yang pertama kali hadir dengan menggunakan khat Madinah Rasm Ustmani yang memuat hukum-hukum tajwid secara lengkap dengan kode garis dan blok warna serta ayat-ayat hafalan. Sumber

Membaca Al Qur’an untuk Direnungkan dan Diamalkan

Membaca Al Qur’an untuk Direnungkan dan Diamalkan,

Sekolah Penghafal Al Qur'an - Membaca Al Qur’an bukan sekedar dibaca. Namun yang terpenting adalah direnungkan dan diamalkan isi kandungannya. Banyak membaca dibanding dengan membaca Al Qur’an dengan penuh perenungan (tadabbur), tentu dengan penuh tadabbur itu lebih utama (afdhol).

Ibnul Qayyim rahimahullah saat menjelaskan perihal shalat malam dalam Zaadul Ma’ad membawakan bahasan berikut ini:

Para ulama berselisih pendapat manakah yang lebih utama, membaca Al Qur’an dengan tartil sehingga sedikit bacaan yang dihasilkan ataukah membaca Al Qur’an dengan cepat dan banyak yang dibaca. Ada dua pendapat dalam masalah ini.

Menurut Ibnu Mas’ud dan Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma, juga selain keduanya, membaca Al Qur’an dengan tartil dan penuh tadabbur (perenungan) itu lebih utama daripada membaca Al Qur’an dengan cepat meskipun dihasilkan banyak bacaan. Karena memang maksud membaca Al Qur’an adalah memahami dan merenungkan isinya, juga ditambah dengan bisa mengamalkan kandungannya. Sedangkan membaca dan menghafal Al Qur’an adalah jalan untuk bisa memahami maknanya.

Sebagian salaf mengatakan,

نزل القرآن ليعمل به فاتخذوا تلاوته عملا

“Al Qur’an itu diturunkan untuk diamalkan. Oleh karenanya, bacalah Al Qur’an untuk diamalkan.”

Makanya, dari dulu yang namanya ahli Al Qur’an adalah yang paham dan mengamalkan isi Al Qur’an (bukan hanya sekedar baca atau bukan sekedar menghafal, -pen). Walaupun ahli Al Qur’an di sini tidaklah menghafalkan Al Qur’an. Adapun jika ada yang menghafalkan Al Qur’an namun tidak memahami dan juga tidak mengamalkan isinya, maka ia bukanlah ahli Al Qur’an walau dia piawai mengucapkan huruf-hurufnya.

Para ulama yang berpendapat pentingnya tadabbur dibanding banyak qiro’ah (baca) juga memberikan alasan lain bahwa iman tentu saja sebaik-baik amalan. Memahami Al Qur’an dan merenungkannya akan membuahkan iman. Adapun jika Al Qur’an cuma sekedar dibaca tanpa ada pemahaman dan perenungan (tadabbur), maka itu bisa pula dilakukan oleh orang fajir (ahli maksiat) dan munafik, di samping dilakukan oleh pelaku kebaikan dan orang beriman. Sebagaimana Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata,

وَمَثَلُ الْمُنَافِقِ الَّذِى يَقْرَأُ الْقُرْآنَ كَالرَّيْحَانَةِ ، رِيحُهَا طَيِّبٌ وَطَعْمُهَا مُرٌّ

“Permisalan orang munafik yang membaca Al Qur’an adalah seperti buah rayhanah. Bau buah tersebut enak, namun rasanya pahit.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Demikian faedah dari Ibnul Qayyim dalam kitab beliau Zaadul Ma’ad (1: 327) di pagi ini. Insya Allah, siang nanti akan dilanjutkan kembali.

Moga Allah menganugerahkan kita menjadi ahli Al Qur’an, yang rajin membaca, menghafal, dan rajin merenungkannya, serta mengamalkan isinya.

Hanya Allah yang memberi taufik.

Referensi:

Zaadul Ma’ad fii Hadyi Khoiril ‘Ibad, Ibnu Qayyim Al Jauziyah, tahqiq: Syaikh Syu’aib Al Arnauth dan Syaikh ‘Abdul Qadir Al Arnauth, terbitan Muassasah Ar Risalah, cetakan keempat, tahun 1425 H.

7 Pujian Allah Terhadap Orang Yang Mendalami Al Quran

7 Pujian Allah Terhadap Orang Yang Mendalami Al Quran

Sekolah Penghafal Al Qur'an - Allah Ta’ala berfirman:

هُوَ الَّذِي أَنزَلَ عَلَيْكَ الْكِتَابَ مِنْهُ آيَاتٌ مُّحْكَمَاتٌ هُنَّ أُمُّ الْكِتَابِ وَأُخَرُ مُتَشَابِهَاتٌ ۖ فَأَمَّا الَّذِينَ فِي قُلُوبِهِمْ زَيْغٌ فَيَتَّبِعُونَ مَا تَشَابَهَ مِنْهُ ابْتِغَاءَ الْفِتْنَةِ وَابْتِغَاءَ تَأْوِيلِهِ ۗ وَمَا يَعْلَمُ تَأْوِيلَهُ إِلَّا اللَّهُ ۗ وَالرَّاسِخُونَ فِي الْعِلْمِ يَقُولُونَ آمَنَّا بِهِ كُلٌّ مِّنْ عِندِ رَبِّنَا ۗ وَمَا يَذَّكَّرُ إِلَّا أُولُو الْأَلْبَابِ بَّنَا لَا تُزِغْ قُلُوبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِن لَّدُنكَ رَحْمَةً ۚ إِنَّكَ أَنتَ الْوَهَّابُ رَبَّنَا إِنَّكَ جَامِعُ النَّاسِ لِيَوْمٍ لَّا رَيْبَ فِيهِ ۚ إِنَّ اللَّهَ لَا يُخْلِفُ الْمِيعَادَ

“Dialah yang menurunkan Al Kitab (Al Quran) kepada kamu. Di antara (isi)nya ada ayat-ayat yang muhkamaat, itulah pokok-pokok isi Al qur’an dan yang lain (ayat-ayat) mutasyaabihaat. Adapun orang-orang yang dalam hatinya condong kepada kesesatan, maka mereka mengikuti sebahagian ayat-ayat yang mutasyaabihaat daripadanya untuk menimbulkan fitnah untuk mencari-cari ta’wilnya, padahal tidak ada yang mengetahui ta’wilnya melainkan Allah. Dan orang-orang yang mendalam ilmunya berkata: “Kami beriman kepada ayat-ayat yang mutasyaabihaat, semuanya itu dari sisi Tuhan kami”. Dan tidak dapat mengambil pelajaran (daripadanya) melainkan orang-orang yang berakal. (Mereka berdoa): “Ya Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan hati kami condong kepada kesesatan sesudah Engkau beri petunjuk kepada kami, dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi Engkau; karena sesungguhnya Engkau-lah Maha Pemberi (karunia)”. “Ya Tuhan kami, sesungguhnya Engkau mengumpulkan manusia untuk (menerima pembalasan pada) hari yang tak ada keraguan padanya”. Sesungguhnya Allah tidak menyalahi janji” (QS. Al Imran: 7).

Al Allamah As Sa’di setelah menjelaskan tafsir ayat ini beliau mengatakan:

“Allah Ta’ala memuji orang-orang yang mendalam ilmunya dengan 7 sifat, yang merupakan sumber kebahagiaan bagi setiap hamba, yaitu:
  1. Ilmu. Yang merupakan jalan menuju kepada Allah. Yang menjelaskan hukum-hukum Allah dan syariat-Nya.
  2. Kedalaman ilmu. Ini merupakan derajat yang lebih tinggi lagi daripada sekedar berilmu. Karena keilmuan yang mendalam berarti ia memiliki ilmu yang kokoh dan kebijaksaan yang mendalam. Allah telah memberikan ilmu kepada orang tersebut baik yang zhahir maupun yang batin. Maka kedalaman ilmunya itu bisa mengungkap hal-hal yang nampak samar dalam syariat ini, baik dalam ilmu, keadaan dan perbuatan.
  3. Allah menyifati mereka bahwa mereka itu beriman dengan seluruh kitab Allah, dan mereka itu senantiasa mengembalikan ayat yang mutasyabihat kepada yang muhkamat dan berkata, “Kami beriman kepada ayat-ayat yang mutasyaabihaat, semuanya itu dari sisi Tuhan kami“
  4. Mereka meminta kepada Allah ampunan dan pertolongan agar terhindar dari apa yang menimpa orang-orang yang sesat dan menyimpang
  5. Mereka mengakui nikmat Allah berupa hidayah dengan perkataan mereka, “Ya Rabb kami, janganlah Engkau jadikan hati kami condong kepada kesesatan sesudah Engkau beri petunjuk kepada kami“.
  6. Dengan semua ini, mereka juga meminta limpahan rahmat Allah, yang disana tercakup tercapainya semua kebaikan dan terhindarnya semua keburukan. Dan mereka juga ber-tawassul dengan nama Allah: Al Wahhab.
  7. Allah mengabarkan bahwa mereka itu beriman dan yakin terhadap hari Kiamat dan mereka takut kepadanya.

Dan inilah semua yang wajib diamalkan agar terhindar dari kesesatan” (Taisir Karimirrahman, 123

Inilah 5 Keutamaan Membaca Alquran

Inilah 5 Keutamaan Membaca Alquran,

Sekolah Penghafal Al Qur'an - Alquran Al-Karim adalah pedoman hidup umat manusia, walaupun yang mengambil manfaat hanyalah orang-orang yang bertakwa (QS al-Baqarah [2]: 2). Begitu banyak hikmah dari memperbanyak membaca Alquran.

Pertama, mendapatkan pahala yang sangat banyak, di mana satu huruf diberi balasan dengan sepuluh kebajikan, sebagaimana diriwayatkan oleh Iman At-Tirmidzi dalam sebuah hadits Rasulullah SAW. Kita tahu bahwa seluruh Alquran, menurut sebuah literatur berjumlah 325.015 huruf, yang berarti satu kali khatam Alquran mendapatkan nilai pahala kebajikan kelipatan sepuluh, yakni 3.250.150.

Tentu untuk meraihnya, kita harus berusaha memperbanyak membaca Alquran. Baik sebulan sekali, dua bulan sekali, atau bahkan tiga bulan sekali. Bahkan banyak di antara ulama Alquran yang mampu mengkhatamkan Alquran setiap seminggu sekali.

