Adab-adab dalam Membaca Al-Quran

Adab-adab dalam Membaca Al-QuranSekolah Penghafal Al Quran - Al-Quran merupakan kitab suci yang menjadi pedoman hidup bagi semua ummat muslim di dunia. Keistimewaan Al-Quran bagi ummat muslim tidak hanya sebatas pedoman hidup, namun Al-Quran merupakan anugerah yang diberikan oleh Allah SWT sebagai mu’jizat terbesar Nabi Muhammad SAW. Begitu banyak hikmah dan manfaat bagi orang-orang yang membiasakan hidupnya senantiasa berinteraksi dengan Al-Quran. Salah satu keutamaan berinteraksi dengan Al-Quran yaitu menghadirkan ketenangan jiwa dalam hati-hati orang yang mengamalkannya. Sesuai dengan sabda Rasulullah SAW :

تِلْكَ السَّكِينَةُ تَنَزَّلَتْ بِالْقُرْآنِ

“Ia adalah ketenangan yang turun karena al Quran” (HR Bukhari: 4839, Muslim: 795)

Untuk merasakan kenikmatan dalam berinteraksi dengan Al-Quran, dibutuhkan ilmu dalam mengamalkannya. Teringat akan perkataan salafus shalih Mu’adz bin Jabal radhiyallaahu ‘anhu “Imu adalah pemimpin amal dan amal adalah pengikut ilmu”. Berinteraksi dengan Al-Quranpun dibutuhkan ilmu agar mendapatkan keridhoan Allah SWT. Ilmu yang diaplikasikan dalam beribadah disebut dengan adab. Adab dalam beribadah merupakan bentuk penghormatan kita terhadap ibadah yang akan kita jalani. Amalan yang dilakukan dengan adab yang salah dapat menghantarkan kita pada murkanya Allah SWT. Bukankan tujuan dari beribadah itu sendiri untuk mendapatkan keridhoan Allah SWT? Oleh karena itu, setiap ummat muslim wajib menuntut ilmu untuk menyempurnakan amal ibadahnya. Dan untuk menggapai keridhoan Allah SWT lewat berinteraksi dengan Al-Quran, berikut beberapa adab dalam membaca Al-Quran :

1. Membaca Al-Quran dalam keadaan suci

2. Menghadap kiblat

3. Meminta perlindungan kepada Allah dari gangguan setan yang terkutuk.

Allah SWT berfirman :

فَإِذَا قَرَأْتَ الْقُرْآَنَ فَاسْتَعِذْ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ

“Apabila kamu membaca Al-Quran hendaklah kamu meminta perlindungan kepada Allah dari setan yang terkutuk” (Q.S. An-Nahl : 98)

4. Membaca Basmallah pada setiap permulaan surah selain surah Bara’ah (At-Taubah)

Sebagaimana diriwayatkan dari Rasulullah SAW : Rasulullah mengetahui akhir surah dengan awal surah setelahnya melalui basmallah, kecuali pada satu tempat; yaitu surah Bara’ah (At-Taubah)

5. Membaca Al-Quran dengan tartil (secara perlahan-lahan dengan memerhatikan hukum tajwidnya)

Allah SWT berfirman :

وَرَتِّلِ الْقُرْآنَ تَرْتِيلا

“Dan bacalah Al-Quran dengan tartil” (Q.S. Al-Muzammil : 4)

6. Berhenti untuk berdo’a ketika membaca ayat tentang rahmat dan azab.

Dari Huzaifah radhiyallahu ‘anhu. Ia berkata : Pada suatu malam aku shalat bersama Nabi Muhammad SAW, beliau membaca surah Al-Baqarah kemudian Annisaa’ kemudian Ali ‘Imran. Beliau membaca perlahan-lahan, apabila sampai pada ayat tasbih beliau bertasbih, dan apabila sampai pada ayat permohonan beliau memohon, dan apabila sampai pada ayat ta’awudz (mohon perlindungan) beliau memohon perlindungan. (H.R. Muslim)

7. Sujud tilawah apabila bertemu ayat sajdah

Disahkan dari Umar radhiyallahu ‘anhu. Bahwa Ia membaca surat An Nahl di atas mimbar pada hari Jum’at sampai ketika membaca ayat sajdah beliau turun dan sujud, begitu juga orang-orang yang lain ikut sujud bersama beliau. Dan ketika datang Jum’at berikutnya Ia membaca surat tersebut dan ketika sampai pada ayat sajdah Ia berkata: “Wahai sekalian manusia, sesungguhnya kita melalui ayat sajdah barang siapa yang sujud maka ia telah mendapat pahala, dan barang siapa yang tidak sujud, maka tiada dosa baginya” (H.R. Bukhari)

8. Menghindari tawa, canda dan berbicara saat membaca Al-Quran

Allah berfirman :

وَإِذَا قُرِئَ الْقُرْآنُ فَاسْتَمِعُوا لَهُ وَأَنْصِتُوا لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ

“Dan apabila dibacakan Al-Quran , maka dengarkanlah baik-baik dan perhatikanlah dengan tenang agar kami mendapat rahmat (Q.S. Al-‘Araf : 204)

9. Menghentikan bacaan ketika mengatuk

Dari Abu HurairahRadhiyallahu Anhu dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Apabila seorang dari kalian shalat malam, lalu bacaan Al-Qur’annya menjadi tidak jelas, lalu ia tidak paham apa yang ia baca, hendaklah ia pergi tidur, agar Al-Qur’an tidak sampai bercampur dengan yang lain, atau ayat-Nya tertukar, maju mundur, atau mungkin menyebut huruf yang bukan dari Al-Qur’an dan sejenisnya yang sering dilakukan oleh orang yang mengantuk. Karena itu, jika rasa itu mulai menyerang, hendaklah ia segera pergi dan tidur ( H.R. Imam Ahmad, Muslim dan lainnya).

10. Bersabar bagi orang yang kesulitan dalam membaca Al-Qur’an.

Rasulullah SAW bersabda:

الْمَاهِرُ بِالْقُرْآنِ مَعَ السَّفَرَةِ الْكِرَامِ الْبَرَرَةِ وَالَّذِى يَقْرَأُ الْقُرْآنَ وَيَتَتَعْتَعُ فِيهِ وَهُوَ عَلَيْهِ شَاقٌّ لَهُ أَجْرَانِ

Seorang yang lancar membaca Al Quran akan bersama para malaikat yang mulia dan senantiasa selalu taat kepada Allah, adapun yang membaca Al Quran dan terbata-bata di dalamnya dan sulit atasnya bacaan tersebut maka baginya dua pahala” (HR. Muslim).

11. Mentadabburi (menghayati) apa yang sedang dibaca.

Allah berfirman :

كِتَابٌ أَنْزَلْنَاهُ إِلَيْكَ مُبَارَكٌ لِيَدَّبَّرُوا آيَاتِهِ وَلِيَتَذَكَّرَ أُولُو الْأَلْبَابِ

“Ini adalah sebuah Kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka memperhatikan ayat-ayat-Nya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai fikiran” (Q.S. Shaad: 29)

Tiga Langkah Menuju Sukses Berdasarkan Al Qur’an

Tiga Langkah Menuju Sukses Berdasarkan Al Qur’an
Tiga Langkah Menuju Sukses Berdasarkan Al Qur’an
Sekolah Penghafal Al Quran - Allah SWT menurunkan Al Qur’an adalah sebagai petunjuk umat manusia untuk mencapai kehidupan yang lebih baik, baik didunia maupun di Akherat kelak. Dalam istilah kita sekarang bahwasanya Al Qur’an adalah Tutorial bagaimana manusia itu bisa menjalani hidup didunia dengan sebaik baiknya dan mendambakan akherat dengan amal perbuatan yang telah diperbuat didunia dan pada akhirnya akan dipertanggungjawabkan diakherat nantinya.

Kita sebagai umat Islam dimana pengetahuan adalah pondasi dasar dalam mencapai sebuah kesuksesan. Hidup tanpa ilmu adalah suatu kebutaan. Tiga langkah penting sebagai umat Islam sebagai suatu pedoman dalam mencapai kehidupan lebih baik dengan segala kesuksesan yang kita raih. Tiga Hal yang merupakan ciri cirri seseorang yang sukses, tiga hal tersebut menjadikan prinsip dasar dalam menjalani kehidupannya dan itu sudah dibuktikan Nabi Muhammad SAW didalam kehidupannya. Tiga Hal tersebut antaralain :

1. Iqra (Bacalah)

2. Al Ashr ( Demi Masa)

3. Silaturakhmi

· IQRA (Bacalah)

Allah SWT menurunkan Al-Qur’an pertama kali di Gua Hira dengan perantaraan malaikat jibril, dimana saat itu Nabi Muhammad SAW belum bisa membaca dan menulis. Namun Surat yang pertama kali saat itu adalah dengan perintah Membaca, Saat itu malaikat Jibril dalam menyampaikan wahyu pertama tersebut mengulang ulang kalimat Iqra hingga tiga kali . Batapa pentingnya membaca sebagai suatu pengetahuan. Pada saat itu Nabi Muhamaad belum bisa membaca dan menulis. Dimana Saat itu pada masa jahilliah belum ada Sekolah sekolah baik itu TK,SD,MI,SMU bahkan perguruan tinggi. Dengan turunya AlQur’an dimana saat itu ilmu diturunkan oleh Allah SWT kepada Nabi Muhamad SAW. Sering kita membaca Al Qur’an namun kita juga sering melupakan akan maknanya. Padahal kita tahu bahwasanya Al Qur’an sekarang memiliki terjemahan oleh karena bahasa yang berbeda sehingga mampu memahami arti yang terkandung didalamnya bukan hanya sekedar bunyi bunyian belaka. Pemahaman dan pemaknaan merupakan suatu hal yang sangat penting dalam mempelajari isi Al Qur’an. Dengan Jelas dan Gamblang pada Al Qur’an menerangkan perintah membaca sebagai dasar pengetahuan pada Surat Al-Alaq ayat 1 yang berbunyi

Begitupula pada ayat yang ketiga, Allah SWT mengulang kembali dengan perintah membaca

Dengan kita gemar membaca tentunya kita akan diberi petunjuk dari apa-apa yang kita baca, Seseorang yang rajin membaca saya yakin dia juga rajin menulis artinya dengan pengetahuan membacanya dia dapat melakukan inspirasi dan pengembangan pengembangan nalarnya atas apa yang dibacanya. Dalam Kajian ini bukan hanya Al Qur’an saja Allah SWT memerintahkan untuk membaca. Banyak pelajaran pelajaran sekolah buku buku bacaan yang perlu kita pelajari sebagai pengetahuan. Coba kita lihat disekeliling kita atau kita melihat kesuksesan dari seorang tokoh baik di Indonesia maupun dunia baik itu politisi, sastrawan, wartawan dll pada dasarnya mereka adalah orang orang yang gemar membaca. Ada sebagian orang dengan kedangkalan fikirannya menganggap pekerjaan membaca hanyalah kesiasiaan belaka. Coba kita buka lagi tentang perintah Allah SWT tentang perintah membaca hal tersebut disebutkan pada ayat yang ke empat dari QS Al Alaq.

Dengan membaca kita semakin dibukakan wawasan pengetahuan serta perkembangan perkembangan yang terjadi disekeliling kita maupun dunia. Dengan adanya perkembangan didunia informatika dimana internet menjadi suatu kebutuhan pokok dalam memberikan informasi baik lowongan pekerjaan, Politik, sastra,maupun pendidikan. Hal tersebut sangat mempengarhui pengetahuan seseorang dimana kita memanfaatkan media internet sebagai Informasi, maupun sebagai media pendidikan kita. Banyak sekali situs situs yang memberikan informasi tersebut. Dimana media informasi sangat menentukan kesuksesan seseorang tinggal bagaimana orang tersebut mampu memanfaatkan media baik media sosial maupun media pelayanan pendidikan dll untuk hal hal yang lebih baik.

Suatu Contoh kecil saja, Hal ini pernah dialami oleh saya sendiri dimana saat itu saya baru lulus kuliah pada tahun 2009. Tentunya orang yang baru lulus kuliah (Fresh Graduade) hal yang membebani buat para lulusan tentunya adalah saya mau kerja dimana setelah saya lulus nanti ? Dengan adanya perkembangan internet dimana kita semakin dimudahkan oleh layanan layanan yang memberikan informasi informasi pekerjaan. Katakanlah dlm 2 jam kita duduk di depan internet kita sudah bisa mengirimkan lowongan diberbagai perusahaan, atau dengan sarana sosial media dimana kita memanfaatkan jaringan sosial kita untuk mengetahui informasi informasi terutama menyangkut dengan pekerjaan sesuai dengan profesionalisme bidang yang kita kuasai. Lain halnya dengan pengalaman pengalaman para orang tua kita dulu dimana setiap perusahaan harus kita masuki satu-persatu. Sekarang dunia sudah berubah dengan cepat dimana teknologi sangat membantu kesuksesan seseorang, tinggal bagaimana kita memanfaatkan informasi serta waktu kita. Misalkan biaya internet dalam 1 Jam Rp.2000,00 berapa banyak perusahaan yang sudah kita kirimi cv (Curiculum Vitae) ?berapa banyak Lamaran kita kirimkan ke perusahaan perusahaan yang membutuhkan tenaga tenaga kerja ?katakanlah kita hanya mengirimkan 10 kali saja atau 20 yang saya amati dari www.Jobstreet.com atau www.jobdb.com bayangkan saja 20 adakah angka peluang serta kesempatan untuk bisa diterima ? Sangat besar peluang dan kesempatan kita untuk melakukan hal tersebut.sendiri hamper 100 perusahaan membutuhkan tenaga ahli dalam setiap bulannya bayangkan saja ? Masihkah kita membiarkan dalam kebodohan kita bagaimana kita tahu sebuah informasi tanpa kita terlebihnya membaca? Diberitakan bahwa kurangnya kesempatan kerja ??? atau kita yang malas untuk melakukan suatu usaha. masihkah kita bertanya akan hal tersebut atau kita yang tidak tahu informasi dan seolah olah menjadi makhluk yang lemah dengan berpasrah. Yuck Membaca ….!!!

