Sepucuk Cita Sang Hafidz

Oleh: Dian Risqiani. Santri Rijalul Qur'an ******** “Nang, sudah latihan belum buat lomba besok? tanya Ibu sembari tersenyum. Aku membalasnya dengan senyum lugu, Belum, Bu. Hehe... Aku memang belum mempersiapkannya secara matang. Padahal Lomba tahfidz 30 Juz se-Jawa Tengah akan diadakan besok pagi. Ya sudah. Ayo sekarang latihan sama Ibu. Ibu simak, ya... kata Ibu antusias, lalu beliau membuka lembaran mushaf al-quran yang sedari tadi dipegannya.
Aku menunggu Ibu melantunkan ayat al-quran sembari menatap wajah beliau yang meneduhkan. Jarang sekali beliau mengenakan baju yang serba putih seperti saat ini, Ibu terlihat sangat cantik. Tak berapa lama, nampaknya Ibu telah menemukan ayat yang harus kulanjutkan. Lalu Ibu membacakan Q.S. Luqman: 13. Aku mendengarkannya dengan seksama. Kemudian aku melanjutkan ayat yang Ibu bacakan. Sebelum aku menyelesaikan Q.S. Luqman:14 hingga akhir, ada seseorang yang menepuk-nepuk pundakku dan sedikit menggoyang-goyang lenganku. Samar-samar aku mendengar suara yang tak asing bagiku, Mas Ahmad, bangun Mas. Kubuka mataku perlahan, Astaghfirullah, ternyata aku bermimpi. Aku melihat Ibu terbaring lemah di depanku dengan banyak selang yang terhubung pada tubuhnya, serta Nisa yang berdiri di sampingku. Mas Ahmad ngelindur, po? Wong lagi tidur tiba-tiba baca al-quran, tanya Nisa, adikku, yang tadi membangunkanku. Iya, dik, jawabku singkat. Kudekap tubuh Ibu dan kurebahkan kepalaku disampingnya. Kulantunkan Q.S. Luqman: 14 melanjutkan di mimpi tadi. Dadaku sedikit sesak, mataku terasa panas. Tak terasa ujung mataku basah. Segera aku menyekanya. Maafkan aku, Bu. Ini semua karena salahku. Aku kembali memejamkan mata, merenungi kejadian pagi tadi. Aku pulang ke rumah tanpa mengabari keluarga terlebih dahulu, aku sengaja ingin memberikan kejutan pada Ibu dan adikku. Ini adalah tahun ketiga aku nyantri di Sekolah Penghafal Al-quran Rijalul Quran di Karimun Jawa, Jepara. Semenjak lulus dari SMP IT, aku melanjutkan jenjang menengah atasku melalui jalur non-formal. Dua tahun selepas lulus tingkat menengah pertama, aku fokus menyelesaikan hafalan al-quranku. Dan alhamdulillah, bulan lalu aku telah diwisuda sebagai hafidz dari Rijalul Quran. Kepulanganku saat ini karena akan mengikuti lomba tahfidz di Semarang. Aku diizinkan pulang terlebih dahulu oleh pihak Pondok Pesantren, memohon doa restu keluarga dan sekaligus agar nanti bisa menempuh jarak yang lebih dekat menuju lokasi lomba. Ibu sangat senang mendengar kabar dariku. Mau dimasakin apa, Nang? pertanyaan yang sangat sering kudengar dari Ibu saat aku di rumah. Aku berpikir sejenak, Tumis daun singkong ya, Bu, kataku bernada manja. Tumis daun singkong adalah menu kesukaan Bapak sewaktu masih hidup. Dan aku juga menyukai masakan favorit Bapak, apa lagi jika Ibu yang memasak. Yo wis, berarti Ibu ke ladang dulu, metik daun singkong. Kamu istirahat dulu, ya Nang, jelas Ibu. Aku ikut ya, Bu, pintaku sambil beranjak dari tempat duduk dan mengambil karung kecil untuk wadah daun singkong nanti. “Ndak usah, Nang. Kamu istirahat saja, wong habis perjalanan jauh, kata Ibu sambil perlahan mengambil karung dari tanganku. “Ndak apa, Bu. Aku ndak capek. Aku ikut, ya, pintaku lagi memasang senyum termanis. Ibu membalas senyumku. Aku suka melihat senyum Ibu, meneduhkan. Istirahat saja, pinta Ibu sekali lagi. Kali ini Ibu mendudukkan ku dengan lembut, lalu segera keluar rumah meninggalkanku. Ibu, tidak mau merepotkan anaknya. Tak berapa lama setelah Ibu pergi, tiba-tiba adikku berlari terengah-engah menghampiriku, Mas Ahmad, Ibu.... Ibu, telunjuknya mengarah keluar rumah, mengisyaratkan ada sesuatu yang terjadi pada Ibu. Tanpa banyak berpikir, aku segera menghambur keluar menyusul Ibu. Aku begitu