Kedua, Allah SWT akan mengangkat derajat orang-orang selalu membaca Alquran, mempelajari isi kandungannya dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.
“Sesungguhnya Allah mengangkat derajat suatu kaum dengan Kitab Alquran dan Allah merendahkan kaum yang lainnya (yang tidak mau membaca, mempelajari dan mengamalkan Alquran).” (HR Bukhari).

Secara logika dapat kita pahami, mengapa orang-orang yang membaca dan mempelajari isi kandungan Alquran dan berusaha mengamalkannya diangkat derajatnya oleh Allah SWT? Orang-orang yang membaca Alquran berarti orang-orang yang selalu dekat dengan Allah, bahkan membaca Alquran merupakan bercakap-cakap dengan Allah SWT.

Ketiga, mendapatkan ketengan jiwa atau hati yang sangat luar biasa, di mana setiap ayat Alquran yang dibacanya akan mendatangkan ketenangan dan ketentraman bagi para pembacanya. Sebagaimana diterangkan dalam surah Al-Isra [17] ayat 82, Alquran diturunkan Allah SWT untuk menjadi obat segala macam penyakit kejiwaan. Sehingga para pembaca Alquran, bahkan orang yang mendengarkan bacaannya mendapat pula ketenangan jiwa.

Keempat, mendapatkan syafaat (pertolongan) pada hari Kiamat. Hal ini dijelaskan pada hadis Rasulullah SAW yang diriwayatkan Imam Muslim. “Bacalah Alquran oleh kamu sekalian, karena bacaan Alquran yang dibaca ketika hidup di dunia ini, akan menjadi syafaat/penolong bagi para pembacanya di hari Kiamat nanti.”

Maka perbanyaklah membaca Alquran ketika nafas masih menyertai kita dan denyut jantung masih bergerak, karena bacaan Alquran akan menjadi syafaat/penolong bagi para pembacanya di hari Kiamat nanti, dikala manusia banyak yang sengsara dan menderita.

Kelima, akan terbebas dari aduan Rasulullah SAW pada hari Kiamat nanti, di mana ada beberapa manusia yang diadukan Rasulullah SAW pada hari Kiamat dihadapan Allah SWT.

Jadi, perbanyaklah membaca Alquran, luang waktu sisa-sisa kehidupan yang Allah berikan untuk memperdalam ajarannya. Jangan disia-siakan, karena Alquran akan mengantarkan kemudahan kita ketika menghadap Allah SWT (sakaratul maut).

Keutamaan Membaca Al Qur'an di dalam Rumah

Keutamaan Membaca Al Qur'an di dalam Rumah

Sekolah Penghafal Al Qur'an - Dalam Al-Qur’an, Allah SWT berfirman:

يَا أَيُّهَا النَّاسُ قَدْ جَاءتْكُم مَّوْعِظَةٌ مِّن رَّبِّكُمْ وَشِفَاء لِّمَا فِي الصُّدُورِ وَهُدًى وَرَحْمَةٌ لِّلْمُؤْمِنِينَ
”Wahai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit yang ada di dada, dan rahmat bagi orang-orang mukmin.” (QS Yûnus [10]:57).

وَنُنَزِّلُ مِنَ الْقُرْآنِ مَا هُوَ شِفَاء وَرَحْمَةٌ لِّلْمُؤْمِنِينَ وَلاَ يَزِيدُ الظَّالِمِينَ إَلاَّ خَسَار
“Dan Kami turunkan dari Al-Qur’an suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Al-Qur’an itu tidaklah menambah kepada orang-orang zalim selain kerugian.” (QS Al-Isrâ’ [17]:82)

Al-Qur’an menjadi penasihat, penawar hati yang sedang gelisah-gundah gulana, melapangkan dada yang terasa sempit dan menjernihkan fikiran yang sedang kacau. Ia menjadi petunjuk dan rahmat bagi manusia, sedangkan di akhirat kelak, ia akan menjadi syafa’at bagi para pembacanya.

Cahaya Al-Qur’an masuk ke dalam hati hamba yang beriman sehingga memberikan ketenangan dan ketenteraman. Cahaya Al-Qur’an menyinari rumah-rumah mereka.Lantunan ayat-ayat Al-Qur’an selalu menggema, menyelimuti sekitar rumah. Rasulullah SAW bersabda,”Sinarilah rumah-rumah kamu sekalian dengan bacaan Al-Qur’an.”

Rumah tampak terang benderang menurut pandangan Allah apabila di dalamnya selalu ada ayat-ayat suci Al-Qur’an yang di baca oleh penghuninya. Cahaya ini bukan berasal dari lampu penerangan rumah, tetapi cahaya ini berasal dari setiap huruf, kata, kalimat, dan ayat-ayat yang di baca. Lalu di tela’ah menjadi sinar yang menerangi hati, menjadi cahaya Ilahi, menerawang dalam setiap relung kehidupan.

Ia hadir pada hati yang sempit lalu menjadi lega, hati yang marah menjadi pemaaf, jiwa yang kikir menjadi dermawan, dan sebagainya. Al-Qur’an memiliki keutamaan yang luar biasa, dan karenanya layak jika Al-Qur’an dijadikan sebagai mukjizat terbesar yang diberikan-Nya kepada Nabi Muhammad SAW. Abu Hurairah r.a. menuturkan bahwa Rasulullah SAW. bersabda, “Keutamaan Al-Qur’an dibandingkan dengan segala perkataan laksana keutamaan Allah Yang Maha Pengasih dibandingkan dengan seluruh makhluk-Nya.”

Dalam sebuah keluarga, seorang ayah berkewajiban mengajarkan Al-Qur’an kepada putra-putrinya. Jika ia tidak mampu, hendaknya dititipkan kepada orang lain untuk diajarkan Al-Qur’an. Allah SWT . menaruh kepedulian yang sangat besar dengan mengampuni dosanya serta memberikan derajat yang mulia kepada para pengajar Al-Qur’an. Anas r.a. menuturkan bahwa Rasulullah SAW bersabda, ”Barang siapa mengajari anaknya membaca Al-Qur’an dengan melihat (pada kitab Al-Qur’an), maka diampuni dosanya yang telah lalu dan yang akan datang. Dan barang siapa mengajarinya membaca Al-Qur’an dengan hafalan, lalu setiap anak membaca satu ayat, maka Allah mengangkat satu derajat untuk ayahnya sehingga pada akhir Al-Qur’an yang dibaca.”

KEUTAMAAN MEMBACA AL QUR'AN

Pembaca Al-Qur’an akan memperoleh ketenangan dan rahmat Allah.
Dalam satu hadist diceritakan bahwa ada seorang laki-laki membaca surat Al-Kahfi, dan didekatnya ada seekor kuda tertambat dengan tali panjang. Sekonyong-konyong datang awan menyelubungi tempat orang itu, sehingga kuda tersebut berputar-putar ditambatannya lalu lari. Ketika hari telah pagi, orang itu mendatangi Nabi SAW. lalu diceritakannya kepada beliau peristiwa yang dialaminya itu. Sabda Nabi SAW., “Itulah ‘sakinah’ (para malaikat turun membawa ketenangan dan rahmat) bagi pembaca Al-Qur’an.” (Shahih Muslim: 765)

Orang yang membaca Al-Qur’an akan memperoleh perhatian dari Allah.
Dari Abu Hurairah r.a.,katanya dia mendengar Nabi SAW bersabda: “Allah tidak menaruh perhatian terhadap sesuatu, seperti perhatian-Nya terhadap Nabi ketika beliau melagukan Al-Qur’an dengan suaranya yang indah dan keras.” (Shahih Muslim: 764)

Orang yang membaca Al-Qur’an di ibaratkan jeruk yang rasanya manis.
Rasulullah SAW bersabda: “Perumpamaan orang mukmin yang membaca Qur’an ialah seperti jeruk manis. Baunya harum dan rasanya manis. Dan perumpamaan orang mukmin yang tidak membaca Qur’an ialah seperti kurma, tidak berbau tetapi rasanya manis. Dan perumpamaan orang munafik yang membaca Qur’an ialah seperti kemangi, baunya harum tetapi rasanya pahit. Dan perumpamaan orang munafik yang tidak membaca Qur’an ialah seperti paria, tidak berbau dan rasanya pahit.” (Shahih Muslim: 766)

Mahir membaca Al-Qur’an akan memperoleh kemuliaan di akhirat.
Dari ‘Aisyah r.a.., katanya Rasulullah SAW bersabda: “Orang (mukmin) yang mahir membaca Qur’an, maka kedudukannya di akhirat di temani para malaikat yang mulia. Dan orang yang membaca Qur’an, padahal dia gagap sehingga sulit baginya membaca, maka dia mendapat pahala ganda.” (Shahih Muslim: 767)

Disukai membaca Al-Qur’an di hadapan orang-orang pintar.
Dari Anas r.a., katanya Rasulullah SAW bersabda kepada Ubay bin Ka’ab r.a., sabdanya: “Sesungguhnya Allah menyuruhku supaya membacakan kepadamu: “Lam yakunil ladzina kafaru (Surat Al-Bayyinah).” Tanya Ubay, “Apakah Allah menyebut namaku kepada anda?” Jawab Rasulullah SAW: “Ya, Allah menyebut namamu.” Lalu Ubay menangis karenanya. (Shahih Muslim: 768)

Keutamaan menyimak bacaan Al-Qur’an dan menghayatinya.
Dari ‘Abdullah Ibn Mas’ud r.a., katanya Rasulullah SAW bersabda kepadanya, sabdanya: “Bacakanlah Qur’an kepada-ku!” Jawabku, “Bagaimana pula aku harus membacakan-nya kepada anda, sedangkan Qur’an itu sendiri diturunkan kepada anda.” Sabda beliau, “Aku ingin mendengarkannya dari orang lain.” Karena itu, kubacakan kepada beliau Surat An-Nisā’. Ketika bacaanku sampai kepada ayat: “Fakaifa idza ji’na min kulli ummatin bisyahidin wa ji’na bika haulai syahida.” [Maka bagaimanakah halnya orang kafir nanti, apabila Kami mendatangkan seseorang saksi (rasul) dari tiap-tiap umat dan Kami mendatangkan kamu (Muhammad) sebagai ssaksi atas mereka itu (sebagai umatmu).] (An-Nisā’ :41); Ketika itu aku mengarahkan pandanganku kepada beliau, maka kelihatan olehku air mata-nya mengalir.” (Shahih Muslim: 769)