· Waktu (Walasry)

Pemanfaatan waktu sangatlah penting dalam kehidupan sehari Semua manusia berada dalam keadaan merugi apabila dia tidak mengisi waktunya dengan perbuatan-perbuatan baik. hari didalam Al Qur’an Allah berfirman :

Allah SWT sendiri telah memperingatkan kepada hamba hambanya untuk memanfaatkan waktunya dengan sebaik baiknya agar kita tidak termasuk didalam golongan orang orang yang merugi. Apakah dengan peringatan yang Allah SWT Firmankan kepada kita tidak cukup.?Apakah kita sudah benar-benar mengimani atas segala firman-firman Allah dengan melaksanakan apa apa yang sudah diperitahkan kepada kita yang tersebut tersirat di dalam Al Qur’an yaitu didalam Q.S Al Ashr ayat 1 sampai dengan 3 tersebut. Surat Alashr ini bacaannya sangat pendek dan mungkin setiap kita sholat menjadi suatu bacaan yang benar benar favorit. Namun apakah kita mengetahui dengan benar tentang kandungan surat tersebut ataukah hanya sekedar bunyi-bunyian belaka tanpa mengetahui maksud dari kandungan surat tersebut. Maha Suci Allah dengan segala Firmannya. Yuck kita maknai secara benar atas kandungan ayat tersebut dan mari kita koreksi atas pemanfaatan waktu yang kita miliki dalam kehidupan kita sehari-hari dalam menjalani sisa umur kita didunia.

Saya contohkan hal kecil yang sering terjadi didalam kehidupan kita dalam urusan dunia. Kita seringkali mengabaikan waktu kita, kita seringkali hanya menghabiskan waktu kita didepan Komputer seharian dengan mengupdate status facebook atau kita chating mencari cewek, godain cewek atau kita gunakan dengan hal yang mudhorot yaitu dengan mengkritik orang namun tanpa solusi yang jelas sehingga berakibat su’udzon, atau kita terkadang hanya sekedar membuka situs situs Bockep, membaca bacaan porno download film. Berapa waktu kita yang sudah terbuang percuma didepan computer tanpa faedah berapa sisa umur kita kita gunakan secara sia-sia ? Kenapa kita tidak gunakan waktu kita selama didepan komputer dengan hal hal yang baik tanpa ada kemudhorotan ? Saya hanya ingin mengajak kepada kawan-kawan pembaca yang budiman agar dalam memanfaatkan teknologi ini dengan baik. Terutama mengenai waktu yang kita gunankan ? tentunya tidak over internet sehingga mengabaikan waktu dlm beribadah kepada Allah SWT. Dalam memanfaatkan teknologi internet dalam hal urusan keduniawian saya contohkan beberapa hal antara lain :

1. Melakukan usaha marketing produk-produk kita.
Bahwa Penggunaan internet menjadi media marketing. Berkenaan dengan tool yang sering kita gunakan adalah Facebook, Twitter, Blogspot, Yahoogroup, yahoo massager ataupun media media sosial lainnya.

Dalam usaha usaha marketing ini bisa kita lakukan dengan memasarkan produk produk orang lain atau mejadi reseller ataupun dengan memasarkan product sendiri.

Saya contohkan beberapa usaha yang mampu meghasilkan keuntungan yang lumayan tanpa biaya yang besar yaitu hanya dengan memiliki member atau dengan cara menjadi resseler suatu Produk.

Beberapa bisnis yang pernah saya ikuti dan saya jalankan sampai hari ini dan memang saya aku kebenaran dari bisnis ini antaralain :

· Menjalankan bisnis tiket pesawat terbang ataupun keretaapi, Dengan hanya bermodalkan Rp.150.000 kita sudah mampu menjadi agen tiket pesawat terbang adapun pengembangannya hanya dengan memanfaatkan media sosial seperti facebook maupun Twitter. Untuk membuka layanan tersebut saudara bisa buka di blog saya, dimana saya menjadi member dalam usaha tiket pesawat, tiket kereta, reservasi Hotel, Bisnis pulsa. Bisnis tersebut bisa dipercaya dan saya sudah membuktikannya. Silahkan buka di www.surveybisnisonlineterpercaya.bogspot.com

· Bisnis Pulsa. Bisnis pulsa ini sangat menguntungkan namun terkadang orang lebih menganggap hal yang sepele, mungkin karena uang recehan yang didapat dari hasil keuntungannya. Namun kita terkadang lupa dengan ayat yang tersebut diatas jelaskan. Semisal saya contohkan dengan kalimat” daripada kita berlama lama didepan laptop hanya melakukan chat, membicarakan orang lain atau kita hanya sekedar mengkritik saja apakah hal tersebut yang kita lakukan hanya mengandung dosa saja. Bangaiman jika kita gunakan waktu kita untuk mengembangkan bisnis ini atau dengan mengembangkan bisnis bisnis yang lain. Semua hal jika kita ingin meraih sebuah kesuksesan kita membutuhkan usaha keras dan ketelatenan. Lumayankan jika kita manfaatkan waktu kita dengan bekerja bukan hanya sekedar membuang waktu saja.

· Resseler signup pada situs situs yang membuka peluang usaha seperti amazon, tokobagus dll atau dengan melakukan link pada situs situs tersebut dengan menggunakan blogspot atau wordpress.

· Menjual produk-produk sendiri dimana kita menawarkan produk produk kita dengan menggunakan facebook,Twitter ataupun Blog yaitu dengan melakukan pemotretan product seperti kaos, jajanan rumahan, barang barang elektronik dan masih banyak product-product yang bisa kita tawarkan didunia maya ini, yang kemudian diuplod pada media media sosial yang kita gunakan.

2. Mencari Pekerjaan

Sesuai dengan perkembangan jaman dimana dalam usaha mencari pekerjaan tidaklah sesulit waktu waktu yang lalu saya ambil contoh saat saat tahun 78an dimana ketika kita mau memasukan lamaran pekerjaan kita harus menenteng ijazah dan mengantarnya keperusahaan yang kita tuju. Belum lagi dengan jadwal test wawancara test kesehatan dll yang pada saat itu masih berkembang surat kabar dan itupun untuk media lowongan pekerjaan tidak terbit setiap hari atau hanya ada pada hari sabtu seperti pada kolom kolom lowongan pekerjaan pada kompas. Seiring dengan perkembangan jaman banyak sekali situs situs yang menginformasikan prihal lowongan pekerjaan dari berbagai bidang. Saya contohkan pada www.jobstreet.com,www.jobdb.com,www.petromindo.com dll. Pernah saya membuka pada www.jobstreet.com dimana lowongan pekerjaan bisa mencapai 100 lowongan tentunya pada bidang yang saya geluti. Jadi kalau kita hanya beralasan tidak ada kesempatan, saya rasa sesuatu yang tidak beralasan. Pertanyaannya tidak ada kesempatan atau kita yang hanya sekedar beralasan dan bermalas malasan?

Dalam kehidupan kita “ Musuh yang paling berat adalah melawan rasa malas dan kemalasan lebih cenderung pada kebodohan”.

3. Menulis

Menulis adalah suatu pekerjaan yang sangat jarang dilakukan dimana teknologi semakin berkembang,menulispun bukan menjadi suatu budaya ataupun kebiasaan. Hal ini tidak hanya dirasakan oleh saya sendiri namun hampir dirasakan oleh para pelajar di Indonesia mungkin juga di dunia.

Sering kita membaca namun juga kita malas untuk menuliskan kembali apa yang sudah kita baca. Padahal dengan metode ini kita akan dibiasakan dengan mengembangkan daya ingat serta mengasah kemampuan daya ingat (Secara kesehatan). Bedasarkan penelitian oleh banyak ahli orang yang gemar membaca tidak mudah terkena penyakit lupa atau kepikunan.

Dengan mengembangkan budaya menulis baik dimedia online maupun offline merupakan sarana berbagi baik itu pengalaman, ataupun sebagai upaya share tentang ilmu pengetahuan dll. Orang yang gemar membaca saya yakin memiliki wawasan yang luas namun jika kita tidak dikombinasikan dengan menulis yang pada ayat diatas disebutkan dengan perantaraaan qalam. kitapun akan gampang lupa dan juga tidak memberikan maanfaat kepada yang lainnya. Lainhalnya jika kita melakukan penulisan dari apa yang sudah kit abaca dan kita simpulkan itu jauh lebih bermanfaat dan kita juga bisa melakukan share dengan orang orang ayang ada disekitar kita dengan memanfaatkan blog itulah sebagai salah satunya media untuk mengembangkan bakat menulis kita semoga itu semua bermanfaat. Adapun jika kita dalam setiap penulisan untuk mendapatkan uang dari setiap yang membaca ataupun merefrensikan kepada yang lain. Banyak juga situs situs yang memberikan layanan tersebut seperti www.shovoong.com masih banyak situs situs lainnya bisa saudara search di www.google.com

Dari contoh diatas bisa kita simpulkan bahwa dengan memanfaatkan waktu dimana kita tidak terpaku pada satu dengan mengabaikan hal yang lain semisal kita melakukan facebook yang aktivitasnya hanya menyita waktu dengan chating saja namun juga bisa kita gunakan waktu kita untuk melakukan usaha bisnis yang bisa menghasilkan suatu keuntungan. Dengan membatasi diri 2 jam dalam sehari dari ketiga usaha yang saya contohkan sebagai suatu implementasi atau ikhtiar dalam hal keduniawian namun dari sisa 24 jam ini bisa juga kita gunakan untuk melakukan usaha usaha pokok, baik itu mengajar bagi guru, berdagang secara offline dan selebihnya bisa kita gunakan untuk melakukan ibadah kepada Allah SWT.

· Silaturakhmi

Silaturakhmi adalah suatu hubungan persaudaraan yang baik antar individu maupun secara kelompok, Dalam suatu kehidupan bahwa umat manusia bukan hanya ditekankan pada suatu hubungan terhadap sang pecipta saja namun juga ditekankan untuk melakukan suatu hubungan yang baik terhadap makhluk makhluk yang lain (Wahablum Min Allah, Wa Hablum minanas) baik hubungan secara vertical namun juga baik hubungan secara horizontal. Didalam Al Qur’an dalam Surat Ar Ra’d ayat 21 seperti yang difirmankan dibawah ini

Bahwa Allah SWT menegaskan adanya hubungan yang baik dengan sesama manusia merupakan suatu backing effect dari ketaatannya kepada Allah SWT hal tersebut merupakan tercermin dari kekhusuannya dalam menjalankan ibadah shalat dimana shalat merupakan suatu dasar keimanan dan suatu pondasi umat Islam dalam menegakan agama rakhmatan lil alamin dengan dilandasi Iman dan Taqwa.

Dengan adanya hubungan yang baik dimana rizqi merupakan hubungan pertalian dalam menjaga persaudaraan baik sesame muslim maupun sesame makhluk. Didalam hubungan silaturakhmi ini. Bedasasarkan pendapat saya bahwasanya manusia adalah makhluk sosial dan saling ketergantungan dan apabila kita menjaga hubungan silaturakhmi yang baik saya yakin kitapun akan dimudahkan jalan risqinya begitupula ketika kita memutuskan tali silaturakhmi saya yakin akan dipersulit jalan rizqinya. Adapun usaha usaha dalam menjalankan hubungan tali silaturakhmi adalah salah satunya ialah menjalin suatu komunikasi yang baik, menjaga toleransi serta tidak intervensi satu sama lainnya dimana hubungan keharmonisan sesame makhluk tetap balance.

Saya contohkan dalam kehidupan sehari hari dimana kita suatu ketika mendapatkan informasi suatu pekerjaan sedangkan kita dalam keadaan kerja. Tentunya tidak mungkin kita akan menerima suatu tawaran kerja dalam waktu yang bersamaan dan kita terima secara bersamaan pula. Karena salah satu tawaran pekerjaan tersebut tidak kita ambil semua tentunya kita berfikir “daripada tawaran pekerjaan ini sia-sia alangkah baiknya saya tawarkan ke teman ataupun saudara yang masih menganggur” dengan pemikiran seperti ini bahwasanya kita akan dituntut kira kira individu yang nanti bakal kita recommended ini siapa ? ya mestinya orang yang bisa direcomended adalah orang yang memiliki hubungan baik dengan kita. Baik secara prilaku maupun baik secara komunikasi dengan tabiat yang baik pula.

Bahwasanya masing-masing orang memiliki rizqi masing masing, dan didalam hubungan tersebut saling keterkaitan serta saling membutuhkan seperti halnya tali silaturakhmi. Namun jika individu tersebut tidak mencirikan dari Kriteria tersebut diatas makan kita pasti akan mengurungkan niatnya. Dan barang siapa yang memutuskan talisilaturakhmi niscaya dia akan dipersulit dalam urusan rizqinya.