terkejut melihat Ibu tergeletak di jalan berlumur darah. Rupanya Ibu ditabrak saat akan menyeberang menuju ladang. Rumah kami memang dekat jalan raya namun berada agak jauh dari warga. Aku segera berlari membawa Ibu ke dalam rumah. Saat itu jalanan sangat sepi, dan aku tak sedikit pun melihat penabrak Ibu. Ia langsung kabur tak bertanggung jawab. Dik Nisa, segera panggil Pak Dhe Aris, kita bawa Ibu ke rumah sakit. Selang berapa menit, Pak Dhe ku datang membawa mobil pick-up. Karena memang itu yang beliau punya. Aku menggendong Ibu ke mobil. Nisa duduk di depan menemani Ibu dan aku di bagian belakang pick-up. Kami segera menuju rumah sakit terdekat. Sesampainya di rumah sakit Ibu segera mendapat penanganan dokter di ruang IGD. Kami menunggu dengan hati cemas. Dik Nisa terus menangis sesenggukan di pelukanku. Ya Allah, selamatkanlah Ibu. Setelah beberapa lama kami menunggu, dokter pun keluar dan menjelaskan kondisi Ibu. Ibu mengalami pendarahan dan luka yang cukup parah di bagian kepala, sehingga perlu segera mendapat transfusi darah. Tanpa berpikir lama Pak Dhe Aris menawarkan diri untuk mendonorkan darahnya, karena beliau memang punya golongan darah yang sama dengan Ibu. Sedangkan aku dan Nisa sama dengan Bapak. Aku dan Nisa kembali menunggu. Tangis Nisa kembali pecah. Aku mendekapnya lebih erat, Tenang, dik. Kita banyak berdoa saja semoga Allah menyelamatkan dan segera menyembuhkan Ibu, kataku berusaha menenangkan. Meski hatiku saat ini tak kalah cemas dengan Nisa. *** Kubuka mataku perlahan. Kulirik jam tangan, pukul 03.00 WIB. Kulihat Nisa telah tertidur di samping kanan Ibu dengan posisi yang mirip denganku, memeluk dan merebahkan kepalanya disamping Ibu. Aku mencium kening Ibu, Ibu cepat sembuh, ya Bu. Sebentar lagi Ahmad mau ikut lomba, doakan Ahmad ya, Bu. Air mata Ibu menetes, lalu tak terasa aku pun ikut menitikkan air mata. Segera kuseka, lalu menggantinya dengan senyum. Semoga Ibu mendengar bisikkanku walaupun mata Ibu terpejam. Aku akan berusaha membahagiakan Ibu. Ibu pernah bilang, kan? Ibu ingin si Nang Ibu ini bisa berguna bagi agama, nusa, dan bangsa. Nggak lama lagi aku akan berusaha mewujudkan keinginan Ibu. Doakan Ahmad, Bu, lirihku. Ibu kembali meneteskan air mata. Aku menyekanya perlahan, kemudian mencium keningnya lagi. Aku beranjak untuk berwudhu dan mendirikan sholat malam. Semoga Allah memudahkan urusan-urusan kami. *** Kini aku telah berdiri di dalam aula sebuah gedung di Kota Semarang. Di bagian depan gedung terpampang MMT besar bertuliskan Selamat Datang para peserta Lomba Tahfidz se-Jawa Tengah. Mobil-mobil berderet rapi di sepanjang area parkir gedung. Banyak peserta dari berbagai ponpes se-provinsi Jawa Tengah di sekitarku. Beberapa diantara mereka datang bersama ustadz dan ustadzah pendamping. Hadir tanpa guru atau keluarga yang mendampingi tak melunturkan semangatku. Panitia lomba telah mengumumkan pada peserta agar segera mempersiapkan diri karena acara akan segera dimulai. Acara pembukaan mengawali perlombaan tahfidz kali ini. Pak Gubernur hadir untuk memberikan sambutan, kemudian perwakilan panitia juga memberikan sambutan sekaligus motivasi bagi para peserta. Pesan yang bisa kutangkap dari beliau adalah sebagai seorang muslim, kita harus senantiasa berlomba-lomba dalam kebaikan. Serangkaian acara pembukaan pun telah usai, kini para peserta diarahkan ke ruang lomba. Para peserta mulai terlihat gelisah, termasuk aku. Tapi aku tetap optimis dan berusaha mengatur nafas setenang mungkin agar tidak gerogi. Tahap demi tahap kami lalaui dalam kompetisi ini. Alhamdulillah aku menjadi salah satu yang terseleksi masuk babak grand final. Kini hanya tersisa 3 peserta dari ratusan peserta. Aku dari Rijalul Quran, Jepara, satu orang dari Kudus bernama Jamil