Keutamaan membaca Al-Qur’an dalam shalat.
Dari ‘Abu Hurairah r.a., katanya Rasulullah SAW bersabda: “Sukakah kamu, bila kamu pulang kerumahmu lantas kamu mendapati tiga ekor unta yang sedang bunting dan gemuk-gemuk?” Jawab kami, “Tentu, ya, Rasulullah!” Sabda beliau,“Membaca tiga ayat dalam shalat lebih bagus nilainya dari ketiga unta bunting itu.” (Shahih Muslim: 770)

Orang yang membaca Al-Qur’an memperoleh Syafa’at di akhirat kelak.
Rasulullah SAW bersabda: “Bacalah Al-Qur’an, karena dia akan datang memberi syafa’at kepada pembacanya pada hari kiamat nanti. Bacalah Zahrawain, yakni surat Al-Baqarah dan ‘Ali ‘Imran, karena keduanya akan datang pada hari kiamat nanti, seperti dua tumpuk awan menanungi pembacanya, atau seperti dua kelompok burung yang sedang terbang dalam formasi hendak membela pembacanya. Bacalah Al-Baqarah, karena dengan membacanya beroleh berkat, dan dengan tidak membacanya beroleh penyesalan, dan pembacanya tidak dapat dikuasai (dikalahkan) oleh tukang-tukang sihir.” (Shahih Muslim: 771)

Keutamaan surat “Al-Fatihah” dan ayat penghabisan surat “Al-Baqarah”.
Dari Ibnu ‘Abbas r.a., katanya: “Pada suatu waktu, ketika Jibril sedang duduk di samping Rasulullah SAW, sekonyong-konyong kedengaran suatu bunyi seperti pintu sedang di bukakan orang. Lalu diangkatnya kepalanya, seraya berkata: “Nah! Inilah pintu langit dibukakan hari ini, dimana tidak pernah dibuka melainkan baru hari ini.” Dari pintu itu turun malaikat. Kata Jibril,” Inilah malaikat turun ke bumi. Dimana dia tidak pernah turun sebelumnya, melainkan baru hari ini.” Setelah malaikat itu memberi salam, lalu dia berkata, “Gembirakanlah ummatmu dengan dua cahaya yang kedua-duanya hanya diturunkan kepada-mu, dan tidak pernah diturunkan kepada para Nabi sebelum kamu, yaitu: Surat Al-Fatihah dan ayat-ayat penutup surat Al-Baqarah (ayat:284-286). Tidak satu huruf pun yang anda baca dari keduanya, melainkan akan diberikan pahalanya kepada anda.”

Sabda Rasulullah SAW: “Siapa yang membaca kedua ayat itu, yakni dari akhir surat Al-Baqarah, niscaya keduanya akan memeliharanya dari bencana.” (Shahih Muslim: 772-773)

Orang yang membaca surat “Al-Kahfi” akan terpelihara dari kejahatan Dajjal. Rasulullah SAW bersabda: “Siapa yang menghafal sepuluh ayat dari awal surat “Al-Kahfi”, dia terpelihara dari bencana kejahatan Dajjal.”

Dari Abu Qatadah r.a. dengan sanad yang sama: “Begitu pula ayat-ayat penghabisan surat Al-Kahfi (ayat 102-110)

Membaca surat “Al-Ikhlas” sama nilainya dengan membaca Sepertiga Qur’an. Rasulullah SAW bersabda: “Tidak sanggupkah kamu membaca sepertiga Qur’an dalam semalam?” Mereka balik bertanya, “Bagaimana cara membaca sepertiganya?” Jawab Nabi SAW., “Qul huallahu Ahad. (surat Al-Ikhlas) sama nilainya dengan sepertiga Al-Qur’an.” [Lihat Shahih Muslim: 777-780]

Keutamaan surat “Al-Falaq” dan surat “An-Nās” (Mu’awwidzatain)
Rasulullah SAW bersabda: “Tahukah kamu beberapa ayat yang diturunkan Allah tadi malam, dan yang belum pernah ada bandingannya? Ayat-ayat itu ialah: Qul a’udzu birabbil falaq Qul a’udzu birabbinnas (Surat Al-Falaq dan Surat An-Nas).” (Shahih Muslim: 781)

Sungguh Al-Qur’an merupakan mukjizat luar biasa yang dapat memberikan ketenangan, ketenteraman, kedamaian sekaligus obat bagi setiap penyakit, yang bisa dilakukan oleh siapa saja yang mau membacanya, menghayati dan mengamalkan isinya dalam kehidupan sehari-harinya. Rasulullah SAW bersabda,”Barang siapa membaca Al-Qur’an, kemudian ia melihat ada seseorang yang diberi sesuatu yang melebihi keutamaan yang diberikan kepadanya, berarti ia menganggap remeh terhadap sesuatu yang dimuliakan oleh Allah.”

Dalam hadist lain, Rasulullah SAW bersabda, “Tidak bisa memberi syafa’at yang lebih utama kedudukannya menurut Allah daripada syafa’at Al-Qur’an.”

Demikianlah wahai saudaraku, semoga risalah yang singkat ini bermanfaat bagi kita semua. Marilah kita jadikan rumah kita sebagai majelis ta’lim yang di dalamnya selalu dilantunkan ayat-ayat suci Al-Qur’an, agar dapat selalu menjadi obat dan penawar bagi hati kita dan agar cahaya rahmat-Nya selalu menyinari rumah kita yang pada gilirannya akan menghadirkan rasa ketenangan dan kedamaian pada penghuninya.

Alhamdulillah, puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah Azza wa Jalla. Shalawat dan salam semoga tercurah kepada junjungan kita Nabi Muhammad Saw.beserta keluarga dan shahabatnya.

ماً إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيماً
“Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya.”
(QS Al-Ahzab [33]:56)


[Sumber: As-Sunnah Madrasah Kita]

Seribu Keutamaan Menghafal Alquran

Seribu Keutamaan Menghafal Alquran

Sekolah Penghafal Al Qur'an - Seorang hafiz harus menjaga niat dan etika.

Bocah tujuh tahun, Tabarak Labudi, fasih melafalkan lima ayat terakhir surah al-Baqarah di hadapan lebih dari 2,000 Muslim di Masjid Agung Kabupaten Bulungan, Kalimantan Timur, beberapa waktu lalu.

Selesai melafalkan ayat-ayat tersebut, seorang jamaah masjid, Andy Hatta, melafalkan beberapa ayat pertama surah ar-Rahman. “Arrahman. 'AllamAlquran. Khalaqal insana 'Allamahul bayan,” tutur Andy. Kemudian, pria itu duduk.

Pengeras suara berpindah ke tangan Tabarak. Anak pasangan Dr Kamil Labudi dan Rasya dari Mesir itu kemudian melanjutkan bacaan surah ar-Rahman hingga selesai.  

Tabarak  mampu menghafal 30 juz Alquran di saat umurnya masih empat setengah tahun. Hanya dalam kurun waktu satu setengah tahun dia mampu menghafal firman Allah SWT, mulai surah al-Fatihah hingga an-Naas.  

Kedua orang tua Tabarak sepakat untuk mengikuti  program yang dikhususkan untuk menghafal Alquran. Keduanya mampu menghafal tujuh juz. Saat hamil, Rasya berhenti menghafal. Kamil tetap meneruskan menghafal secara lengkap. Meski begitu, Rasya pada akhirnya berhasil mengkhatamkan Alquran bersama dengan Tabarak.

Kamil menyatakan, kemampuan menghafal Alquran yang dimiliki anaknya bermula dari membiasakannya untuk selalu melafalkan ayat-ayat Alquran. Tabarak dan dua anak mereka tidak menyenandungkan lagu-lagu yang disukai masyarakat luas.

“Mereka terus melafalkan Alquran ,” jelas Kamil. Tidak mudah memang, tapi harus dilakukan. Ketika sudah terbiasa, mereka akan hafal Alquran di luar kepala.

Kamil tidak henti-hentinya menemani Tabarak dan teman-temannya selama ia menghafal Alquran. Ini terutama karena anak dalam fase usia dini memiliki kekuatan hafalan yang tinggi.

Kamil dan Rasya menyediakan mereka susu dan kurma demi menghidupkan sunah Nabi. Gubernur Jeddah, Pangeran Mishaal ibn Majed, mengapresiasi Tabarak yang berhasil menyabet gelar Penghafal Alquran Termuda di dunia.

Cahaya Membaca Surah Alkahfi

Cahaya Membaca Surah Alkahfi


Sekolah Penghafal Al Qur'an - Salah satu doa orang beriman yang diabadikan di dalam Al-Qur’an ialah:

رَبَّنَا أَتْمِمْ لَنَا نُورَنَا وَاغْفِرْ لَنَا إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ

“Ya Tuhan kami, sempurnakanlah bagi kami cahaya kami dan ampunilah kami; sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu”. (QS At-Tahrim ayat 8)

Doa ini dipanjatkan kepada Allah ta’aala oleh orang-orang beriman pada saat mereka melintasi jembatan di atas neraka. Suatu jembatan yang digambarkan oleh Nabi shollallahu ’alaih wa sallam sebagai ”lebih halus dari sehelai rambut dan lebih tajam dari sebilah pedang.” Setiap orang yang pernah mengucapkan kalimat tauhid akan melintasi jembatan yang membentang di atas neraka.

وَإِنْ مِنْكُمْ إِلَّا وَارِدُهَا كَانَ عَلَى رَبِّكَ حَتْمًا مَقْضِيًّا

”Dan tidak ada seorangpun daripadamu, melainkan mendatangi neraka itu. Hal itu bagi Tuhanmu adalah suatu kemestian yang sudah ditetapkan.” (QS Maryam ayat 71)

Ketika menyeberangi jembatan tersebut keadaan sangat mencekam dan gelap. Sehingga Nabi shollallahu ’alaih wa sallam menyatakan bahwa orang akan menyeberangi jembatan itu sesuai cahaya yang ia miliki. Cahaya tersebut berbanding lurus dengan tingkat keimanan dan amal kebaikan yang telah diinvestasikan seseorang sewaktu hidupnya di dunia. Orang yang beriman akan sanggup menyeberanginya hingga selamat sampai ke ujung. Sedangkan orang munafiq akan mengalami gangguan dalam menyeberanginya sehingga mereka bakal jatuh terjungkal ke dalam panasnya api neraka di bawah jembatan tersebut.

قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ:إِنَّ اللَّهَ تَعَالَى يَدْعُو النَّاسَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِأَسْمَائِهِمْ سِتْرًا مِنْهُ عَلَى عِبَادِهِ، وَأَمَّا عِنْدَ الصِّرَاطِ، فَإِنَّ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ يُعْطِي كُلَّ مُؤْمِنٍ نُورًا، وَكُلَّ مُؤْمِنَةٍ نُورًا، وَكُلَّ مُنَافِقٍ نُورًا، فَإِذَا اسْتَوَوْا عَلَى الصِّرَاطِ سَلَبَ اللَّهُ نُورَ الْمُنَافِقِينَ وَالْمُنَافِقَاتِ، فَقَالَ الْمُنَافِقُونَ: “انْظُرُونَا نَقْتَبِسْ مِنْ نُورِكُمْ”[الحديد آية 13] وَقَالَ الْمُؤْمِنُونَ: “رَبَّنَا أَتْمِمْ لَنَا نُورَنا”[التحريم آية 8] فَلا يَذْكُرُ عِنْدَ ذَلِكَ أَحَدٌ أَحَدًا.

“Allah ta’aala akan memanggil umat manusia di akhirat nanti dengan nama-nama mereka, ada tirai penghalang dari-Nya atas hamba-hambaNya. Adapun di atas jembatan Allah ta’aala memberikan cahaya kepada setiap orang beriman dan orang munafiq. Bila mereka telah berada di tengah jembatan, Allah ta’aala-pun segera merampas cahaya orang-orang munafiq. Mereka menyeru kepada orang-orang beriman: ”Tunggulah kami supaya kami dapat mengambil sebagian dari cahaya kamu.”(QS AtTahrim ayat 8) Dan berdoalah orang-orang beriman: ”Ya Rabb kami, sempurnakanlah untuk kami cahaya kami.” (AlHadid ayat 13) Ketika itulah setiap orang tidak akan ingat orang lain.” (HR Thabrani 11079)

Saudaraku, sungguh ini merupakan peristiwa yang sangat menakutkan. Sebab tidak seorangpun yang tahu apakah dirinya akan sanggup selamat hingga ke ujung jembatan pada saat itu. Maka marilah kita pelihara dan selalu tingkatkan ketaqwaan kita. Sebab Allah ta’aala menjamin bahwa orang-orang bertaqwa pasti akan diselamatkan dari api neraka. Hanya mereka yang zalim-lah yang akan dibiarkan terjungkal dari jembatan dan merasakan siksa neraka.

ثُمَّ نُنَجِّي الَّذِينَ اتَّقَوْا وَنَذَرُ الظَّالِمِينَ فِيهَا جِثِيًّا

”Kemudian Kami akan menyelamatkan orang-orang yang bertakwa dan membiarkan orang-orang yang zalim di dalam neraka dalam keadaan berlutut.” (QS Maryam ayat 72)

Bahkan Rasulullah shollallahu ’alaih wa sallam menegaskan dalam sebuah hadits bahwa orang bertaqwa tidak akan merasakan panasnya neraka karena Allah ta’aala akan jadikan api neraka laksana api yang menyentuh Nabi Ibrahim’alihis-salaam, yakni terasa dingin dan selamat bagi muttaqin.

لَا يَبْقَى بَرٌّ وَلَا فَاجِرٌ إِلَّا دَخَلَهَا فَتَكُونُ عَلَى الْمُؤْمِنِ بَرْدًا وَسَلَامًا
كَمَا كَانَتْ عَلَى إِبْرَاهِيمَ حَتَّى إِنَّ لِلنَّارِ أَوْ قَالَ لِجَهَنَّمَ ضَجِيجًا
مِنْ بَرْدِهِمْ ثُمَّ يُنَجِّي اللَّهُ الَّذِينَ اتَّقَوْا وَيَذَرُ الظَّالِمِينَ فِيهَا جِثِيًّا

“Tidak ada orang sholeh dan orang jahat yang tersisa melainkan dia masuk ke neraka. Neraka itu dingin dan menyelamatkan bagi orang beriman, seperti halnya yang dialami Ibrahim sehingga neraka itu gaduh lantaran dinginnya mereka. Kemudian Allah ta’aala menyelamatkan orang-orang yang bertaqwa dan membiarkan orang-orang zalim di dalam neraka dalam keadaan berlutut.” (HR Ahmad 13995)

Dan dalam hadits lainnya Rasulullah shollallahu ’alaih wa sallam memberikan kabar gembira bahwa orang-orang beriman yang sholeh akan dikeluarkan dari neraka karena amal baiknya.

{ وَإِنْ مِنْكُمْ إِلَّا وَارِدُهَا } قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
يَرِدُ النَّاسُ النَّارَ كُلُّهُمْ ثُمَّ يَصْدُرُونَ عَنْهَا بِأَعْمَالِهِمْ

“Dan tidak ada seorangpun darimu, melainkan mendatangi sekitar neraka itu.” Rasulullah shollallahu ’alaih wa sallam bersabda: ”Seluruh manusia datang ke sekitar neraka, kemudian mereka keluar dari sana dengan amal baiknya.” (HR Ahmad 3927)

Maka, saudaraku, marilah kita persiapkan bekal cahaya sebanyaknya guna menerangi lintasan kita di atas jembatan tersebut kelak. Dan salah satu bentuk upayanya ialah dengan secara disiplin setiap hari Jum’at membaca surah Al-Kahfi.

أن النبي صلى الله عليه وسلم قال :
« إن من قرأ سورة الكهف يوم الجمعة أضاء له من النور ما بين الجمعتين »

“Sesungguhnya barangsiapa membaca surah Al-Kahfi pada hari Jum’at, niscaya ia akan diterangi oleh cahaya antara dua Jum’at.” (HR Hakim 3349)

Bila setiap hari Jum’at kita disiplin membaca surah Al-Kahfi, maka insyaAllah hidup kita sepanjang umur akan senantiasa deterangi cahaya untuk bekal keselamatan di akhirat, khususnya ketika melintasi jembatan di atas neraka. Amin.- Sumber

Donasi Pembangunan Pesantren SPA Putri Rijalul Quran


Donasi Pembangunan Pesantren SPA Putri Rijalul Quran

Sekolah Penghafal Al Qur'an - SPA Rijalul Qur'an merupakan sekolah penghafal Al-Qur'an yang menyediakan GRATIS biaya pendidikan dan asrama yang diperuntukkan bagi siswa-siswi SMP yatim/piatu dan/ kurang mampu.

Tanah diatas akan dibangun Sekolah Penghafal Al Quran untuk Santri Putri. 
Untuk Informasi donasi, Anda bisa menghubungi kami di
Alamat : Jl. Pakintelan I RT 02/RW IV Kel. Pakintelan
Gunungpati, Kota Semarang - 50229
atau hubungi : 085740011753

Insya Allah kami akan menyalurkannya sesuai dengan amanah Anda. Anda dapat melihat beberapa kegiatan penyaluran Bantuan pada halaman Kegiatan SPA Rijalul Qur'an.

Untuk Sedekah atau donasi bisa dikirim via rekerigng Bank Syari'ah Mandiri a.n. Zulfa Khakim 7059772222.

Afwan Ustadz, Belum ada yang mau disetor

Sekolah Penghafal Al Quran - Pernahkah kita mendengar kalimat tersebut dihalaqoh? Ketika sesi Tahfidz, ada anggota halaqoh yang tidak ada yang mau disetorkan hafalannya. Biasanya diiringi dengan alasan, “Afwan ustadz, belum ada yan mau disetor, agenda kegiatan padat jadi tidak sempat menghafal”. Pada kesempatan ini penulis ingin berbagi metode sederhana mengatasi kesibukan kita agar tetap sempat menghafal Al Qur’an. Metodenya yaitu dengan banyak mendengarkan.

Pernahkah kita ketika suatu saat ingin menghafal suatu surat/ayat dalam Al Qur’an lalu kita merasa sangat familiar dan mudah untuk menghafalnya? Itu karena kita sebelumnya telah sering mendengar ayat tersebut. Mungkin ketika sholat berjamaah, imam di Mesjid sering membaca ayat tersebut, atau mungkin karena kita sering mendengarkan Murottalnya.

Ternyata sangat efektif menghafal Al Qur’an dengan terlebih dahulu sering mendengarkan ayat tersebut. Ini akan mempercepat kita ketika akan menghafalkannya. Bahkan jika dulu kita menemukan Murottal MP3 Al Qur’an per surat dari Al Fatihah, Al Baqoroh sampai An Naas. Kini telah ada Murottal Al Qur’an pehalaman, dari halaman 1 sampai halaman 604. Jadi bisa langsung mendengarkan Murottal sesuai halaman Al Qur’an yang sedang kita hafal. Murottal Al Qur’an perhalaman bisa didownload gratis, klik download murottal al quran per halaman. Setelah download masukkan kedalam HP / Tablet / Laptop agar bisa sering didengarkan. Putar terus Murottalnya sesering mungkin maka ini akan memudahkan kita ketika akan menghafal Al Qur’an.

Selanjutnya perlu ada komitmen kita dengan diri sendiri, yaitu WaktuQu (Waktu Khusus Tahfidzul Qur’an). Waktu ini dikhususkan hanya untuk menghafal Al Qur’an dan sebisa mungkin tidak diganggu dengan kegiatan lainnya. Tidak perlu lama asalkan istiqomah. Misalnya ½ jam ba’da sholat shubuh, atau Ba’da Sholat magrib sampai isya. Apabila karena suatu alasan WaktuQu ini harus terganggu dengan agenda lain, maka harus ada komitmen dengan diri sendiri, apakah akan menggantinya di waktu lain atau berinfaq.

Semoga kita semua dibariskan Allah SWT dibelakangnya barisannya penghafal Al Qur’an yang senantiasa hidup dengan nilai-nilai Al Qur’an.

Sumber : http://www.eramuslim.com/

Menghapal Al-Qur'an Tidak Harus Orang Pintar

Menghapal Al-Qur'an Tidak Harus Orang Pintar

Sekolah Penghafal Al Quran - Ada yang bertanya : Apakah mungkin bagi seorang pelajar yang lemah kecerdasannya untuk menghafal Al Qur’an?