KESIMPULAN.

Bahwa pondasi awal dalam mencapai kesukseskan adalah Ilmu, Membaca merupakan media dalam pengembangan ilmu pengetahuan dengan membaca wawasan kita akan terus berkembang mengikuti perkembangan zaman. Pemanfaatan waktu merupakan hal yang sangat penting dimana dalam pemanfaatan waktu selam 24 jam tentunya akan jika kedua nya berjalan beriringan merupakan langkah awal menuju kesuksesan baik didalam kehidupan duniawi maupun didalam kehidupan akherat. Dengan terjalinnya hubungan silaturakhmi yang baik akan selalu dimudahkan pintu rizqi dimana manusia merupakan makhluk yang saling membutuhkan dan saling ketergantungan satu-samalainnya dalam firman Allah menegaskan betapa pentingnya Silaturakhmi ini terbangun didalam jiwa setiap muslim.

Dibalik Teori Einstein dalam Al-Qur’an


Dibalik Teori Einstein dalam Al-Qur’an
Dibalik Teori Einstein dalam Al-Qur’an
Sekolah Penghafal Al Quran - Einstein merupakan seorang ilmuwan yang memiliki keahlian dalam bidang matematika dan fisika. Setiap teori yang dikemukakan berdasarkan dari hasil pengamatannya mengenai alam semesta yang dilihat dari sudut pandang matematika dan fisika. Namun demikian sebenarnya dari pengamatan yang dilakukan oleh Einstein dimaksudkan untuk mencari eksistensi Tuhan dan untuk mengetahui pikiran-pikiran Tuhan mengenai alam semesta. Dari semua hal yang diamatinya ia berasumsi bahwa adanya hal-hal tersebut pasti ada yang menciptakan, sehingga dalam benaknya muncul pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan mengenai siapan Tuhan itu dan dimana ia berada, yang kemudian berlanjut pada alam semesta sebagai ciptaannya seperti bagaimana asalnya, bagaimana terbentuknya, dan sebagainya. Tidak seperti para ilmuwan sekuler yang memisahkan antara pengetahuan dan agama, sebaliknya Einstein malah menemukan teori berdasar logikanya yang memiliki keterkaitan dengan agama atau Tuhan. Seperti yang dikatakannya bahwa “ilmu pengetahuan tanpa agama lumpuh. Agama tanpa ilmu pengetahuan itu buta”.

Teori dan pemikiran yang dihasilkannya-pun telah terbukti kebenarannya dan berguna bagi perkembangan iptek modern. Sekalipun ada beberapa teorinya yang dinilai sudah akurat tersebut dibantahkan oleh penemuan baru, seperti kecepatan cahaya yang diklaim sebagai kecepatan yang tidak tertandingi itu dibantah oleh temuan baru yang dilakukan di Swiss tepatnya di CERN yang merupakan sebuah laboratorium terbesar di dunia mengemukakan bahwa terdapat partikel-partikel subatom yang merambat lebih cepat dari kecepatan cahaya. Namun demikian sekalipun teori Einstein tersebut tetap sebagai landasan bagi teori-teori modern terutama dalam bidang fisika.

Dari teori-teori yang diciptakan Einstein dapat dihubungkan dengan ayat-ayat Al-Qur’an, terutama yang berkaitan dengan kecepatan cahaya. Menurutnya kecepatan cahaya merupakan kecepatan tertinggi di alam. Dalam teorinya ia menetapkan suatu besaran pokok kecepatan cahaya yaitu 2,998 x 105 km/s. Mengenai kecepatan cahaya tersebut sebenarnya sudah tersirat dalam Q.S. As-Sajdah, 32: 5 yang artinya: “Dia mengatur urusan dari langit ke bumi, kemudian (urusan) itu naik kepada-Nya dalam satu hari yang kadarnya adalah seribu tahun menurut perhitunganmu”. Ayat ini menjelaskan bahwa yang menjalankan urusan itu adalah malaikat, karena malaikat diciptakan Allah dari cahaya, dan hal ini memberikan pertanda mengenai kecepatan cahaya dan dari hasil perhitungannya dihasilkan kecepatan 299.792,5 km/s.

Teori selanjutnya mengenai teori kesetaraan energi dan massa suatu benda yang memiliki rumus E=mc2, yang menyatakan bahwa benda itu memiliki energi jika benda tersebut memiliki massa, jadi apabila suatu benda berkurang energinya maka massanya pun ikut berkurang. Hal ini bisa diterapkan pada “the white dwarf” yakni bintang padam yangmenandakan bintang tersebut berkurang energinya dan massanya pun berkurang sehingga dapat kehilangan gravitasinya dan orbitnya menjadi tidak teratur dan akhirnya tertarik oleh gravitasi bintang lain. Jika dilihat dari teori tersebut jika dihubungkan dengan Al-Qur’an dapat kita perhatikan pada Q.S. Al-Qiyamah, 75: 7, 8, 9 “maka apabila pemandangan telah kacaubalau, dan bulan hilang cahayanya, dan matahari dan bulan dikumpulkan…”. ini menunjukkan bahwa bula tidak lagi tidak lagi mendapat sinar dari matahari karena matahari telah padam, lalu matahari dan bulan dikumpulkan menandakan jika garis orbitnya berubah.

Dan teori yang ketiga yakni mengenai teori relativitas khusus yang menjelaskan bahwa benda bergerak sangat cepat akan memiliki massa lebih besar dibanding massa diamnya. Apabila diterapkan pada upaya manusia mencapai angkasa luar/ di luar tatasurya kita haruslah mendekati kecepatan cahaya karena untuk mencapai bintang terdekat saja (Alpha Centauri) paling tidak 4 tahun cahaya. Hal ini tentu saja mustahil dilakukan karena selain faktor kecepatan manusia yang terbatas juga karena faktor usia manusia yang sedikit. Hal ini seperti yang dijelaskan dalam Q.S. Ar-Rahmaan, 55: 33) “Hai jama’ah jin dan manusia, jika kamu sanggup menembus (melintasi) penjuru langit dan bumi, maka lintasilah, kamu tidak dapat menembusnya kecuali dengan kekuatan.” Nah, dari ayat tersebut sudah jelas jika manusia ingin ke angkasa luar/di luar tatasurya kita harus memiliki kekuatan. Apabila manusia benar-benar bisa membuat kendaraan/alat yang demikian maka akan kendaraan/alat tersebut ledakan karena di angkasa luar terdapat gesekan udara yang akan menimbulkan energi panas yang tinggi.

Dari penjabaran di atas dapat disimpulkan bahwa Al-Qur’an merupakan dari sumber kehidupan manusia. Selain itu Al-Qur’an juga dapat di-ilmukan, atau bersifat universal dalam arti Al-Qur’an juga dapat digunakan oleh seluruh umat sebagai dasar ilmu pengetahuan, karena Al-Qur’an menyangkut seluruh kehidupan manusia.. Namun, bagi orang muslim Al-Qur’an ini merupakan pedoman hidupnya, sehingga sudah seharusnya kita dapat memahami apa isi dari Al-Qur’an. Meskipun bagi muslim, membaca Al-Qur’an itu menjadi suatu yang penting, namun yang lebih penting itu memahami isi yang terkandung di dalamnya. Sehingga dalam melaksanakan segala aktivitas, tidak menyimpang dari Al-Qur’an dan dengan memahami maknanya diharapkan kita dapat menemukan penemuan-penemuan yang baik bagi kemaslahatan manusia dengan cara berijtihad. Dengan demikian maka akan semakin mendekatkan diri kita pada Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala yang diciptakannya di semesta alam ini.

Sumber:

Wisnu Arya Wardana. 2006. Melacak Teori Einstein Dalam Al-Qur’an. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Cetakan ke-2

http://www.tempo.co/read/news/2011/09/23/061357819/Ditemukan-Benda-Lebih-Cepat-dari-Cahaya-Teori-Einstein-Terancam

Senangnya Qatam Membaca Al-Quran


Senangnya Qatam Membaca Al-Quran
Senangnya Qatam Membaca Al-Quran
Sekolah Penghafal Al Quran - Alhamdullilah……..Hanya kata-kata itu yang terucap dari bibir kelu saya, ketika saya menyadari bahwa selepas magrib malam ini saya telah qatam dalam membaca kitab suci Al-quran. Perasaan yang menghampiri saya selepas magrib ini tidak dapat saya gambarkan dengan kata-kata elektronik ini. Saya merasa senang sekaligus merasa bangga terhadap diri saya sendiri (bukan sombong). Seakan saya tidak percaya saya telah qatam membaca Al-Quran selepas magrib pada malam ini.

Saya mendapatkan gelar Qatam membaca Al-quran ini seletah melewati kurang lebih hampir selama Sembilan bulan lamanya. Butuh waktu yang cukup panjang dan lama buat saya, hanya untuk sekedar mengqatam kitab suci Al-quran. Ketika puasa tahun kemaren tepatnya, saya memulai membaca kitab suci Al-quran itu , dan baru selepas magrib malam ini saya dapat mengqatamkannya. Terlepas dari lama atau tidaknya saya mengqatamkan membaca kitab suci Al-quran itu, saya tetap merasa bangga dan senang dapat mengqatamkannya membaca Al-quran itu. Karena memang saya merasa mungkin ada juga orang yang membutuhkan waktu lebih lama dari saya untuk mengqatamkan membaca Al-quran itu. Tetapi saya juga merasa kecil hati karena mungkin ada teman-teman yang lain yang mampu mengqatamkan membaca Al-quran kurang dari waktu yang saya tempuh.

Memang butuh perjuangan yang sangat exstra untuk dapat mengqatamkan membaca Al-Quran ini, karena memang yang harus kita lakukan adalah dengan cara membacanya secara rutin. Walaupun sedikit tetapi memang membaca Al-quran harus rutin dilakukan agar kita cepat Qatam membaca Al-quran. Untuk dapat rutin membacanya pun, lagi-lagi kita butuh perjuangan yang sangat exstra, karena memang sangat berat untuk membaca Al-quran secara rutin, apa lagi kalau kita tidak terbiasa membacanya dan melakukannya.

Tetapi apapun itu, apa bila kita melakukannya dengan niat yang ikhlas, dan dilakukan dengan bersungguh-sungguh, maka apa yang akan kita inginkan akan tercapai dengan mudah. Seperti halnya saya dalam menqatamkan membaca Al-quran ini. Walaupun badai menghadang tetap kita berusaha sekuat mungkin. Dan buktinya saya dapat mengqatamkan membaca Al-quran ini, walaupun dalam waktu yang relatif lama.

Untuk ukuran orang biasa seperti saya, yang sehari-hari disibukkan dengan berbagai kegiatan. (baik itu penting ataupun gag penting). Waktu Sembilan bulan adalah waktu yang mungkin pas untuk menyelesaikan membaca Al-Quran sebanyak Tiga Puluh Zuz. Karena memang saya melakukanya hanya sehari sekali membaca Al-Quran itu sehabis Sholat Shubuh, kurang lebih selama dua puluh menit. Jadi ya Sembilan bulanlah waktu yang saya butuhkan untuk mengqatamkan sebanyak tiga puluh Zuz itu. Padahal kalau diibaratkan kita sedang sakit dan sedang mengkonsumsi obat yang diberikan Dokter, apa bila kita rutin sehari tiga kali dalam meminum obat sesuai anjuran Dokter, maka yang akan kita dapatkan InsaAllah kita akan cepat sembuh, tetapi kalau kita meminumnya hanya sehari sekali, ya otomatis untuk sembuh juga membutuhkan waktu yang cukup panjang. Begitu juga dengan membaca Al-Quran, apa bila kita membacanya secara rutin minimal lima kali sehari sesudah kita melaksanakan sholat selama 20 menit saja sekali kita membacanya, maka yang akan kita dapatkan adalah kita mengqatamkan sebanyak tiga puluh Zuz itu mungkin hanya dalam beberapa bulan saja. Tetapi itu belum juga tentu, karena memang saya belum pernah mencobanya.

Dan lagi-lagi memang untuk melakukan itu sangatlah susah sekali. Berbeda dengan orang-orang yang memang hidup dalam lingkungan Pesantren, mereka mungkin dapat mengqatamkan Al-quran itu hanya dalam hitungan minggu saja. Karena memang kegiatan mereka lebih banyak digunakan untuk kepentingan akhirat.

Tetapi kalau teman-teman semua mau tahu apa motivasi saya sehingga saya dapat mengqatamkan Al-Quran sebanyak tiga puluh zuz itu dalam waktu Sembilan bulan, saya termotivasi oleh hampir datangnya bulan Romahdon yang akan datang. Karena memang bulan Romadhon yang akan datang hanya tinggal tiga bulan saja .padahal saya baru menyelesaikannya setengahnya saja dari tebalnya Al-Quran. maka sayapun menekatkan dalam hati saya, untuk menyelasikan membaca Al-Quran ini sebelum bulan Romadhon itu datang. Dan hasilnya ternyata saya bisa menyelasikannya ketika bulan Romadhon itu tinggal tiga bulan lagi. Cara apa yang saya lakukan??? Mau tau?, saya melakukan berbagai cara untuk mencapai target saya, yaitu :

1. Saya menambah waktu membaca Al-quran saya, yang tadinya hanya sekali sehari sehabis sholat Shubuh saja, saya tambah menjadi dua kali, yaitu sehabis sholat magrib juga.

2. Saya menambah durasi membaca Al-quran saya, yang tadinya hanya sekitar 15-20 menit sekali baca, menjadi 30 menit sekali membaca Al-quran.

3. Saya bertekad ingin menyelasikan Qatam sebelum bulan Romadhon tiba.

Dan terbuki cara yang saya pakai ampuh, membaca setengah tebal Al-Quran saya selesaikan hanya dalam waktu beberap minggu saja. Hebat. Itu artinya apabila saya terus mempertahankan cara ini, kedepannya saya dapat merampungkan membaca 30 zuz yang ada dalam Al-Quran hanya dalam beberapa bulan saja. Dan itu akan saya coba terapkan dalam hidup saya kedepannya . kalau teman-teman mau mencobanya juga silahkan, InsyaAllah tidak menimbulkan kerugian. Apa lagi kalau teman-teman bukan hanya membaca saja, tetapi juga memahaminya apa yang teman-teman baca. Hasilnya sangat luat biasa. Untuk saat ini kalau saya sendiri sementara baru bisa membacanya, belum dapat memahaminya. Tetapi kedepannya saya berniat akan berusaha untuk memahami apa yang saya baca. Selamat mencoba…

Para Penghafal Al Quran, Kini Menjadi Dambaan


Para Penghafal Al Quran, Kini Menjadi Dambaan
Para Penghafal Al Quran, Kini Menjadi Dambaan
Sekolah Penghafal Al Quran - Menghafal atau tahfidz, sebuah kata yang mungkin semua kalangan usia sudah mengetahui maknanya. Lebih rincinya, tahfidz atau menghafal adalah proses mengulang sesuatu, baik dengan membaca atau mendengar. Pekerjaan apa saja jika sering diulang, pasti menjadi hafal.

Penghafal Al Quran datang dari mana saja, berbagai kalangan bisa menjadi penghafal Al Quran. Tanpa terkecuali.  Inilah beberapa datang dari negeri luar antara lain Imam Sudais, Syekh Al Ghomidi, Abou Diaby, Amar Bugis dan lain sebagainya. Sementara, ada pula hafidz termuda sedunia yakni Tabarak Labudi yang mampu menghafal 30 juz Al Quran pada usia empat setengah tahun. Ada pula hafidz yang datang dari domestik, salah satunya Ustadz Yusuf Mansur.

Imam Sudais, seorang haafidhul qurani yang tumbuh besar di Riyadh, Arab Saudi. Pria kelahiran tahun 1961 bisa menjadi seorang hafidz berkat sumpah serapah sang ibunda. Memanglah sumpah serapah seorang ibu sungguh mandi. Beliau disumpah bakal menjadi seorang imam Masjidil Haram. Ijabah Allah pun terwujud. Bukan hanya itu, beliau pun mampu menghafal dan melantunkan ayat suci Al Quran hingga suara khasnya dikenal hampir di seluruh belahan dunia.

Syeikh Al Ghomidi, pria kelahiran 19 Mei 1967 atau 1387 Hijriyah di kota Damam, Mantiqah Sarqiyah adalah seorang ulama kenamaan yang juga dikenal sebagai pelantun murotal, munsyid dan Qori Internasional. Beliau juga menjadi hafidz Al Quran. Itu tak menjadi alasannya untuk tak membuat karya dan bekerja. Beliau menitikan tinta menjadi beberapa karya tak lain yaitu The Recited Holy book in 1417, Nouddoum Hidayat Al Mourtab Al Fi Moutachabih Al Kittab by The Beloved Imam Sakhami, Nouddoum All – Yat Irraqui by Hafidh, Arts ( Illa All Al Quran ), Addkan dan Rouqiya Chariya. Begitu pula sama halnya dengan pesepakbola Internasional, Abou Diaby. Sepak terjang dalam sepak bola memanglah sudah cukup tinggi dan bisa diacungkan jempol. Namun, hal itu tak menjadikannya lupa diri. Waktu luang dipergunakan untuk membaca dan mendengarkan ayat suci Al Quran hingga dirinya mampu pula menjadi salah seorang hafidz.

Lain halnya, yang lain bisa dikatakan diberikan kesempurnaan fisik. Bertolak belakang,  Syekh Amar Bugis, beliau diberikan fisik yang kurang sempurna. seorang pria berdarah Makassar yang ditakdirkan lahir cacat berupa lumpuh.  Pria kelahiran Amerika Serikat mulai mengalami masa lumpuh total sejak usia dua bulan. Hal terkait tak menyurutkan semangatnya untuk beraktivitas serupa dengan manusia yang lainnya. Beliau pun mampu menyelesaikan akademik dengan predikat yang membanggakan. Beliau juga sanggup menjadi hafidz Al Quran yang mampu meluluhlantahkan insani seluruh dunia dengan pesona yang dimiliki.

Para penghafal Al Quran, kini menjadi dambaan. Oleh karenanya, Trilogi Media Sinema bersama Tahfidz Intensif menyajikan suguhan program Para Penghafal Al Quran agar bisa menginspirasi masyarakat khusunya kaum muslim untuk menjadi hafidz Quran dengan mengesampingkan alasan pekerjaan dan waktu. Kapan dan dimana saja bisa menghafalkannya.

Mari Gemar Menghafal Qur’an


Mari Gemar Menghafal Qur’an,
Mari Gemar Menghafal Qur’an
Sekolah Penghafal Al Quran - al-qur’an karim atau yang bisa juga dikenal dengan al-furqon adalah wahyu yang dirutunkan kepada nabi muhammada saw .  al qur’an ini merupakan mukzijat yang bisa kita rasakan hingga saat ini keberadaannya. kebiasan orang-orang dahulu dalam menjaganya ialah dengan du’a cara, cara pertama dengan dihafal oleh kaum muslimin serta menulisnya hingga menjadi satu mushaf.  namun dewasa ini bnyak para pemuda terutama mereka yang kuliah diuniversitas islam, seolah-olah al-qur’an ini menjadi beban dalam menghafalnya.

untuk itu saya sebagi penulis ingin memberikan tips-tips agar al-qur’an itu menjadi hal yang mengasik serta menyenangkan dalam menghafalnya.  namun sebelum kita masuk dalam tips-tipsnya , alangkah baiknya kita mengetahui dulu prinsip pokok untuk menghafal qur’an.

a. do’a

sebelum kita memulai menghafalkan kita harus memulainya dengan do’a, serta kita juga mengetahui apa makna al-qur’an, milik siapa al-qur’an ini, dan di turunkan untuk siapa al-qur’an ini. manfaatnya ini agar kita memiliki motivasi dalam menghafal.

b. niat

dalam menghafal al-qur’an kita harus memiliki niat yang murni, sebagaimana yang telah kita ketahui al-qur’an itu merupakan kalamullah , yang dapat disimpan didalam dada manusia, maka untuk itu kita harus luruskan niat kita semata-mata mencari ridha allah SWT.

C. Mengetahui fadhilah al-qur’an

saya sangat yakin , apabila para pembaca tidak mengetahui fadhilah al-qur’an , pasti tidak memiliki semangat dala menghafalnya, hal ini wajib diketahui untuk memberikan semangat oada diri kita,tentu jangan lupa niatnya yang lurus serta benar.

d. punya target

sebaiknya bagi para penghafal memiliki target, hal ini perlu karena karena dengan adanya target, pasti akan tercapai.

e. memiliki amalan unggulan

hal ini penting karena dapat mempermudah kita dalam menghafalnya, amalan unggulan itu seperti sodakoh, sholat tahajud, dan yang lainya.

nah, setelah kita menegatahu prinsip-prinsip poko, baru saatnya saya memeberikan tips-tips dalam menghafalnya. dengan berbagai cara.

1. mushaf jangan diganti

karena dalam menghafal itu kita ibarat memotret foto .yang kita simpan. sama halnya al-qur’an seperti itu, apa yang kita baca akan tersimpan dimemori kita, hal ini dapat mempermudah dlam menghafalnya.

2. diulanginya satu ayat sebanyak 20 kali

hla ini penting dilakukan karena dapat memperkuat hafalan kita.angan pindah sebeum hafalnya menjadi kuat, akan tetapi ada cara lain bagi orang yang gampang bosan, jika memakai cara ini.

3. jika ayatnya panjang dibagi , menjadi 3 bagian.

hal ini dapat mempermudah apa bila menemui ayat yang panjang-panjang, perlu diketahui dalam menghafal bukan prestasi yang dicari, akam tetapi kebersamaan kita bersama al-qur’an tentu hasil hanya allah yang menetukan. manusia hanya berusaha

Melawan Pikun dengan Menghafal Al-Quran

Banyak ajakan untuk melawan lupa bahkan pikun. Diantaranya adalah menulis. Termasuk di Kompasiana ini. Maka sayapun menulis apa saja yang ingin ditulis. Terlepas ada yang membaca atau menengok dan melirik, bukan persoalan. Dibaca orang lain alhamdulillah, tidak dibacapun tidak persoalan. Karena tujuannya memang menulis untuk melawan lupa. Ibarat kata adalah ‘mengikat’ ilmu. Imam Ali bin Abu Thalib ra memang pernah mengingatkan bahwa ilmu akan hilang dan liar jika tidak diikat. Maka ikatlah ilmu dengan menuliskannya. Ikatan ini diistilahkan dengan ‘ighal’ yang dalam serapan bahasa Betawi bermakna ‘ghutrah’ penutup baju Arab thob diatas kepala sehingga tidak liar dan terbang ditiup angin. Walau saat ini di negara asalnya, khususnya Arab Saudi, kalau ‘agamawan’ (muthawa’) tidak memakai ghutrah tersebut sedangkan yang lainnya memakai. Bisa dibedakan mana muthawa’ dan mana bukan. Begitu kira-kira.
Saya punya cara lain untuk melawan lupa dan pikun. Salah satunya adalah dengan menghafal Al-Qur’an. Al-Qur’an itu sungguh mudah, bagi siapa saja. Karena sudah menjanjikan dalam hal ini. Walaqad yassarnal Qur’ana lizzikri, fahal mimmuddakir? Sungguh Allah akan mudahkan Al-Qur’an itu untuk dihafal (dipelajari, dikaji dsb), cuma sedikit sekali orang yang menyadarinya. Membaca Al-Qur’an tidak perlu bergelar Profesor Doktor. Seorang yang tidak sekolah sekalipun mudah untuk membaca Al-Qur’an. Bahasa Al-Qur’an juga mudah dilafalkan oleh bangsa mana saja, baik Arab, non-Arab. Orang Eropa, Amerika, Afrika, Melayu, China dan sebagainya. Semuanya mudah dan boleh atau bisa melafalkan Al-Qur’an. Tidak perlu sekolah tinggi-tinggi untuk bisa membaca Al-Qur’an. Berbeda dengan matematika, fisika, kimia milsanya yang harus sekolah dan dahi berkerut memikirkannya.
Bagi umat Islam Al-Qur’an adalah firman Allah swt yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw sebagai wahyu melalui  malaikat Jibril dan membacanya merupakan ibadah. Al-Qur’an adalah sumber syariat Islam bersanding Sunnah Rasulullah saw. Al-Qur’an menjadi pedoman hidup. Kenapa hal itu semua? Karena Al-Qur’an adalah wahyu.
Tapi sayang, berdasarkan pengalaman pribadi sendiri, saya menemukan kenyataan bahwa umat Islam Indonesia masih banyak yang belum benar  bacaan Al-Qur’annya, baik tajwid maupun makhraj dan kelancarannya. Kalau masyarakat awamnya masih ditoleransi, namun hal ini sudah menyandang Ustaz. Bahkan saya menemukan Ustaz-Ustaz yang ke Hogn Kong - ironis - yang dikirim oleh organisasi non-profit yang terkenal dengan dengan gerakan zakatnya banyak ustaz-ustaz mereka yang tidak fasih. Saya sungguh terkejut karena selama ini belum pernah mendengar mereka melafalkan ayat-ayat Al-Qur’an atau bahasa Arab. Suatu ketika malam takbiran Idul Fitri, barulah ketahuan aslinya dimana memimpin takbiran yang tidak bisa dan fashih. Begitupun saya saksikan sendiri sewaktu takbiran Idul Adha yang baru lalu di HK. Sungguh miris. Ini ustaz lho! Jika demikian, mau dibawa umat ini.
Saya yakin dan menemukan hal serupa juga banyak didapati para aktifis keagamaan di sekolah umum, PT negeri maupun swasta bahkan organisasi keagamaan yang banyak beredar di Indonesia, yang semangat keagamaannya (ghirah), yang memang tidk punya latar belakang ngaji di selain sekolah umum (SD, SMP dan SMA). Ibarat kata, cuma abru semangatnya doang menggebu-gebu. Baca ‘Assalamualaikum’nya saja masih keliru intonasinya. Juga banyak saya temukan kelompok berjenggot yang masih salah bacaan Al-Qur’annya. Hal ini saya temukan ketika memmpin shalat tarawih. Masya Allah, masih belentang-belentong bacaan surahnya. Sungguh mengenaskan.
Kami - alhamdulillah - orang tua saya mewajibkan seluruh anak-anaknya mengikuti dua sekolah sekalgus (SD pagi dan Madrasah Sore), bahkan masih mengaji lagi pada guru pada malam hari yang lebih khusus pada kajian bahasa Arab dan Al-Qur’an, sehingga anak tidak banyak waktu luang untuk bermain, kalau sekarang menonton TV atau bermain game. Saya masih menerapkan hal ini kepada anak-anak saya. Walaupun kamu insinyur - istilahnya - tapi minimal membaca Al-Qur’an harus bisa dan lancar, bahkan kalau perlu tahu juga tafsirnya. Alhamdulillah ini terjadi pada salah satunya yang sedang kuliah di ITB. Bahkan tiap bulan saya review bacaan Al-Qur’annya. Begitu juga yang lain-lainnya.
Itu fakta. Ustaz semakin kesini semakin ‘jahil’. Khawatir akan sabda baginda Nabi Muhammad saw yang mewanti-wanti bahwa nanti di akhir zaman akan datang ulama (ustaz) yang jahil, yang menyesatkan diri sendiri dan orang lain. Nauzubillah. Belum lagi pengalaman selama ini mengajar kajian tafsir di kalangan masyarakat menengah di Jakarta. Masih banyak yang bacaan Al-Qur’annya belum baik. Intinya, kita masih ‘minoritas’ kualitas - baru membacanya - belum lagi mengkajinya, belum lagi menghafalnya, dst. Masih jauuuhhhh dari ideal.
Membaca Al-Qur’an ibadah. Tidak seperti membaca buku biasa. Bahkan Baginda Nabi mengatakan bahwa satu huruf diganjar satu hitungan pahala. Bukan satu suku kata, tapi satu huruf. Betapa motivasi Baginda Nabi kepada ummatnya agar selalu bersama kitab sucinya. Semakin banyak membaca Al-Qur’an tentu saja semakin banyak pahala; dan semakin lancar membacanya; akan semakin tertarik untuk mengkajinya dan insya Allah juga semakin kuat motivasi untuk menghafalnya.
Soal hafalan Al-Qur’an. Terus terang di Indonesia masih belum membudaya, walau sudah ada usaha-usaha masyarakat ke arah ini. Gerakan pemerintah belum ada. Berbeda dengan negara-negara lain. Mesir misalnya yang memang kurikulumnya menerapkan hal ini, khususnya di Al-Azhar. Sejak kecil anak-anak sebelum masuk sekolah SD sudah belajar di Kuttab atau Katatib namanya. Disini diwajibkan untuk menghafal Al-Qur’an walaupun belum tahu maknanya. Ketika tamat SD sudah hafal Al-Qur’an. Makanya tidak heran disana anak berusia 9 tahun sudah hafal Al-Qur’an. Ketika tamat SMP hafalannya diuji untuk kelulusan. Tamat SMA juga begitu, hafalannya diujikan, begitu seterusnya ketika di perguruan tinggi, dari S1, S2 dan S3 semua hafalan Al-Qur’annya diujikan. Makanya tidak heran jika sopir taksi sekalipun di Mesir banyak yang hafal Al-Qur’an. Saya menemukan sendiri hal ini ketika seorang sopir taksi mengajak anaknya sambil mereview hafalan anaknya. (Taksi di Kairo boleh mengambil penumpang lebih dari seorang (lain) selama masih kosong dan tujuannya masih searah dengan penumpang awal. Jadi mirip angkot, cuma bedanya kalau angkot pakai trayek, taksi tidak). Di Libya juga begitu, bahkan disana lebih separuh penduduknya hafal Al-Qur’an. Pakistan juga tidak beda.
Menghafal Al-Qur’an selain anjuran agama juga bisa dijadikan sebagai terapi lupa bahkan pikun. Bagi pensiunan banyak cara melawan lupa ini. Salah satunya adalah dengan menghafal Al-Qur’an. Apalagi jika Al-Qur’an dijadikan santapan dan bacaan wajib harian. Bagi yang sudah lancar hal ini akan lebih mudah karena mendukung untuk itu, dan Al-Qur’an itu sungguh mudah untuk dihafal, namun sungguh berat untuk dipelihara hafalannya. Saya sudah membuktikannya ketika masih mahasiswa dalam satu minggu bisa menghafal 1 juz. Sungguh kemudahan yang Allah berikan. Tapi sungguh susah memelihara hafalan tadi apabila tidak diulang-ulang dan di muraja’ah. Bagi yang belum lancar, saat ini sudah banyak diterbitkan Al-Qur’an dengan bantuan i-pen yang memandu bacaan yang benar dengan suara Qari internasional. jadi, tidak ada alasan lagi untuk tidak membaca Al-Qur’an, bahkan menghafalnya.