Jawaban :

Sebagian para pelajar ragu terhadap diri mereka sendiri bahwasanya mereka tidak mampu menghafal Al Qur;an disebabkan karena persiapan kecerdasan mereka yang lemah, atau sebagian para pelajar cerdas namun meninggalkan Al Qur’an dan tidak menghafalnya, akan tetapi kita katakan:

Memungkinkan bagi pelajar yang lemah kecerdasannya untuk menghafal Al Qur’an dengan cara membatasi diri dalam sehari sesuai dengan kemampuannya. Kemudian muraja’ah (mengulang kembali) hafalan hari yang lalu dan mengikat hafalan yang lalu dengan yang selanjutnya, maka dia menghafal Al Qur;an sesuai dengan kadar kemampuannya.

Manakala pelajar tersebut memiliki kesungguhan yang besar, dia akan mendapatkan pahala yang besar sesuai dengan tingkat  kesungguh sungguhan dan ketekunan mereka. Dan betapa banyak mereka yang lemah tingkat kecerdasannya hafal Kitab Allah sementara mereka bukanlah orang orang yang cerdas.

Untuk mendapatkan manfaat bagi pelajar yang lemah kecerdasannya, orang yang sudah tua umurnya dan pekerja yang sibuk, untuk memulai menghafal dari Juz ‘Amma (Juz 30) kemudia Juz Tabaarak (Juz 29), demikianlah, mereka memulai hafalan yang paling mudahm dan dengan hal ini mereka membiasakan diri untuk menghafal hingga sampai pada surat surat yang panjang. Sumber

Ujian Kenaikan Sleyer SPA Rijalul Quran

Ujian Kenaikan Sleyer SPA Rijalul Quran

Sekolah Penghafal Al Qur'an - Para santri SPA Rijalul Qur'an melakukan ujian hafalan Al-Qur'an yang dilakukan rutin setiap bulannya. Ujian ini akan menentukan apakah mereka akan mendapatkan slayer dengan warna yang berbeda atau tidak. Ujian ini bertujuan untuk memicu mereka agar memiliki kesempatan untuk lebih menjaga dan muraja'ah (mengulang) hafalan mereka. Hal ini juga bisa meringankan mereka pada saat ujian semester nantinya. Selamat melanjutkan hafalan ya para calon penerus bangsa yang sholih

Ujian Kenaikan Sleyer SPA Rijalul Qur'an Tahun Ajaran 2014-2015 ini dilaksanakan mulai dari tanggal 23 Agustus 2014 hingga 16 Mei 2015 mendatang. Dengan rincian tanggal sebagai berikut :
- 23 Agustus 2014
- 20 September 2014
- 18 Oktober 2014
- 15 Novemeber 2014
- 17 Januari 2015
- 14 Februari 2015
- 14 Maret 2015
- 18 April 2015
- 16 Mei 2015

 Ujian Kenaikan Sleyer SPA Rijalul Quran


Mereka yang Tersungkur karena Al-Quran

Mereka yang Tersungkur karena Al-Quran

Sekolah Penghafal Al Qur'an - Kisah ini menceritakan seorang hamba Allah yang sangat peka terhadap firman Tuhannya. Pemahamannya terhadap Al-Quran dan rasa takutnya terhadap Sang Pencipta menyebabkan hatinya sangat lululh terhadap Al-Quran. Dia bisa jatuh tersungkur, menangis tersedu-sedu, pingsang, bahkan hingga mati, karena mendengar lantunan Al-Quran. Bukan dibuat-buat, tapi betul-betul buah dari ketakwaannya.

Barangkali merekalah orang yang dimaksud dalam hadis dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

يَدْخُلُ الْجَنَّةَ أَقْوَامٌ أَفْئِدَتُهُمْ مِثْلُ أَفْئِدَةِ الطَّيْرِ

“Akan masuk surga sekelompok orang, hati mereka seperti hati burung.” (HR. Ahmad 8382 & Muslim 2840)

Mereka orang yang hatinya sangat lunak, dipenuhi dengan ketakutan kepada Sang Pencipta. Sebagaimana burung. Binatang yang sangat peka dan mudah kaget.

Diantara hamba Allah yang bisa mencapai derajat semacam ini adalah Ali bin Fudhail bin Iyadh rahimahullah. Beliau digelari qatilul qur’an (orang yang ‘dibunuh’ Al-Quran). Al-Munawi dalam Faidhul Qadir (6/460) mengatakan:

وسمي علي بن الفضيل قتيل القرآن

“Ali bin Fudhail digelari qatilul quran”

Beliau bukan ahlul bait. Bukan pula keturunan kerajaan. Beliau putra seorang ulama yang dikenal sangat zuhud, Fudhail bin Iyadh rahimahullah.

Diceritakan oleh Al-Baihaqi dalam Syu’abul Iman (2/302), dari Muhammad bin Bisyr Al-Makki, beliau bercerita:

Pada suatu hari kami bernah berjalan bersama Ali bin Fudhail. Kemudian kami melewati daerah Bani Al-Harits Al-Makhzumi, yang pada saat itu ada seorang guru  yang sedang mengajar anak-anak. Kemudian sang guru membaca firman Allah:

لِيَجْزِيَ الَّذِينَ أَسَاءُوا بِمَا عَمِلُوا وَيَجْزِيَ الَّذِينَ أَحْسَنُوا بِالْحُسْنَى

“Supaya Dia memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat jahat terhadap apa yang telah mereka kerjakan dan memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik dengan pahala yang lebih baik (surga).” (QS. An-Najm: 31)

Tiba-tiba Ali bin Fudhail langsung teriak dan jatuh pingsan. Datanglah ayahnya dan mengatakan: “Sungguh, dia terbunuh karena Al-Quran.”

Kemudian dia dibawa pulang. Salah seorang yang membawanya pulang bercerita bahwa Fudhail, ayahnya mengabarkan, Ali tidak bisa shalat pada hari itu, shalat dzuhur, asar, maghrib, dan isya. Pada tengah malam dia baru sadar.

Di lain kasus, Ibnu Qudamah menceritakan kisah seorang pemuda dalam kitabnya At-Tawwabin. Seorang pemuda dari Al-Azd. Beliau menghadiri majlis ilmu. Ketika beliau mendengan ada orang yang membaca firman Allah:

وَأَنْذِرْهُمْ يَوْمَ الْآزِفَةِ إِذِ الْقُلُوبُ لَدَى الْحَنَاجِرِ كَاظِمِينَ مَا لِلظَّالِمِينَ مِنْ حَمِيمٍ وَلَا شَفِيعٍ يُطَاعُ

Berilah mereka peringatan dengan hari yang dekat (hari kiamat yaitu) ketika hati (menyesak) sampai di kerongkongan dengan menahan kesedihan. Orang-orang yang zalim tidak mempunyai teman setia seorangpun dan tidak (pula) mempunyai seorang pemberi syafa’at yang diterima syafa’atnya. (QS. Ghafir: 18)

Tiba-tiba, beliau jatuh tersungkur, pingsan. Akhirnya dia diangkat di tengah keramaian banyak orang dalam kondisi pingsan.

    Ya rabbi, jadikanlah kami hamba-Mu yang lunak hatinya, dan mencintai mereka yang lunak hatinya. Sumber

Kegiatan Penunjang Menghafal Al Qur'an


Sekolah Penghafal Al Qur'an  -   Menghafal Qur'an berbeda dengan menghafal buku atau kamus. Ia adalah kalamullah, yang akan mengangkat derajat mereka yang menghafalnya. Karena itu, anda perlu mengetahui hal-hal yang dapat membantu anda menjadi hafizh Al Qur'an 30 juz. Berikut penjelesan tentang sarana-sarana yang menunjang seseorang dapat serius dan mudah menghafal Al Qur'an:


1. Bergaul dengan orang yang sedang/sudah hafal Al Qur'an

Betapapun semangatnya anda menghafal Al Qur'an, suatu saat kondisi futur alias kelesuan ketika menghafal akan datang. Faktor-faktor penyebab futur, dapat hadir dari dalam atau dari luar diri. Faktor luar misalnya, berwujud problem kehidupan dengan segala macam perniknya. Problem ekstern ini sebenarnya tidaklah terlalu berat, karena jika problem itu bisa diatasi, selesai pula masalahnya.

Yang berat adalah problem itu bersumber dari dalam diri. Misalnya saat iman turun, anda akan mengalami kelesuan, dan menjadikan anda tidak tertarik lagi untuk menghafal Al Qur'an. Tak ada lagi kenikmatan bersama Al Qur'an, anda lebih nikmat bersama hiburan-hiburan yang disajikan oleh televisi, koran atau majalah.

Di sinilah fungsi dari bergaul dengan orang-orang yang sedang atau yang sudah hafal Al Qur'an, akan membantu anda konsisten dalam program menghafal Al Qur'an. Anda bertanya, mengapa dia mampu sementara saya tidak? Selain itu mereka juga berfungsi sebagai pemberi motivasi saat kelesuan menghafal datang menghampiri. Untuk itu, bergabung dalam suatu lembaga Al Qur'an sangat membantu anda, karena dapat bergaul dengan orang-orang yang seperjuangan dalam mempelajari kitab Allah ini.

2. Mendengarkan bacaan hafizh Al Qur'an

Mendengarkan bacaan yang sudah hafal Al Qur'an sangat berpengaruh pada anda untuk tetap bersemangat dalam menghafal Al Qur'an. Hal ini dapat anda lakukan dengan mendengarkan secara langsung ataupun melalui kaset rekaman seorang hafizh. Hal ini sangat bermanfaat bagi anda dalam mencapai sukses menjadi hafizh Al Qur'an.

Agar proses mendengarkan ini menghasilkan manfaat yang banyak, maka ada beberapa hal yang patut dicermati:

Perhatikan bacaan sang hafizh, sejauh mana ia menerapkan hukum-hukum tilawah dengan baik, ghunnah-ghunnahnya, panjang-pendeknya dan sebagainya.

perhatikan irama bacaan yang dikumandangkan, bagaimanapun masalah irama sangat berpengaruh untuk menghasilkan tilawah yang dapat menarik orang lain agar orang lain tertarik dengan Al Qur'an. Irama yang bagus yang dikumandangkan oleh seorang pembaca yang ikhlas dan taqwa kepada Allah SWT., akan mempunyai dampak yang sangat besar bagi para pendengarnya. Untuk itu tak kalah pentingnya untuk memperhatikan kemampuan anda. Kemampuan menguasai suatu irama dapat anda capai setelah anda mendengarnya berpuluh-puluh kali.