Menghafal Al-Qur’an Semudah Tersenyum

Sekolah Penghafal Al Quran -  Sebuah kalimat di spanduk yang membuatku terhenyak.. Kalimat tersebut kudapati saat hendak berpergian menggunakan angkot di kota Bogor. Ajakan luar biasa dari salah seorang Ustadz yang terkenal di televisi, ajakan untuk menghafal Al-Qur’an.. Aku lupa siapa ustadznya, kemungkinan besar Ustadz Arifin Ilham atau Yusuf Mansyur.. Entahlah.. (Akhir2 ini baru aku tau kalo itu ternyata metode Kauny Quantum Memory dari Ustadz Bobby Herwibowo) Yang pasti, kalimat dalam spanduk itu sempat membuatku berpikir. Apakah iya? Ah, apakah semudah itu menghafalkan Al-Qur’an? Semudah tersenyum? Mungkinkah?

Sebenarnya, jujur sih.. menjadi seorang penghafal Al-Qur’an bukanlah cita-citaku sejak dulu. Karena aku yakin hal itu mustahil bagiku.. Aku merasa hal itu mustahil hingga aku diizinkan Allah SWT (Alhamdulillah) untuk bertemu dengan para penghafal Al-Qur’an dan teracuni canduan ini.. Meski seluruh kitab dan buku di dunia ini ditenggelamkan ke dalam lautan, hanya akan ada satu buku yang kembali, yakni Al-Qur’an, karena banyak orang yang menghafalkannya.. Banyak orang (mungkin termasuk aku juga dahulu), bertanya2:

“Sepenting apa sih menghafal Al-Qur’an? Wong baca aja masih nggak bener kayak gini? Yang penting bacaan Qur’an udah cukup buat sholat, at least kulhuwalloh, Al-Falaq sama An-Naas deh, ya nggak? Yang penting ya Qur’an tuh diamalkan.. ngapalin mah nggak perlu, kan udah ada Qur’annya.. buat apa?”

Mungkin kau bertanya2 seperti pertanyaan2ku dahulu.. Ya, untuk apa tujuan mereka menghafalkan Al-Qur’an?

Ustadzku pernah mengajarkan padaku, bahwa keutamaan menghafal Al-Qur’an adalah:

1. Menjadi Keluarga Allah di bumi

Keluarga. Arti harfiah dari keluarga adalah orang terdekat yang paling dicintai dan diutamakan untuk ditolong saat mereka butuh pertolongan. Begitu juga dengan orang2 yang menghafal Al-Qur’an. Mereka menjadi keluarga Allah di bumi. Siapa sih yang nggak mau dicintai dan diutamakan saat kita butuh pertolongan? Itulah mereka, para keluarga Allah..

2. Syahid

Balasan Allah SWT di akhirat tidak hanya bagi para penghapal dan ahli Al Quran saja, namun cahayanya juga menyentuh kedua orang tuanya, dan ia dapat memberikan  sebagian cahaya itu kepadanya dengan berkah Al Quran. Dari Buraidah ia berkata: Rasulullah SAW bersabda: “Siapa yang membaca Al Quran, mempelajarinya dan mengamalkannya, maka dipakaikan mahkota dari cahaya pada hari Kiamat, cahayanya seperti cahaya matahari,  kedua orang tuanya dipakaikan dua jubah (kemuliaan), yang tidak pernah didapatkan di dunia, keduanya bertanya: mengapa kami dipakaikan jubah ini: dijawab: “karena kalian berdua memerintahkan anak kalian untuk mempelajari Al Quran”

3. Masuk pintu Surga dari mana saja

Dari Abi Hurairah r.a. bahwa Rasulullah SAW bersabda:

“Penghapal Al Quran akan datang pada hari kiamat, kemudian Al Quran akan berkata: Wahai Tuhanku, bebaskanlah dia, kemudian orang itu dipakaikan mahkota karamah (kehormatan), Al Quran kembali meminta: Wahai Tuhanku tambahkanlah, maka orang itu dipakaikan jubah karamah. Kemudian Al Quran memohon lagi: Wahai Tuhanku, ridhailah dia, maka Allah SWT meridhainya. Dan diperintahkan kepada orang itu: bacalah dan teruslah naiki (derajat-derajat surga), dan Allah SWT menambahkan dari setiap ayat yang dibacanya tambahan ni`mat dan kebaikan “

4. Baca Qur’an 1 huruf = 10 kebaikan

Makin banyak baca, makin banyak kebaikan dan makin banyak dosa2 terhapus. Mau itung2an.. Sok dikali2in ajah..

5. Dan masih banyak keutamaan lainnya…

Salah satunya adalah awet muda.. beneran lhoh.. seperti yang sudah pernah kutuliskan pada tulisanku sebelumnya, ustadzku dan gurunya ustadz terlihat lebih muda dari usia yang seharusnya karena menghafal Qur’an (meski  samplingnya kurang random dan base-nya kurangà pake bahasa market riset :p).

Tahukah kau bahwa di dunia ini kita semua saling bersaing? Bukan bersaing dengan orang lain, tapi bersaing dengan diri sendiri? Somehow, for some reasons, aku suka melakukan riset sendiri, baik riset dunia kanan maupun riset dunia kiri.. Subhanallah, ternyata banyak sekali orang2 di dunia ini yang berlomba-lomba untuk masuk Surga. Mereka menjaga kehormatan mereka, berakhlakul karimah, berilmu dan tentu saja, mereka juga menghafalkan Al-Qur’an. Di sisi lain, di dunia ini juga banyaaaaak banget orang2 yang melakukan segala sesuatu yang sia2, hanya untuk nafsu duniawi sesaat, meski tau bahwa malaikat mencatat segala perbuatan mereka, meski mereka pun tau akan ada pertemuan dengan Tuhan mereka dan mempertanggungjawabkan semuanya nanti.. Astaghfirullah.. mau pilih yang mana? Sakarepmu, hehehe..

But anyway, kata ustadzku, menghafal Al-Qur’an itu emang godaannya beraaaaat banget. Itu karena setan juga tau, ini AMALAN YANG SANGAT BESAR! Makanya Setan akan melakukan SEGALA CARA untuk menghentikan para manusia menghafalkan Al-Qur’an. Nah, sekarang gimana caranya melawan godaan setan yang super berat itu? Caranya adalah.. (kata ustadz saya):

1. Berguru –> ini hal yang penting banget and the most important. Kalo nggak ada guru, jangan harap bisa menghafal dengan bacaan yang bener (karena hafal tanpa membaca Qur’an dengan tartil pun akan sia2.. sayang atuh, artinya jadi lain2 :( so, cari guru terdekat yang bisa ngajarin kita gimana cara baca yang bener. Mungkin bisa temen, keluarga, ustadz, atau siapapun yang kamu kenal atau ada rekomendasi dari orang lain mengenai guru ini. Selamat mencari!

2. Mulai dari sekarang

Berapa umurmu? Sampai kapan hidupmu? Sumpah, nggak ada kesempatan lagi selain sekarang. Waktu kita terbatas and berapapun usiamu, yuk mulai aja dari sekarang^^

3. Berkumpul dengan orang2 sholih

Bukan berarti kita nggak boleh bergaul sama yang nggak sholih.. boleh, asal tidak bercampur dengan mereka. Karena banyak orang yang bermaksud mewarnai namun ternyata mereka jadi terwarnai.. esensinya, berkumpul dengan orang2 sholih adalah saling mendukung dan mensupport satu sama lain untuk meningkatkan hafalan Al-Qur’an. Saling menjaga motivasi dikala iman meningkat maupun menurun hehehe.. Carilah teman sejiwa yang memiliki cita2 sama: menghafal Al-Qur’an. Selamat mencari jodohmu! hehehe

4. Murokkaz

Murokkaz adalah membaca Al-Qur’an dalam waktu2 tertentu (sesuai dengan kemampuan masing2) untuk membersihkan karat2 di hati. Misalnya gini: Azzamkan dengan kuat dalem hati bahwa selama 15 menit ke depan saya akan baca Al-Qur’an tanpa henti, tanpa diganggu oleh SMS, BBM, FB, Twitter or anything. Apakah saya sanggup membaca 15 menit tanpa itu semua? Kalau mampu, lanjutkan! Hingga 1 jam, 2 jam dst.. Insha Allah bisa, karena nggak ada yang nggak bisa kita lakukan! Dengan murokkaz, kita makin akrab dengan dia! (baca: Al-Qur’an =))

5. Konsisten

Well, ini tips yang saya dapat berkali-kali, baik dari ustadz, dari buku maupun dari para hafidz2 ABG yang diundang di masjid lantai 16 di kantor saya. Tips yang sangaaat mudah diucapkan namun sangat sulit dilaksanakan. Gunakan waktu yang tetap tanpa diganggu apapun. Hanya untuk menghafal Qur’an. Gunakan waktu2 terbaikmu. Kalo kata para hafidz itu sih enaknya mereka ngapalin sebelum subuh, setelah subuh setor terus abis maghrib apalin lagi. Nah, buat yang sibuk, sok cari waktu2 terbaiknya yah, insha Allah kalo ada niat semua bisaaa :)

6. Jangan Pernah Menyerah!!

Suatu saat saya dapet SMS Broadcast dari Ustadz: “Alhamdulillah, selamat untuk Ibu XXXX yang telah menyelesaikan hafalannya Surat Ali-Imran!”. Tersentak hampir satu menit *lebay*. Telah hafal Surat Ali-Imran berarti ibu itu juga telah hafal Surat Al-Baqarah, subhanallaah =) (note: biasanya masing2 guru punya cara berbeda buat ngapalin yg mana yg duluan, biasanya sih kalo udah hapal juz2 belakangan, disuru hapalin juz2 depan, Albaqarah dulu baru Ali Imran). Jangan pernah down karena hafalan mereka bertambah banyak. Menyerah itu adalah perbuatan dosa, kawan! Menyerah itu termasuk takabur lohh.. makanya jangan pernah menyerah yah, saingannya kan DIRIMU SENDIRI!!!

Ada juga kisah seorang kakek berusia 82 tahun yg bertekad menghafal Alqur’an. Guru saya pun nggak yakin kalo kakek tsb sanggup ngapalin karena kakek itu jg smpet koma selama 6 bulan tapi subhanallah si kakek bangkit lagi n lanjut ngapalin hingga hafidz di usianya yg ke 84! Subhanallah.. waktu guru saya Tanya kenapa kakek mau ngapalin Qur’an, si kakeknya jawab: “Saya mau meninggal dalam keadaan menghafal Alqur’an”.. subhanallah J

7. Ulang Hafalan

Kata orang menghafal itu mudah, mempertahankannya yang sulit dan ini memang benaarrr hehehe.. kata ustadz (again), kalo udah hafal, muroja’ahnya baca aja bacaan yang udah dihafal, baca aja ulang ulang ulang ulang… niscaya tambah inget. Nggak perlu diafal lagi.. Bisa juga pake MP3 di HP, dimanapun dan kapanpun bisa disetel, jangan lagu korea mulu dong (gue banget, wkwkwk) Jangan lupa bacaannya dipake di sholat yaah =)

NB: Tips dari Hafidz ABG itu, mereka suka ngulang hafalan di sholat tahajjud and itu kena banget! Cobain deh (kata mereka)…

8. Tinggalkan maksiat

Inilah yang membuat hati kita kotor dan sulit konsentrasi dalam menghafal..kalo lagi sulit kayak gini, sok introspeksi diri udah ngapain ajaaa..(buat gue juga nih :p) banyak juga orang2 yang menghafal Qur’an namun tak dapat esensi dari itu selain hafalan yang ada di kepala mereka.. dan  saking pinter and liciknya setan tuh ya.. ada juga para santri  pacaran dengan berkedok “menghafal Qur’an”. Jadi sang akhwat setoran ke ikhwannya and ikhwannya setoran ke akhwatnya.. meski judulnya “setoran hafalan”, intinya mah sama aja: berdua2an. Pacaran dengan dalih saling melakukan kebaikan. hee… pinter bin licik banget yah tuh setan!! GRRRRR….

9. Sebarkan Racun ini!

Mau masuk surga jangan sendirian, Nggak Seruu!! Ajak orang lain, racunin semuanya dengan Al-Qur’an. Inget: Barang siapa yang melaksanakan kebaikan karena melalui kita maka kita akan mendapatkan pahala sebanyak orang itu melakukan kebaikan tanpa mengurangi sedikitpun pahala orang tersebut. Macem MLM lah.. Ini bonus dari Allah lhooh.. ini janji dari Dia, bukan dari saya. so, mau mau mau?? :)

10. Jangan pernah meremehkan kegiatan menghafal Qur’an

Mohon maaf saya lupa haditsnya, ini  hadits pertama yang ustadz suruh apalin tapi saya lupa :p. kalo ada yang tau, mohon diralat hehe.. intinya begini:  Jangan pernah meremehkan apa yang kita lakukan (menghafal Qur’an) ini nilainya kecil dibandingkan dengan yang orang2   lain   lakukan karena belum tentu yang kita lakukan ini kecil di mata Allah. Belum tentu yang kelihatan kecil di mata kita juga kelihatan kecil di mata Allah, begitu pula sebaliknya. So, jangan malu kalo misalnya kita sibuk ngapaliiin Qur’an aja. Boleh kan egois sedikit demi kebaikan ? hehehe…

11. Jaga Fisik, latihan pernapasan

Saran: latian pernapasan dengan banyak2 berenang (supaya bisa baca Qur’an dengan baik dan nafas panjang). Ini latihan yang bagus. Jangan lupa makan makanan yang sehat dan bergizi. Coba deh.. (kata mereka)

12. Perbanyak doa

Perbanyak lah doa dimanapun kita berada, semoga kita selalu dipertemukan dengan orang2 yang mencintai Allah dan mencintai kitab-Nya.

Alhamdulillaah, sekian sharing2 dari saya. Semoga kita  benar2 bisa mengamalkan menghafal Al-Qur’an dengan semudah tersenyum. Insha Allah Nikmatnya tiada duanya…

Subhanallah, Meskipun Buta, Anak Ini Sudah Menghafal al-Qur’an!


Subhanallah, Meskipun Buta, Anak Ini Sudah Menghafal al-Qur’an!Sekolah Penghafal Al Quran - Membaca al-Qur’an dan menghafalkannya adalah budaya yang sangat jarang kita temui. Skala kecilnya bisa kita cek pada diri kita masing-masing. Apakah kita sudah memiliki rasa malu di saat ‘tidak membaca al-Qur’an dan mengahalkannya’?

Berikut ini adalah seorang anak yang disapa Syaikh Jihad. Term ini mungcul dari kemauan kerasnya dalam menghafal al-Qur’an di usia yang masih tergolong kecil. Tetapi, ada yang sangat menyentuh dan menyita perhatian masyarakat, ternyata anak ini adalah seorang tuna netra. Yang tidak bisa melihat. Tetapi bisa menghafal al-Qur’an. Bukan saja itu! Bahkan ia menghafal surah apa yang dibaca dan ayat keberapa. Itu terlihat saat ia dites bacaannya oleh Qori Fadh Al-Kendery. Ia menyebutkan ayat, dan bertanya, “Surah apa dan ayat keberapa”? Soal ini dijawab dengan mudah.

Ketika anak ini ditanya, di usia berapa ia sudah menghafal, ia menjawab di usia 5 tahun. Ia hanya menghafal dari bantuan radio dan tentunya dari peranan orang tuanya. Tentunya pun dibantu oleh gurunya yang bernama Syaikh Mizan melalui Qur’an Nobel, qur’an breile maksudnya. Orang tuanya pun memperdengarkan bacaan qur’an untuk anak ini per harinya. Anak ini menghafal per hatinya 1/2 halaman.

    “Bagaimana pendapatmu, Nak, dengan orang-orang yang menganggap menghafal al-Qur’an itu susah?” dialog dimulai.

    “Tidak ada yang sulit. Sesungguhnya Alloh berfirman, (artinya) ” Dan sesungguhnya telah Kami mudahkan Al-Quran untuk pelajaran, maka adakah orang yang mengambil pelajaran? (QS. Qomar: 17)”,” jawab anak ini.

    “Apakah kamu bersedih karena tidak bisa melihat?” Ia kembali ditanya.

    “Tidak. Meskipun Alloh mengambil penglihatan saya, tapi Alloh memberikan saya visi (kepercayaan dalam hidup),” ia menjawab dengan lembut.

    “Apa yang kamu harapkan ke depannya?” ujung pertanyaan.

    “Saya mau menjadi Imam Masjid Haramain!” ia menjawab dengan yakin.

Khatam Al Quran 5 Kali Sehari

Khatam Al Quran 5 Kali Sehari
Sekolah Penghafal Al Quran -  Secara logika pernyataan ini mungkin akan menjadi suatu impossible mission (suatu hal yg tak mungkin). Kenapa ? Karena khatam Al quran itu artinya menamatkan membaca Al quran. Bayangkan bisa menamatkan  Al Quran yang terdiri atas 30 Juz dan 114 surat atau lebih kurang 6666 ayat, 5 x sehari ? Satu kali  sehari saja mungkin seseorang  takkan bisa.

Saya coba menerapkan baca Al Quran 2 kali sehari ba’da Maghrib dan sebelum atau sesudah subuh, lebih kurang setengah jam perkalinya, paling saya tamat setelah 6 bulan termasuk baca terjemahannya, tanpa baca terjemahan saya cuma mampu 3 bulan sekali khatam Al Quran. Saya coba tingkatkan lagi paling 1 kali  dalam sebulan yaitu pada bulan Ramadhan dengan meningkatkan kapasitas baca 2 - 4 kali sehari, tanpa membaca terjemahannya.

Namun dalam kehidupan ini, untuk melakukan sesuatu secara berhasil dengan baik kita harus mengetahui kiatnya, termasuk juga dalam menjalankan ibadah. Tuhan selalu menciptakan kemudahan bagi makhluknya, Cuma kadang kemudahan itu adalah untuk jangka panjang dan kita malas mengambil kemudahan itu, karena manfaatnya adalah untuk kepentingan akhirat kelak, bukan untuk kepentingan duniawi semata.

Al Quran menurut Surat Al Baqarah ayat 2    :

Inilah Kitab (Al Quran) Yang tiada keraguan didalamnya, Suatu petunjuk  bagi mereka  yg taqwa (kepada Tuhan).

 Bagi mereka yg taqwa Tuhan menciptakan kemudahan atau memberikan petunjuk bagaimana caranya supaya bisa khatam Al Quran dengan cepat. Satu surat atau  satu ayat dalam Al Quran mempunyai fadhilah-fadhilah tertentu. Salah satunya adalah Surat Al Ikhlas, Surat ke 112. Surat yang terdiri dari 4 ayat ini yaitu  :

1.       Katakanlah, Ialah Allah Yang Maha Esa,

2.       Allah Yang Kekal Tempat Meminta.

3.       “Tiada Ia beranak dan tiada Ia diperanakan.

4.       Tiada seorangpun yang sama dengan-Nya,”

bila kita baca satu kali ia mempunyai fadhilah sama dengan membaca sepertiga Al Quran.

Jadi bila seseorang mau membaca surat Al Ikhlas ini tiga kali maka sama artinya ia telah khatam Al  Quran. Nah bila setiap selesai solat wajib, kita membaca Suart Al Ikhlas 3 kali, berarti kita berhasil mengkhatam Al Quran 5 kali sehari.

Pekerjaan sederhana , yang bila dilaksanakan secara ikhlas karena Allah lillahi ta’ala akan memberi kita pahala yang besar. Bila dilakukan secara rutin berarti dalam setahun kita akan berhasil khatam Al Qura  5 x 30 (hari) x 12(bulan) = 1.800 kali. Subhanallah. Mahasuci Allah dengan segala Firmannya.

15 Menit Saja untuk Khatam Membaca Al Qur’an 1 Bulan


15 Menit Saja untuk Khatam Membaca Al Qur’an 1 BulanSekolah Pengahafal Al Quran - Kumulai cerita ku berawal dari obroan dengan mamahku sepulang kuliah subuh di bulan ramadhan, mamahku bilang bahwa pa haji yang umurnya 50 tahun lebih dia bisa mengkhatamkan al-Quran dalam satu tahun mencapai 40 kali, subhanalloh, itu artinya dalam satu bulan dia mengkhatamkan al-quran antara 3- 4 kali.

Disini saya berfikir seseorang yang udah berumur 50 tahun bisa menghatamkan sebanyak itu trus kita yang muda bisa mengkhatamkan berapa kali, klo beralasan yang muda sibuk bekerja mari kita telaah sedikit.  Saya jadi teringat ketika saya masih aktif mengaji di suatu lembaga kursus baca quran, kata ustadnya seseorang yang lancar membaca al quran bisa menyelesaikan 1 lembar yang terdiri dalam 2 halaman itu dalam waktu 5-7 menit.

Saya jadi berfikir kembali ketika saya analisis 1 juz Al quran itu memiliki antara 8 – 10 lembar jadi jika kita anggap saja 10 lembar untuk 1 juz quran maka ketika kita menyediakan waktu 15 menit saja setelah selesai sholat fardu sedang sholat fardu itu 5 kali maka 10 halaman bisa kita baca, artinya ketika kita menyediakan waktu 15 menit saja buat baca al quran setelah slesai sholat fardu maka setelah sholat isya bisa menyelesaikan 1 juz quran nah jika 1 hari bisa menyelesaikan 1 juz quran maka 1 bulan kita bisa khatam alquran karena al quran terdiri atas 30 juz untuk 30 hari.

Jadi bisa khan kita menyediakan waktu 15 menit saja buat baca quran setelah selesai sholat fardu agar kita bisa menghatamkan al quran 1 bulan sekali sehingga 1 tahun bisa khatam minimal 12 kali.

Mungkin ini terlalu perhitungan dalam membaca al quran karena seharusnya kita memahami alquran tidak hanya membaca saja tapi bukan kah setiap huruf dari al quran itu merupakan pahala bagi yang membacanya , berikut adalah beberapa hadist yang bisa dijadikan motifasi dalam membaca al-Quran.

barangsiapa membaca al quran dam mengamalkan apa yg ada didalamnya maka pada hari kiamat allah akan mengenakan pada kedua ortunya mahkota kemulian yg cahayanya lebih bagus dari cahaya matahari dalam rumah-rumah di dunia. Lalu apa dugaan kalian pada orang yang melakukan hal ini(membaca dan mengamalkan al quran)?(Hr abu daud)

orang yang baca quran dan ia mahir dalam mebacanya maka ia akan dikumpulkan bersama malaikat yang mulia sedang orang yang membaca quran dan ia masih terbata-bata dan merasa berat dalam membacanya maka ia mendapat 2 pahala (mutafakalaih)

sesungguhya allah mempunya keluarga yg terdiri dari manusia. Para sahabat bertanya: siapakan mereka ya rosul, ia menjawab:yaitu ahlul quran,mereka adalah keluarga Allah dan orang2 yg istimewa bagi Allah(hr ahmad, an nasai, ibnu majah)

nah jika orang yang baca quran punya banyak pahala lalu akan mendapat kemuliaan dan disebut keluarga allah maka masih kah kita melewatkan 1 hari saja tanpa membaca alquran. Sedang jika 15 menit saja kita baca setelah selesai sholat fardu maka 1 bulan kita bisa khatam al-quran. Selamat mencoba.