Perhatikan juga kekhusyu'an sang hafizh dalam membacakan ayat-ayat Allah, ketika merasakan sedih, usahakan anda merasakan kesedihan yang sama, karena hal ini akan membekas saat anda membaca ayat yang telah didengar tadi. Perhatian anda yang besar untuk melakukan hal ini sangat membantu tercapainya kesuksesan menghafal Al Qur'an.

3. Mengulang Hafalan Bersama Orang Lain

Dalam menghafalkan Al Qur'an, melakukan pengulangan dengan orang lain merupakan kebutuhan yang sangat pokok untuk mencapai kesuksesan. Teknis pelaksanaannya dapat diadakan perjanjian terlebih dahulu, waktu, tempat dan berapa juz yang akan dibaca secara bergantian. Agar tidak terjadi saling menunggu yang terlalu lama, maka pembacaan dapat dibatasi per halaman. Oleh karena itu sangat dianjurkan menggunakan jenis mushaf yang sama.

Dengan melakukan kegiatan ini secara teratur, hafalan Al Qur'an anda akan lebih cepat matang dan tertanam dalam otak. Selain itu, terdapat manfaat lain yang tidak anda dapatkan dari sarana-sarana pengulangan lain. Ketika anda tidak lancar dalam membaca hafalan, sementara teman anda lancar, anda akan segera mengetahui kualitas bacaan anda selama ini, atau bahkan terjadi sebaliknya anda akan lebih bersemangat lagi untuk melanjutkan program tahfizh yang anda lakukan.

Cara ini sesungguhnya cara yang paling disukai oleh para ulama zaman dahulu dalam menetapkan ilmu yang mereka peroleh dari guru mereka, bahkan tidak hanya Al Qur'an yang mereka terapkan dengan cara ini. Ilmu-ilmu seperti hadits pun menggunakan Muraja'ah dengan cara ini.

Untuk lebih suksesnya cara ini, carilah tempat yang agak sepi , hingga tidak ada gangguan yang dapat mempengaruhi keberlangsungan acara yang anda lakukan.

4. Musabaqah Hifzhul Qur'an

Mengikuti Musabaqoh (perlombaan) Hifzhul Qur'an akan sangat bermanfaat sekali bagi anda yang sedang menghafal Al Qur'an, karena dalam musabaqah, suasana pembacaan yang akan adan hadapi seperti suasana ujian yang sangat serius. Suasana ini perlu anda manfaatkan untuk mempersiapkan hafalan sebaik mungkin. Anda akan termotivasi untuk mengulang hafalan sebanyak-banyaknya.

Untuk itu sebelum anda mengikuti musabaqah, anda harus ingat bahwa musabaqah ini hanyalah sebuah sarana untuk menjadi hafizh Al Qur'an. Dalam mengikuti Musabaqah, hal lain yang sangat perlu anda ingat adalah; anda tidak boleh merasa takut kalah atau tidak meraih juara. Perasaan ini akan membuat anda rugi, karena anda tidak akan mendapatkan musabaqah ini sebagai kesempatan untuk menguatkan hafalan anda. Anda harus sadar dan yakin, bahwa berhasil atau tidak, sesungguhnya anda telah mendapatkan musabaqah tersebut berupa bertambahnya kualitas hafalan anda.

Untuk itu, jadilah orang yang selalu bersemangat dalam mengikuti musabaqah Al Qur'an. Mengingat besarnya manfaat musabaqah ini dalam proses menghafalkan Al Qur'an, maka sebagain negeri yang telah berhasil memasyarakatkan Al Qur'an  semacam Arab Saudi, sangat besar perhatiannya untuk dapat mengadakan kegiatan ini. Hampir di berbagai lembaga pendidikan, masyarakat dan begitu juga di pemerintahan, baik dalam skala nasional ataupun internasional aktivitas ini selalu diadakan.

5. Selalu Membacanya Dalam Shalat


Suatu hal yang perlu anda ingat, bahwa membaca Al Qur'an pada waktu shalat, suasananya lain dibandingkan dengan ketika anda membacanya di luar shalat. Ciri khas yang akan anda dapatkan ketika dalam shalat, suasananya lebih menuntut keseriusan dan konsentrasi penuh, terutama ketika anda menjadi imam suatu shalat berjama'ah. Oleh karena itu, bagi anda yang sedang menghafal Al Qur'an, kegiatan ini cukup besar manfaatnya dalam rangka mempercepat proses kuatnya sebuah hifzhul qur'an. Untuk itu, sebelum anda melakukannya, persiapkan dengan baik. Bacalah berulang-ulang sampai anda yakin betul bahwa anda siap membacanya dengan hanya mengandalkan ingatan anda. Khususnya ketika anda menjadi imam shalat, maka persiapannya harus lebih banyak, baik dari segi waktu atau jumlah pengulangannya.

Membaca hafalan dalam shalat, tidak berlebihan jika dikatakan merupakan tujuan hifzhul qur'an itu sendiri. Ungkapan ini dapat kita lihat dari shalat-shalat yang dilakukan oleh Rasulullah SAW., baik shalat wajib atau sunnahnya. Di antara nilai lebih yang dimilikinya adalah ayat-ayat yang dibaca tidak terbatas pada surat-surat yang terdapat pada juz 30 saja. Namun surat-surat lain pun juga selalu dibacanya. Sebuah riwayat menjelaskan, bahwa dalam suatu qiyamullail Rasulullah SAW., bersama Hudzaifah Ibnul Yaman membaca tiga surat yang terpanjang dalam Al Qur'an yaitu surat Al Baqarah, Ali Imran dan surat An Nisaa', dan masih banyak riwayat-riwayat yang lain yang semacam ini yang menjelaskan kualitas shalat Rasulullah SAW. Dan untuk meneladaninya tidak lain, anda harus menghafalkan Al Qur'an, dan saat ini pun, anda harus melatih diri untuk meneladaninya.

Untuk itu, janganlah takut salah ketika melakukannya, yakinkan pada diri anda bahwa anda sangat mampu untuk melakukannya. Dan perlu anda ingat bahwa tak ada seorang imam pun yang anda lihat dimana bacaannya bagus, sedikit salahnya, sangat indah didengar dan ditadaburkan, pasti sebelumnya mengalami kesalahan kelupaan, hanya karena sering dilakukan, maka terciptalah sebuah hafalan yang akrab dengan mulutnya, tanpa harus mencurahkan pikiran yang penuh konsentrasi, keluarlah ayat-ayat itu dengan lancar.

Sekali lagi perlu anda ingat, bahwa dengan sering membaca ayat-ayat yang telah anda hafal di dalam shalat, hafalan anda akan menjadi lebih kuat tertanam dalam ingatan anda. Seorang hafizh yang sudah lancar hafalannya di dalam shalat, insya Allah akan lancar membacanya di luar shalat. Sebaliknya seorang hafizh yang lancar bacaannya di luar shalat, belum tentu lancar di dalam shalat. Hal ini menunjukkan perlunya latihan yang terus menerus membaca hafalan pada waktu shalat.

Sumber: http://www.islamulia.com/

Menekan Faktor Penghambat Anak Menghafal Al-Qur’an

 
Sekolah Penghafal Al Qur'an  -  Menjadi penghafal Al-Qur’an memiliki keistimewaan dan kebanggaan tersendiri. Betapa tidak, Allah melimpahkan banyak kebaikan dan keutamaan kepada para penghafal Al-Qur’an. Ini mengingat, seorang penghafal Al-Qur’an menjadi sebuah sarana di dunia untuk menjaga kitab suci-Nya.

Allah berfirman, “Sesungguhnya Kami yang menurunkan Al-Quran dan Kamilah yang akan menjaganya” (Qs Al-Hijr 9).

Namun alangkah lebih baiknya jika Al-Qur’an dihafal sejak usia dini. Karena pada masa itu otak mereka masih bersih, sehingga bagai mengukir di atas batu. Al-Qur’an bisa membuat otak anak menjadi lebih cerdas. Selain itu, seorang anak yang menghafal Al-Qur’an bisa menjadi sarana bagi orangtua mendapatkan keutamaan dari Allah. Dan tentunya, orangtua, pendidik, dan pengajar memiliki peran besar dalam mendidik anak agar mau mencintai dan menghafal Al-Qur’an.

    …Selain menerapkan metode penghafalan Al-Qur’an, orangtua dan pendidik harus memahami faktor penghambat kecintaan anak terhadap Al-Qur’an…

Selain menerapkan metode penghafalan Al-Qur’an yang sesuai dengan anak-anak, para orangtua dan pendidik pun harus menyadari berbagai faktor penghambat kecintaan anak terhadap Al-Qur’an. Dalam bukunya Kaifa Nuhabbib Al-Qur’an li Abna`ina, DR. Sa’ad Riyadh menuliskan beberapa penghambat tersebut di antaranya:

1. Ketidaktahuan karakteristik pertumbuhan anak

Ketidaktahuan karakteristik pertumbuhan anak, sehingga guru atau orangtua memperlakukan anak didiknya tanpa mengetahui kondisi yang dihadapi anak. Jelas hal demikian akan memicu terjadinya kesalahan.

2. Miskin metode dan sarana pengajaran

Miskin metode dan sarana pengajaran, atau guru bersikukuh menerapkan metode pengajaran yang menyebabkan kebosanan dalam diri anak. Hal ini menyebabkan anak tidak konsisten dalam mencintai Al-Qur’an.

3. Polusi wawasan dan informasi

Polusi wawasan dan informasi yang ada di sekitar anak dapat menyibukkan hati dan daya ingat anak dengan hal-hal yang diyakininya sebagai suatu kemajuan dan modernitas. Misalnya adalah nyanyian-nyanyian dan tayangan-tayangan sinetron yang tidak mendidik. Semua hal tersebut dapat memalingkan anak dari mencintai dan menghafal Al-Qur’an.