Aku Ingin Membaca Al-quran untuk Ibuku


Aku Ingin Membaca Al-quran untuk IbukuSekolah Penghafal Al Quran - Ahmed berumur 11 tahun ketika ibunya mengantarkannya pertama kali ke tempat kursus membaca Al-quran. Aku menjelaskan ke Ahmed bahwa aku lebih mengutamakan murid, terlebih murid laki-laki untuk memulai bacaan pada usia dini. Akan tetapi Ahmed berkata bahwa sudah menjadi mimpi ibunya untuk mendengarkan bacaan Al-quran darinya. Jadi, aku jadikan ia seorang murid.

Aku sudah berpikir di awal ketika Ahmed memulai bacaan di saat pelajaranya bahwa ia kurang berusaha. Sebanyak yang ia coba ia keliatan kurang menjiwai bacaannya dan gagal mengenal alfabet (huruf). Namun ia dengan patuh membaca Al-quran sebagaimana yang aku tugaskan ke murid lainnya. Sebulan lebih ia mencoba dan mencoba sambil aku mendengarnya dan merasa malu dan berusaha menyemangatinya. Setiap akhir minggu dia selalu berkata, “suatu hari ibuku akan mendengar aku membaca”. Akan tetapi kelihatannya tidak ada harapan, dia tidak memiliki bakat dari lahir.

Aku hanya mengenal ibunya dari jarak jauh ketika ia mengantar Ahmed atau disaat menunggu di mobil tuanya untuk menjemput Ahmed. Dia selalu melambai dan tersenyum tapi tak pernah mampir.

Suatu hari ahmed berhenti menghadiri kelas. Aku berpikir untuk menelponnya tetapi aku berasumsi karena ketidakmampuannya dalam belajar ia memutuskan untuk melakukan hal lain. Aku juga senang ia berhenti datang. Dia menjadi contoh jelek dalam pengajaranku.

Beberapa minggu kemudian aku mengirim selebaran ke rumah-rumah siswa tentang pertunjukkan yang bakal diadakan. Sungguh mengejutkan bagiku Ahmed menerima selebaran tersebut dan memintaku agar ia dapat mengikuti pertunjukkan tersebut. Aku katakan padanya bahwa pertunjukkan ini untuk murid-murid yang sedang belajar saat ini, karena ia sudah tidak menghadiri kelas maka ia tidak memenuhi syarat. Ahmed mengatakan bahwa ibunya sakit dan tidak dapat mengantarnya ke kelas tapi ia tetap melatih bacaannya. “buk, … aku harus ikut dalam pertunjukkan (membaca Al-quran)! Ahmed bersikeras. Aku tidak tahu apa yang membuatku membiarkan dia untuk ikut dalam pertunjukan. Mungkin ketekunannya atau sesuatu dalam diriku yang mengatakan tidak akan terjadi apa-apa.

Malam pertunjukan tiba. Gedung olah raga dipenuhi oleh orang tua teman dan keluarga. Aku meletakkan Ahmed di akhir acara sebelum aku maju untuk mengucapkan terima kasih kepada semua siswa dan mengakhiri acara. Aku pikir kalaupun ada kesalahan yang dilakukan Ahmed pada akhir acara aku bisa menyelamatkan kekurangannya melalui “tirai”

Pertunjukan berlangsung tanpa masalah. Siswa-siswa kelihatan telah lama latihan. Kemudian Ahmed menuju panggung. Bajunya kusut dan rambutnya keliatan seperti ia terburu-buru ketika menuju ke pertunjukkan. “kenapa ia tidak memakai baju seperti siswa lain?. Aku berpikir. “mengapa ibunya tidak menyisir rambut Ahmed setidaknya untuk malam yang spesial ini?”

Ahmed memulai! Aku terkejut ketika ia mengumumkan untuk membaca surat Al-kahf. Aku tidak siap untuk mendengarnya. Suaranya ringan dan lembut. Bacaannya sempurna! Aku tak pernah mendengar bacaan sebagus itu dibawakan oleh anak seumuran dia. Setelah 6.30 menit ia mengakhiri.

Merasa teratasi dan dalam keadaan berair mata aku berlari ke panggung dan memeluk Ahmed dengan gembira.” Aku tak pernah mendengar seperti bacaanmu, Ahmed! Bagaimana bisa kamu melakukannya?” melalui mikrofon Ahmed menjelaskan: “wahai guru, ingatkah ketika aku mengatakan ibuku sedang sakit? Sebenarnya ia terkena kanker dan meninggal tadi pagi. Dan ibuku terlahir dalam keadaan tuli, jadi malam ini adalah kali pertama ibuku mendengar bacaanku. Aku ingin menjadikan ini spesial”

Tidak ada yang tidak menangis pada malam itu. Disaat petugas dinas sosial memandu Ahmed dari panggung untuk di tempatkan di panti asuhan, aku memperhatikan bahkan mata mereka pun merah dan kembung dan aku berpikir betapa hidupku telah bertambah kaya karena menjadikan Ahmed sebagai muridku.

Dia adalah guru dan aku adalah murid. Karena ia mengajarkan aku arti ketekunan dan cinta dan mempercayai diri sendiri, dan bahkan mengambil kesempatan seseorang dan kamu kamu tak pernah tahu mengapa.

Cerita ini saya terjemahkan dari kisah asli yang tertulis dalam bahasa inggris. Sumber asli bisa di akses disini :

http://blog.al-habib.info/2012/05/i-want-to-recite-quran-to-my-mom-a-moving-story.html

Agar Bacaan Al-Qur’an Kita Seperti Bacaan Rasulullah saw

Sekolah Penghafal Al Quran - Sebagaimana kita ketahui, ibn Mas’ud adalah salah satu periwayat qira’ah dan satu-satunya sahabat yang Rasulullah ingin mendengar bacaan Al-Qur’an darinya. Beliau juga satu-satunya pemuda yang berani membacakan surat Ar-Rahman di tengah-tengah kaum kafir Quraisy yang sedang berkumpul di sekitar Ka’bah hingga akhirnya babak belur dipukuli tanpa ada yang bisa menolong.

Jika ibn Mas’ud berkomentar demikian, kira-kira kesalahan apakah yang telah dilakukan oleh lelaki tersebut? Kesalahan fatalkah hingga merusak makna dan maksud ayat? Ternyata tidak. Ternyata, kesalahan bacaannya tergolong kesalahan yang ringan dan tidak sampai mengubah makna dan maksud ayat. Saat membaca kata al-fuqara` “الفقراء” di ayat 60 dari surah At-Taubah, lelaki itu kurang dalam memanjangkan bunyi huruf ra`. Sebenarnya ia telah membaca dengan memanjangkan bacaan huruf tersebut. Bukan membaca dengan pendek. Sehingga lelaki yang tidak disebut namanya itu tidak melakukan kesalahan fatal, karena makna yang dihasilkan dari bacaannya tetap sama dengan saat dibaca dengan benar yakni memanjangkan bacaan huruf ra` lebih dari kadar biasanya. Lalu, jika bacaan yang tidak mengubah makna saja dinafikan oleh seorang sahabat Nabi yang nota bene menjadi rujukan dalam membaca Al-Qur`an ini, bagaimana sekiranya bacaan yang dihasilkan seorang pembaca Al-Qur`an ternyata menyimpang dari makna yang diinginkan oleh Allah ‘Azza wa Jalla? Tentu, kesalahan yang tergolong fatal tidak selaiknya ada pada seorang pembaca Al-Qur`an.

Untuk menjaga keshahihan dan kefasihan membaca Al-Qur`an, Allah ‘Azza wa Jalla memberikan rambu-rambu yang Dia tuangkan dalam firman-Nya, “Dan bacalah Al-Qur`an dengan setartil mungkin.” (QS. Al-Muzzammil: 4). Bacaan dengan tartil itulah yang diajarkan oleh Rasulullah saw. kepada para sahabat beliau Radhiyallahu ‘Anhum sebagaimana beliau belajar langsung kepada Jibril ‘Alaihis Salam. Bacaan itu pula yang secara turun temurun dari seorang guru ke murid-muridnya hingga sampailah kepada kita.

Apa yang dimaksud dengan tartil pada ayat tersebut? Ali ra. mendefinisikan, “Tartil adalah mentajwidi (membaguskan) huruf dan mengetahui seluk beluk waqaf (menghentikan bacaan).” Dalam definisi Ali bin Abi Thalib di atas terdapat dua pokok pikiran yang akan menyelamatkan bacaan Al-Qur`an. Yaitu: mentajwidi huruf dan mengetahui seluk beluk waqaf (menghentikan bacaan). Dengan dua hal ini, insya Allah bacaan seseorang akan seperti bacaan para sahabat Radhiyallahu ‘Anhum di masa Rasulullah saw.

Ustadz Hartanto Saryono dalam berbagai ceramah dan tulisannya menjabarkan tentang definisi ini;
Pertama, mentajwidi huruf. Mentajwidi huruf berarti membenahi setiap huruf yang diucapkan pembaca Al-Qur`an. Pembenahan bacaan Al-Qur`an ini semestinya dilakukan secara menyeluruh dimulai dari pengucapan masing-masing hurufnya hingga pada ketentuan-ketentuan bacaan yang biasa dibahas dalam ilmu tajwid.Hal ini sangat prinsip dan sangat urgen karena tatkala seorang pembaca mengucapkan suatu huruf namun tertukar huruf lainnya berarti mengubah arti atau bahkan bacaannya tidak memiliki makna. Di kalangan orang yang tidak berbahasa Arab seperti kita, kesalahan-kesalahan yang dikategorikan sebagai kesalahan berat dan fatal ini sering kali terjadi, baik karena disengaja maupun tidak disengaja. Bacaan yang disengaja timbul karena menyepelekan pembenahan bacaan sehingga muncul anggapan bahwa huruf yang mereka ucapkan sama dengan huruf Arab. Padahal pengucapan huruf-huruf latin lebih sering hanya memiliki kemiripan pengucapan tetapi tidak sama.

Misalnya, kita yang berbahasa Indonesia sering menganggap bahwa pengucapan huruf ta’ sama dengan huruf ‘T’ dalam bahasa Indonesia. Padahal jelas berbeda. Huruf ta’ memiliki sifat hams yang pengucapannya harus diiringi dengan sedikit hembusan nafas. Selain itu, posisi lidah ketika mengucapkannya, bukannya di antara dua gigi seperti ketika kita mengucap huruf ‘T’, melainkan ujung lidah bertemu gusi atas. Kesalahan-kesalahan seperti ini sering terjadi karena kurangnya kepekaan kita dalam mengoreksi bacaan kita sendiri, dan sulit sekali diperbaiki. Contoh lain, ketika mengucap huruf dal, kita biasanya menganggapnya sama dengan huruf ‘D’. Padahal jika kita mau jujur dan mengoreksi, posisi lidah ketika mengucap ‘D’ justru ada di posisi huruf nun. Sayangnya, kita terlalu gengsi untuk mengakui kesalahan. Jika dikoreksi, yang terjadi justru -misalnya- balasan komentar, “mbak bisa ngucapin dal dengan benar karena mbak kan orang jawa.” Bikin speechless -_-

Sedangkan bacaan yang tidak disengaja terjadi karena memang murni salah ucap. Seorang pembaca ingin mengucapkan suatu huruf, namun yang terucap ternyata huruf lainnya. Kesalahan semacam ini sebenarnya maklum saja adanya, karena tidak mungkin seseorang selalu benar ketika membaca Al-Qur’an. Namun tetap akan menjadi fatal ketika kita mengabaikannya. Mungkin diawal kita akan berpikir, “ah, hanya satu huruf ini,” dan tetap melanjutkan bacaan karena mengejar target mutaba’ah yang belum terpenuhi. Akhirnya, lama-lama kita mulai hilang kepekaan dan makin tidak sadar ketika melakukan kesalahan serupa.

Maka, mengatasi kesalahan mentajwidi huruf ini memerlukan kejujuran dan kepekaan terhadap bacaan kita sendiri. Saya seringkali mengatakan, ketika membaca Al-Qur’an selalu curigalah pada diri kita. Sudah benarkah pengucapan hurufnya? Sudah tepatkah panjang dan pendeknya? Konsistenkah? Atau justru terbalik antara mad asli dan mad wajib? Dengan begitu sesungguhnya, membaca Al-Qur’an bisa melatih diri kita untuk bersikap jujur. Karena ketika kita tilawah sendiri di rumah, tak ada yang akan mengoreksi.

Kedua, Mengetahui di mana harus menghentikan bacaan Al-Qur`an dan dari mana memulainya kembali. Masalah waqaf (menghentikan bacaan) menjadi penyempurna bacaan Al-Qur`an. Dengan memperhatikan tempat yang tepat untuk menghentikan bacaan dan memulai kembali bacaan tersebut akan menghasilkan bacaan yang bermakna benar. Salah dalam menghentikan atau memulai bacaan berarti berakibat berubahnya makna ayat.

Di sini ada masalah baru. Dari mana kita tahu bahwa waqaf yang diambil sudah benar? Harus dari mana mengulang bacaan agar makna ayat tidak berubah? Menurut saya, tidak ada pilihan lain kecuali kemampuan memahami bahasa Arab.
Saya tidak mengatakan kita harus memahami bahasa Arab berikut nahwu, sharaf, hingga balaghahnya. Kemampuan bahasa Arab dasar menurut saya sudah cukup. Seringkali -misalnya- ketika seseorang menghentikan bacaan di kata  لِنْتَ لَهُمْ (Ali Imran 159) lantas mengulangnya dengan cara seperti. .تَ لَهُمْ وَلَوْ كُنْتَ فَظًّا… Padahal mestinya bisa saja langsung meneruskan bacaannya tanpa harus mengulang kembali. Atau jika akan mengulang mestinya bukan dari huruf ta’ melainkan dari awal katanya.

Kesalahan-kesalahan seperti ini tidak akan disadari jika sang pembaca tidak memiliki kemampuan bahasa Arab, atau minimal dzauqul lughah (rasa bahasa). Setidaknya, cobalah untuk mempelajari kosakata-kosakata dasar dalam bahasa Arab. Akan lebih baik jika memang diseriusi hingga mahir benar. Sehingga ketika membaca Al-Qur’an tidak akan terjadi lagi salah tempat waqaf.

Guna menjaga kemurnian dan keaslian bacaan Al-Qur`an ini para ulama telah sepakat bahwa membaca Al-Qur`an dengan tajwid adalah wajib . Dalam Manzhumah Al-Muqaddimah, Imam Ibnul Jazari menegaskan,
“Membaca Al-Qur`an dengan tajwid adalah wajib. Berdosalah orang yang tidak membaca Al-Qur`an dengan tajwid karena dengannya Allah menurunkannya, demikianlah dari-Nya hingga sampai ke kita.”

The last but not least, sesekali carilah orang yang mau untuk mengoreksi bacaan kita. Lebih baik jika orang tersebut memang sudah teruji kualitas bacaannya. Dengan demikian, minimal kita akan tahu kesalahan apa yang paling sering kita lakukan sehingga kita tahu bagian mana dari hukum tajwid yang perlu kita benahi.

Sumber : lifestyle.kompasiana.com

Budayakan Membaca dan Menghafal Al-Qur’an untuk Bekal Hidup Kita

Sekolah Penghafal Al Quran - Selesai sudah acara Wisuda Akbar Indonesia Menghafal Al-Qur’an yang diselenggarakan oleh Pondok Program Pembibitan Penghafal Al-qur’an (PPPA) Yayasan Daarul Qur’an Pimpinan Ustadz Yusuf Mansyur yang diselenggarakan di Stadion GBK Jakarta (30/03)

Acara yang juga dihadiri oleh Imam Dua Masjidil Haram Makkah-Madinah, Arab Saudi Syaikh Saad bin Sa’id Al-Ghamidi serta sejumlah tokoh Muslim dunia , seperti Direktur Lembaga Daarul Qur’an wal Sunnah Gaza, Palestina Syaikh Abdul Jamal Yusuf, Imam Besar Masjid Al-Amin Beirut, Lebanon DR Amin Kurdi, Kementerian Agama dan Wakaf Qatar Syaikh Thoriq, Presiden Organisasi Tahsin Qur’an Internasional DR Abdullah bin Ali Bashfar (Arab Saudi), dan DR Kholid (Lebanon).

Wisuda Akbar Indonesia Menghafal Al-qur’an diramaikan oleh puluhan ribu peserta dari berbagai daerah se-Indonesia dengan melakukan parade dalam kafilah sesuai dengan provinsi asal masing-masing peserta sekaligus mencatatkan diri dalam rekor MURI dalam jumlah penghafal Al-Qur’an dengan No. 5888/R.MURI/III/2013 sebagai “rekor wisuda akbar penghafal surat pilihan Al-qur’an oleh peserta yang terbanyak”

Semoga dengan acara ini membuat kita lebih terpacu untuk selalu menyediakan waktu dalam hidup kita selepas sholat atau dalam perjalanan untuk membaca dan menghafal ayat-ayat Al-qur’an sebagai bekal kita untuk dihari akhir nanti serta menjadikan diri kita selalu hidup dalam irama Al-Qur’an sehingga ketika terhindar dari segala keinginan keingan untuk menyakiti orang lain tetapi timbul semangat untuk melakukan hidup yang lebih baik dengan bekal ayat-ayat Al-Qur’an.

Sumber : edukasi.kompasiana.com

Fasih Membaca Al-Qur’an Sebagai Prasyarat Kepemimpinan


Fasih Membaca Al-Qur’an Sebagai Prasyarat KepemimpinanSekolah Penghafal Al Quran - Membaca merupakan proses untuk memahami dan menentukan sebuah eksistensi. Ia menjadi pembuka untuk memahami segala bentuk pengetahuan, baik pengetahuan di langit (tentang Allah) dan di bumi (sunnatullah). Dari membaca pula, eksistensi kepemimpinan ditentukan. Itulah yang tergambar dari pewahyuan pertama Al-Quran kepada Nabi Muhammad melalui perintah membaca (iqra’).

Dengan membaca, Nabi Muhammad eksis sebagai seorang Nabi. Ini membuktikan bahwa eksistensi seorang pemimpin, bahkan seorang Nabi, ditentukan oleh kemampuannya dalam membaca. Itulah sebabnya Malaikat Jibril “memaksa” Nabi Muhammad untuk membaca atas nama Allah, ketika Nabi Muhammad mengaku tidak bisa membaca (ma ana bi qari’). Berangkat dari deskripsi ini, maka kehadiran seorang pemimpin tidak bisa dilepaskan dari kemampuannya membaca ayat-ayat Allah.

Kemampuan membaca dengan baik, akan mengantarkan seseorang untuk memahaminya secara baik pula. Begitu dengan Al-Quran. Untuk memahami Al-Quran secara baik, kita harus bisa membacanya secara baik (fasih) pula. Tanpa pembacaan yang fasih, maka pemahaman kita tidak akan baik pula.


Fasih di sini terkait dengan cara membaca yang sesuai dengan gramatikal Al-Quran (tajwid). Ketika pembacaan terhadap Al-Quran menyalahi gramatikalnya, dengan sendirinya pemaknaan dan pemahaman terhadap ayat akan menyimpang pula.

Membaca dengan Lisan dan Perbuatan

Membaca tidak hanya identik dengan melafalkan secara lisan. Namun juga mencerminkan pemahaman kita pada apa yang kita baca. Orang yang mengerti makna di balik lafal, akan membacanya sesuai gramatikal (tajwid) Al-Quran. Sebaliknya orang yang tidak memahami makna dibalik lafal Al-Quran akan lebih mengedepankan kesyahduan irama pembacaan daripada penyampaian makna di balik yang dibacanya. Itulah sebabnya, perlu diimbangkan antara kefasihan membaca Al-Quran dan memahaminya.

Tradisi membaca Al-Quran merupakan tanggungjawab seluruh umat Islam di semua level kehidupan, termasuk para pemimpin yang tanggungjawabnya tidak hanya pada rakyat (horizontal), tapi juga pada Allah (vertikal). Berangkat dari asumsi ini, maka membaca Al-Quran bagi para pemimpin merupakan keniscayaan di tengah warga masyarakat yang mayoritas muslim. Apalagi secara konstitusi para pemeluk agama dituntut untuk mengamalkan ajaran agamanya secara baik. Dan membaca Al-Quran merupakan salah satu ajaran Islam yang dianjurkan bagi para pemeluknya.

Secara formal upaya ke arah tersebut sudah dilaksanakan di beberapa daerah, di antaranya di Nanggroe Aceh Darussalam, misalnya para calon Gubernur, Bupati, Walikota lebih dulu ditest kefasihan membaca Al-Qur’an sebelum tampil dalam Pilkada. Walaupun hal tersebut merupakan prasyarat formal, namun secara simbolik, pembacaan Al-Quran secara fasih dapat menjadi salah satu cermin dari kemampuan seseorang mengejawantahkan nilai-nilai yang terkandung di dalam Al-Quran dalam bentuk sikap dan perilaku yang mulia. Paling tidak, kalau seseorang merasa fasih membaca Al-Quran, maka dengan sendirinya ia akan merasa terikat dengan apa yang dibacanya.

Dengan demikian, harus ada pemaknaan ulang bahwa fasih membaca Al-Quran tidak hanya dalam artian simbolik (melafalkan ayat sesuai kaidah tajwid dengan irama yang indah), namun juga tercermin dalam bentuk sikap dan perilaku yang fasih (baik) pula. Tradisi membaca Al-Quran dengan fasih merupakan tahap awal menuju pemahaman terhadap Al-Quran secara baik dan mendalam.

Di samping itu, karena Al-Quran tidak hanya mengandung makna dan pengetahuan yang maha luas, namun juga mengandung amal ibadah dalam membaca dan mendengarnya, maka mentradisikan membaca Al-Quran secara fasih di kalangan pemimpin dapat mempertebal amal ibadah yang dapat menjaga sikap dan perilakunya dari kehendak yang menyimpang.

Membaca Mendatangkan Rahmat

Membaca Al-Quran tidak hanya mengikat pembacanya, namun juga para pendengarnya. Ada manfaat yang diperoleh baik oleh yang membaca maupun yang mendengarnya.

وَإِذَا قُرِئَ الْقُرْآنُ فَاسْتَمِعُواْ لَهُ وَأَنصِتُواْ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ

Dan apabila dibacakan Al- Qur’an, maka dengarkanlah baik-baik, dan perhatikanlah dengan tenang agar kamu mendapat rahmat.

(QS Al-A’raf: 204)

Secara sosiologis ayat tersebut mengajarkan kita tentang pentingnya membaca dan mendengar. Tradisi membaca dan mendengar sejatinya dapat mendorong para pemimpin untuk arif sekaligus sensitif atas aspirasi rakyatnya. Cara mendengarkan yang baik adalah dengan cara mendekatkan diri pada rakyatnya.

Walaupun negara ini tidak berdasarkan pada agama Islam, namun sebagai negara yang mayoritas muslim, maka seharusnya seluruh komponen umat Islam baik yang ada di jajaran pemerintahan, swasta, maupun lainnya bisa membaca Al-Quran dengan fasih. Hal ini karena kandungan manfaat yang luar biasa dari membaca Al-Quran. Kalaupun pada kenyataannya belum maksimal, maka inilah agenda kita bersama untuk memasyarakatkan tradisi membaca Al-Quran khususnya di lingkungan eksekutif yang bersentuhan langsung dengan kehidupan masyarakat.

Kemampuan para pemimpin dalam membaca Al-Quran secara fasih dapat menjadi nilai tambah bagi dirinya bahkan bagi masyarakat yang dipimpinnya. Pemimpin yang fasih membaca Al-Quran dengan sendirinya akan mendapatkan tempat khusus di mata masyarakatnya karena Al-Quran identik dengan moralitas dan kesucian jiwa.

Memang membiasakan membaca Al-Quran di kalangan pemimpin (pejabat) bukan pekerjaan mudah. Alih-alih membiasakan membaca Al-Quran, tradisi membaca di kalangan masyarakat secara umum di negeri ini tergolong masih rendah. Untuk itu, sedari dini tradisi membaca Al-Quran secara fasih harus dikembangkan secara simultan bersamaan dengan pengembangan membaca yang dikembangkan oleh pemerintah untuk masyarakat secara keseluruhan.

Sejatinya bacaan yang indah dapat mengantarkan seseorang pada pemahaman yang indah pula. Namun sampai saat ini hal tersebut belum berjalan berkelindan. Bacaan yang indah hanya berhenti pada irama, tanpa makna yang tercermin dalam sikap dan karya nyata. Untuk itu, mari kita tingkatkan upaya dan perjuangan kita untuk menghidupkan Al-Quran baik pada lisah maupun perbuatan, apalagi di tengah arus globalisasi dan konsumerisme yang tiada henti menggoda selera kita. Kita harus bisa mengimbanginya dengan menghidupkan Al-Quran baik sebagai bacaan maupun sebagai mukjizat yang di dalamnya terkandung banyak makna. Kemukjizatan dan kemuliaan Al-Quran ditentukan oleh sejauhmana para pemeluknya mengejawantahkan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya dalam kehidupan sehari-hari. Selama hal tersebut belum tercapai, maka Al-Quran tak lebih seperti bahan bacaan biasa lainnya.

Untuk itu, kita harus mengembalikan Al-Quran sebagai bahan bacaan mulia dan memuliakan para pembaca dan pendengarnya. Bisa dibayangkan seandainya di tengah krisis multidimensi yang mendera negeri ini, para pemimpin kita mau dan mampu membaca Al-Quran dengan fasih tentu Allah akan menurunkan rahmat-Nya seperti yang dijanjikan ayat di atas. Apalagi Al-Quran merupakan petunjuk paripurna bagi beragam problem yang mendera umat manusia.

(Disampaikan pada Rapat Kerja Nasional XIII Lembaga Pengembangan Tilawatil Qur’an (LPTQ), Bone, Sulawesi Selatan, 20 Desember 2006)