    …Polusi wawasan dan informasi yang ada di sekitar anak dapat menyibukkan daya ingat, lalu memalingkan anak dari mencintai dan menghafal Al-Qur’an…

4. Pemahaman dan paradigma guru yang keliru
Pemahaman dan paradigma keliru yang terdapat pada diri guru. Misalnya guru melakukan pemaksaan dalam mengajar, atau memberlakukan pemaksaan dalam mengajar, atau menerapkan hukuman yang keras, atau mengusik harga diri anak ketika memberikan pengarahan dan perintah. Hal-hal tadi menyebabkan anak terhalang dari kecintaan kepada Al-Qur’an.

5. Sahabat yang buruk

Secara umum, sahabat yang buruk juga menjadi faktor penyebab kegagalan anak dan menjadi penyebab negatif hubungan anak dengan Al-Qur’an. Teman yang buruk juga menjadi penyebab utama yang meruntuhkan bangunan pendidikan yang sebelumnya telah dirintis oleh orang tua atau pendidik.

6. Tidak konsisten dalam memberikan perintah dan arahan.
Hal ini akan menyebabkan reaksi negatif pada diri anak serta berpengaruh terhadap hubungan cinta antara anak dan orangtua. Dan pada gilirannya akan menyebabkan hubungan yang tidak baik antara anak dan Al-Qur’an. Contoh dari inkonsistensi pendidikan adalah ketika sang ayah bertindak disiplin dalam mengajarkan Al-Qur’an, sementara si ibu terlalu memanjakan anak, atau sebaliknya. Atau bisa juga pada satu waktu orangtua atau pendidik intens memantau perkembangan anak, namun pada di waktu lainnya mereka sepertinya tidak memberikan perhatian kepada sang anak.

Demikianlah, semoga ke depannya kita bisa lebih mumpuni dalam mendidik anak untuk menghafal Al-Qur’an. Karena salah satu amanah yang harus ditunaikan orangtua adalah menjadikan anak-anak agar mencintai dan dekat dengan Al-Qur’an; memahami serta menghafalnya. Hal ini menjadi investasi besar yang ditanamkan para orangtua untuk kelak mendapatkan keutamaan serta pahala dari Allah SWT. Karena balasan Allah SWT di akhirat tidak hanya bagi para penghafal dan Al-Quran saja, namun cahayanya juga menyentuh kedua orang tuanya, dan ia dapat memberikan sebagian cahaya itu kepadanya dengan berkah Al-Qur’an.

Dari Buraidah dia berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Siapa yang membaca Al-Qur’an, mempelajarinya, dan mengamalkannya, maka dipakaikanlah mahkota dari cahaya pada Hari Kiamat, cahayanya seperti cahaya matahari, kedua orang tuanya dipakaikan dua jubah (kemuliaan), yang tidak pernah didapatkan di dunia. Keduanya bertanya, “Mengapa kami dipakaikan jubah ini?” dijawab: “Karena kalian berdua memerintahkan anak kalian untuk mempelajari Al-Qur’an” (Hadits riwayat Al-Hakim dan dia menilainya shahih berdasarkan syarat Muslim [1/568], dan disetujui oleh Adz-Dzahabi. Hadits ini juga diriwayatkan oleh Ahmad dalam Musnad-nya [21872] dan Ad-Darimi dalam Sunan-nya [3257]).

Kedua orangtua mendapatkan kemuliaan dari Allah, karena keduanya berjasa mengarahkan anaknya untuk menghafal dan mempelajari Al-Quran sejak kecil. Dan dalam hadits di atas juga terdapat dorongan bagi para ayah dan ibu untuk mengarahkan anak-anaknya menghafal Al-Qur’an sejak dini.

Sakinah Bersama Al-Qur’an

Sakinah Bersama Al-Qur’an

Sekolah Penghafal Al Qur'an  - KELAK di akhirat hanya ada dua tempat yaitu surga atau neraka dan tidak ada tempat ditengah-tengah keduanya. Maka hanya ada dua pilihan, selamat atau celaka.

Allah SWT yang maha mengetahui apa yang terbaik untuk kita. Mari kita melihat masa lalu kita, sesuatu yang kita anggap buruk di masa lalu justru membawa kebaikan untuk saat ini. Begitu pun dengan sesuatu yang kita anggap baik di masa lalu, justru berakibat buruk untuk saat ini. Tentu dari pengalaman tersebut kita dapat belajar dan apa yang difirmankan Allah terbukti benar.

… Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui. (QS. Al Baqarah:216)

Maka mengapa Al Qur’an menjadi petunjuk bagi orang-orang yang beriman. Berpaling dari Al Qur’an akan membuat hidup menjadi sempit.

Salah satu alasan mengapa kita harus dekat dengan Al Qur’an adalah untuk mendapatkan pertolongan di akhirat kelak. Cara kita untuk mendekat dengan Al Qur’an adalah dengan menghafalnya. Apabila kita tidak mau untuk menghafal AL Qur’an, bagaimana mungkin kita bisa mencintai Al Qur’an. Bila kita tidak bisa mencintai Al Qur’an, bagaimana Al Qur’an bisa menjadi penolong bagi kita.

Manusia akan hidup tenang, sakinah atau damai bersama Al Qur’an. Iman mengadung tiga unsur yaitu hati, perkataan, dan perbuatan. Bila seseorang mengaku cinta kepada Al Qur’an maka hatinya akan membenarkannya, lisannya akan mengatakannya dan perbuatannya merupakan wujud dari cintanya. Bersama Al Qur’an berarti hari-hari senantiasa dihiasi dengan Al Qur’an.

Bagaimana adab membaca Al Qur’an?

Adab ketika membaca Al Qur’an ialah ikhlas, tartil dengan tajwid, tadabur dan bersuci. Berkaitan dengan masalah ikhlas, iblis telah berjanji akan menyesatkan golongan manusia tanpa kecuali. Membaca dengan tartil yaitu sesuai dengan tajwid serta memenuhi hak-hak dan sifat-sifat huruf. Selanjutnya adalah berusaha untuk mentadaburi Al Qur’an, seseorang yang tidak dapat mentadaburi Al Qur’an, maka hatinya akan tertutup. Tentang keadaan bersuci, terjadi perbedaan pendapat ulama, namun lebih baik bila kita bisa membaca Al Qur’an dengan bersuci.

Kenapa harus menghafal Al Qur’an?

Allah memerintahkan kita untuk membaca (iqro’) seperti yang tertulis pada QS. Al Alaq ayat 1-5. Menghafal Al Qur’an merupakan awal dari jihad kita. Fadlilah tentang Al Qur’an sangatlah banyak, sebagian ada yang bisa dirasakan di dunia, dan ada pula yang hanya bisa dirasakan ketika di akhirat kelak.

Seperti apa pengalaman menghafal Al Qur’an?

Keinginan kita untuk menghafal Al Qur’an patut kita syukuri. Jika kita sudah memiliki keingan maka InsyaAllah akan ada jalan untuk menghafal. Seseorang mampu menghafal Al Qur’an bukanlah karena kemampuan otaknya semata, melainkan karena hidayah Allah SWT. Menghafal Al Qur’an itu menggunakan hati dan tentang keinginan serta tekat yang kuat.

Sekarang tanyakan kepada hati kita, Apakah kita senang membaca Al Qur’an? Jika Ya, maka keinginan kita untuk menghafal Al Qur’an InsyaAllah akan tercapai. Namun jiika tidak, maka keinginan untuk menghafal Al Qur’an hanyalah sebatas angan-angan kosong.

Beberapa pertanyaan:

Bisakah kita menghafal secara mandiri? Menghafal harus mempunyai guru (musyrif). Al Qur’an diajarkan secara talaqi dari lisan ke lisan. Sejak Al Qur’an disampaikan kepada Rasulullah, sahabat, tabiin dan tabiat hingga sampai kepada kita penyampaiannya secara talaqi. Telanjur menghafal dengan salah pengucapan akan menjadi sulit untuk dibetulkan.

Bagaimana pendapat Ustadz tentang menghafal dengan metode mendengarkan? Metode mendengar kurang direkomendasikan. Biasanya dengan mendengarkan, penghafal tidak terlalu berkosentrasi. Namun jika ingin mengikat kemampuan hafalan kita maka tidak apa-apa dengan metode mendengarkan. Terkadang saat kita mendengarkan bacaan Al Qur’an kita lebih fokus pada lagunya, padahal yang terbaik untuk didahulukan adalah cara bacanya.

Antara tahsin atau menghafal, mana yang harus didahulukan? Tahsin lebih utama. Menghafal itu harus bahasa Arab atau tidak? Bukan menjadi kendala walaupun kita tidak faham bahasa Arab. Penghafal yang tidak tahu bahasa Arab biasanyamenjadi lebih lengket hafalannya. Saat sudah mengerti bahasa Arab akan lebih bagus bagi dia.

Tilawahnya berapa jus per hari? Memasuki bulan Ramadhan sangat baik bila mempunyai tekat mengahafal atau membaca Al Qur’an. Setiap orang bisa mempunyai target masing-masing dalam membaca Al Qur’an. Kalau sudah menghafal mempunyai target murojaah. Kembali kepada target masing-masing. Lebih baik murojaah dulu dan menjaga yang sudah hafal.

Mengapa ada hafizh yang akhlaknya tidak mencerminkan akhlak terpuji, bukankah Allah telah menjaga pengafal Al Qur’an? Al Qur’an bisa menjadi pembela maupun laknat bagi manusia. Maka kita harus senantiasa berhati-hati dan selalu memohon perlindungan kepada Allah. Sebelum menghafal, jangan takut terhadap tanggungjawab penghafal Al Qur’an. Tentu apa yang kita miliki akan dimintai pertanggungjawabannya. Siapa yang tidak ingin menghadiahkan mahkota untuk orang tua nya di surga? Ayo semangat menghafal Al Qur’an. Sumber

Tangisan Orang-Orang Shalih


Tangisan Orang-Orang Shalih


Sekolah Penghafal Al Qur'an - Abdurrahman bin Auf radhiallahu ‘anhu
Diriwayatkan dari Sa’ad bin Ibrahim, dia berkata, “Pernah Abdurrahman bin Auf dihidangkan makan malam setelah siangnya dia berpuasa. Ketika itu, dia sedang membaca firman Allah
إِنَّ لَدَيْنَآ أَنكَالاً وَجَحِيمًا {12} وَطَعَامًا ذَا غُصَّةٍ وَعَذَابًا أَلِيمًا {13} 

“Sesungguhnya di sisi Kami ada belenggu-belenggu yang berat dan neraka yang menyala-nyala, dan makanan yang menyumbat di kerongkongan dan adzab yang pedih.” (QS. Al-Muzammil: 12-13).
Setelah membaca ayat tersebut beliau terus-menerus menangis hingga makan malamnya pun dibereskan (at-Takhwif min An-Nar, Hal: 122). Dia tak tahan membayangkan demikian dahsyatnya siksa neraka dan dia benar-benar takut akan mengalami hal demikian kalau seandainya Allah memasukkannya ke dalam neraka. Padahal kita telah ketahui, Abdurrahman bin Auf adalah termasuk dari sepuluh orang sahabat Nabi yang Nabi janjikan termasuk penghuni surga.

Tafsir ayat:
Ibnu Katsir mengatakan, إِنَّ لَدَيْنَآ أَنكَالاً maksudnya adalah belenggu-belenggu, dan kalimat وَجَحِيمًا maksudnya adalah api yang bergejolak.

Ibnu Abbas menafsirkan kalimat وَطَعَامًا ذَا غُصَّةٍ maksudnya adalah makanan yang menyangkut di tenggorokan, sehingga tidak dapat masuk dan keluar. -Semoga Allah melindungi kita semua dari hal ini-.
Syaikh as-Sa’di dalam menafsirkan ayat إِنَّ لَدَيْنَآ أَنكَالاً, beliau mengatakan maksudnya adalah siksaan yang pedih, yang Allah jadikan belenggu bagi orang yang selalu melakukan perbuatan-perbuatan yang membuat Allah Subhanahu wa Ta’ala murka. Kalimat وَجَحِيمًا artinya neraka Hamiyah. Sedangkan firman-Nya وَطَعَامًا ذَا غُصَّةٍ maknanya adalah makanan tersebut menyangkut di tenggorokan karena pahit, busuk, dan aromanya yang tidak enak.
Demikianlah apa yang dirasakan oleh Abdurrahman bin Auf saat membaca ayat tersebut. Dia adalah seorang yang sahabat senior yang memahami Alquran, dan memiliki keyakinan yang sangat mendalam tentang kebenaran berita Alquran. Keyakinan dan rasa takut neraka benar-benar beliau hadirkan dalam perasaannya, sehingga membuatnya tidak sanggup untuk menikmati hidangan malam itu walaupun berpuasa pada siang harinya.
Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu
Diriwayatkan dari Sulaiman bin Muslim bin Jammaz, “Aku mendengar Abu Ja’far bercerita kepada kami tentang Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu, ketika beliau membaca ayat,
إِذَا الشَّمْسُ كُوِّرَتْ 

“Apabila matahari digulung.” (QS. At-Takwir: 1)

Hati beliau sangat tersayat-sayat ketika membaca atau mendengar ayat tersebut, hingga beliau sampai larut dalam tangisan yang mendalam.” (Siyaru A’lam an-Nubala, Jilid 2, Hal: 628-629).

Ayat ini adalah bagian dari surat At-Takwir yang Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda tentang surat tersebut,

“Barangsiapa yang ingin melihat (keadaan) hari kiamat seolah-olah dia melihat (langsung dengan) matanya maka hendaknya dia membaca (surat) at-Takwir, al-Infithar dan al-Insyiqaq” (HR at-Tirmidzi 5:433, Ahmad 2:27, dan al-Hakim 4:620)

Dan itulah kesan yang ditangkap Abu Hurairah ketika mendengar atau membaca surat tersebut.
Tamim ad-Dari radhiallahu ‘anhu
Diriwayatkan dari Masruq radhiallahu ‘anhu, dia berkata, “Seorang laki-laki dari Mekah berkata kepadaku, ‘Ini adalah makam saudaramu, maksudnya makam Tamim ad-Dari. Di suatu malam aku pernah melihat Tamim sedang membaca Alquran dengan rukuk, sujud, dan menangis hingga menjelang datangnya subuh. Dia membaca ayat,

أَمْ حَسِبَ الَّذِينَ اجْتَرَحُوا السَّيِّئَاتِ أَن نَّجْعَلَهُمْ كَالَّذِينَ ءَامَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ سَوَآءً مَّحْيَاهُمْ وَمَمَاتُهُمْ سَآءَ مَايَحْكُمُونَ 

“Apakah orang-orang yang membuat kejahatan itu menyangka bahwa Kami akan menjadikan mereka seperti orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh, yaitu sama antara kehidupan dan kematian mereka? Amat buruklah apa yang mereka sangka itu.” (QS. Al-Jatsiyah: 21)
Atsar ini diriwayatkan oleh Ibnul Mubarak dalam kitab az-Zuhd: I: Hal: 164.

An-Najasyi
Namanya adalah Ash-Hamah, Raja Habasyah. Inilah kesan pertamanya ketika mendengar ayat Alquran dilantunkan. Kisah ini bermula pada saat para sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam hijrah ke Habasyah.

Diriwayatkan dari Ummu Salamah, beliau berkisah:

Ketika kami tiba di tanah Habasyah, an-Najasyi melindungi kami dengan perlindungan yang sangat baik. Kami merasa aman menjalankan agama, dan kami beribadah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan tenang. Kami tidak pernah mendengar sesuatu yang membuat kami sedih.

Suatu hari Raja Habasyah hendak berdialog dengan kaum muslimin. Ummu Salamah melanjutkan, orang yang berbicara kepada raja adalah Ja’far bin Abu Thalib, ‘Wahai Raja, dulu kami kaum jahiliyyah, menyembah berhala, memakan bangkai, melakukan perzinahan, memutus silaturahim, buruk dalam bertetangga, dan yang kuat memakan yang lemah. Kami tetap dalam kondisi seperti itu hingga Allah mengutus seorang rasul dari golongan kami kepada kami’.

Lalu Najasyi berkata kepada Ja’far bin Abu Thalib, “Apakah kamu membawa ajaran yang dibawanya dari Allah Subhanahu wa Ta’ala?” Ia berkata, ‘Ya’. Najasyi berkata, “Bacakan untukku.” Lalu Ja’far membacakan ayat, “Kaaf Haa Yaa ‘Ain Shaad (surat Maryam).”
Ummu Salamah berkata, “Demi Allah, Najasyi menangis hingga membasahi jenggotnya dan para uskupnya pun ikut menangis, hingga air mata mereka menetes di kitab-kitab mereka ketika mendengar ayat yang dibacakan Ja’far. Kemudian Najasyi berkata, “Demi Allah, sesungguhnya ini sama dengan yang dibawa Musa, yang benar-benar keluar dari sumber yang sama. Pergilah, aku tidak akan menyerahkan kalian kepada mereka (kafir Quraisy) selama-lamanya (al-Majma’ jilid VI, Hal: 27).
Berikut ini firman Allah yang diturunkan berkaitan dengan kisah an-Najasyi ini
وَإِذَا سَمِعُوا مَآأُنزِلَ إِلَى الرَّسُولِ تَرَى أَعْيُنَهُمْ تَفِيضُ مِنَ الدَّمْعِ مِمَّا عَرِفُوا مِنَ الْحَقِّ يَقُولُونَ رَبَّنَآءَامَنَّا فَاكْتُبْنَا مَعَ الشَّاهِدِينَ
Dan apabila mereka mendengarkan apa yang diturunkan kepada Rasul (Muhammad), kamu lihat mata mereka mencucurkan air mata disebabkan kebenaran (Alquran) yang telah mereka ketahui (dari kitab-kitab mereka sendiri); seraya berkata: “Ya Tuhan kami, kami telah beriman, maka catatlah kami bersama orang-orang yang menjadi saksi (atas kebenaran Alquran dan kenabian Muhammad). (QS. Al-Maidah: 83)
Inilah kesan pertama an-Najasyi saat pertama kali mendengarkan ayat Alquran.
Mari kita sama-sama koreksi diri kita, sejauh mana kedudukan Alquran di hati kita?
Mari kita bersama perhitungkan diri kita yang mengatakan ingin menjadi penghuni surga, bagaimana keadaan kita dibandingkan calon penghuni surga seperti Abdurrahman bin Auf? Apakah kita mulai meniti ke arah sana ataukah malah menjauh dari sifat-sifat penghuni surga tersebut?
Semoga Allah memberi taufik kepada kita mengamalkan apa yang Dia cintai dan Dia ridhai. Allahumma amin.. Sumber

Husnul Khatimahnya Seorang Pembaca Alquran

Husnul Khatimahnya Seorang Pembaca Alquran

Sekolah Penghafal Al Qur'an - Ada seorang yang shalih membiasakan diri membaca Alquran al-Karim sebanyak sepeuluh juz setiap hari. Pada suatu hari dia sedang membaca surat Yasin. Sehingga, ketika dia sampai pada ayat:

“Sesungguhnya aku kalau begitu pasti berada dalam kesesatan yang nyata.” (QS. Yasin: 24)

Maka, ruhnya melayang ke langit. Sahabat-sahabatnya yang ada di sekitarnya pun heran dan berkata, “Laki-laki ini adalah orang shalih, bagaimana mungkin hidupnya diakhiri dengan ayat ini:

“Sesungguhnya aku kalau begitu pasti berada dalam kesesatan yang nyata.” (QS. Yasin: 24)

Setelah dia dimakamkan, seseorang yang shalih lainnya memimpikannya di dalam tidur. Dia berkata kepadanya, “Wahai Fulan! Hidupmu diakhiri dengan ayat:

“Sesungguhnya aku kalau begitu pasti berada dalam kesesatan yang nyata.” (QS. Yasin: 24)

Bagaimana kondisimu sekarang di sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala?” Lantas dia menjawab, “Ketika kalian telah menguburkanku dan meninggalkanku, datanglah dua malaikat. Keduanya bertanya kepadaku dengan mengatakan, ‘Siapa Rabbmu?’ Lantas saya menyempurnakan bacaan surat tersebut. Saya pun menjawab:

“Sesungguhnya aku telah beriman kepada Tuhanmu; maka dengarkanlah (pengakuan keimanan) ku.” (QS. Yasin: 25)

Dikatakan:

“Masuklah ke surga.”

Dia berkata:

“Alangkah baiknya sekiranya kaumku mengetahui. Apa yang menyebabkan Tuhanku memberi ampun kepadaku dan menjadikan aku termasuk orang-orang yang dimuliakan“. (QS. Yasin: 26-27). Sumber