dan satu orang lagi dari Demak bernama Yusuf. Di babak ini jantungku kembali berdetak kencang. Bismillah, mudahkanlah Ya Allah. Dewan juri telah memberi aba-aba pada kami pertanda sebentar lagi babak grand final akan dimulai. Kami bertiga masing-masing mulai fokus pada juri. Yusuf berhasil melanjutkan beberapa ayat yang dibacakan juri dengan lancar. Selanjutya adalah Jamil. Sayang, ia tidak lancar saat melanjutkan ayat yang terakhir. Raut penyesalan tertera di mukanya. Dan yang terakhir adalah aku. Bismillah, lancarkan dan fasihkan Ya Allah, rapalku dalam hati. Alhamdulillah, dua ayat yang dibacakan dewan juri dapat aku lanjutkan dengan lancar. Ini ayat terakhir untuk peserta terakhir. Mohon disimak baik-baik, instruksi salah satu dewan juri kuperhatikan dengan baik. Dewan juri melantunkan Q.S. Luqman:13, aku mulai terngiang suara Ibu seperti dalam mimpiku semalam. Aku harus melanjutkannya persis seperti dalam mimpi. Bibirku agak sulit digerakkan, tiba-tiba mataku panas. Jangan sampai aku kehilangan fokus dalam keadaan seperti ini. Ya Allah, mudahkanlah lidahku dalam melanjutkan ayat ini. Bismillah... Perlahan-lahan aku menggerakkan bibir mencoba mengeluarkan suara, melantunkan Q.S. Luqman: 14. Aku melantunkannya dengan tartil, tidak tergesa-gesa. Kupastikan makhroj dan tajwidnya tidak ada yang keliru. Aku berusaha merenungi ayat itu. Ibu, Ibu yang kini memenuhi pandanganku. Aku hanyut dalam lantunan ayat yang artinya begitu aku suka. Dan Kami perintahkan kepada manusia (agar berbuat baik) kepada kedua orangnya. Ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah. Dan menyapihnya dalam usia dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada kedua orang tuamu. Hanya kepada Aku kembalimu. (Q.S. Luqman: 14). Mataku kembali terasa panas seusai menyelesaikan satu ayat tadi. Tak terasa setitik air telah menetes di pipiku. Aku segera menyekanya, malu dilihat banyak orang. Dewan juri menggerakkan penanya menulis skor untuk ku. Masya Allah, suaramu begitu indah , Nak, kata salah satu juri sembari tersenyum. Aku membalas senyumnya takdzim. Tak berapa lama seusai babak grand final, panitia mengumumkan hasil perlombaan. Jamil menjadi Juara 3. Yusuf menjadi Juara 2, dan alhamdulillah, dengan izinNya aku menjadi Juara 1. Allahu akbar, aku tidak menyangka. Kini piala terbesar dalam lomba ini telah kupegang. Ibu, lihatlah. Dengan doa Ibu, Ahmad bisa membanggakan Ibu dan Nisa, serta bisa mengharumkan nama baik Rijalul Quran.

Ibu, maaf tak ada bunga untukmu...

Oleh: Al Ustadz Budi Ashari, Lc. Dalam silaturahim saya ke salah seorang senior saya, dengan gurau beliau berkata: Ayo, sudah cari kado belum untuk hari ibu? Di grup orang-orang baik yang ada di media sosial pun bermunculan berbagai kreasi gambar tentang kemuliaan seorang ibu dan ujungnya: Selamat Hari Ibu.
Saya baru sadar kalau ini adalah bulan di mana hari ibu diperingati. Dari sejak awal, saya katakan bahwa berbagai peringatan hari tersebut jelas bukan karakter agama Islam ini. Tak hanya hari ibu, ada juga hari ayah, hari tembakau, hari kanker, dan entah hari-hari apa yang akan diusulkan kembali setelah ini. Ini hadir dari kebiasaan sebuah masyarakat yang tidak mampu memenuhi hak seseuatu yang diperingati tersebut. Maka untuk memberikan kepedulian dan perhatian mereka, hari itu diadakan. Silakan baca sejarah hari-hari tersebut. Hari ibu ini contohnya. Hari yang mulai diramaikan di Amerika ini menjadi hari yang diperingati mengingat masyarakat Amerika adalah masyarakat tanpa ikatan kekeluargaan seperti yang kita kenal dalam Islam. Semakin hari semakin renggang, bahkan bisa tidak saling kenal. Kawin cerai semakin membuat rumit hubungan antara anak dan orang tuanya. Tak ada bab birrul walidain dalam kajian etika mereka. Melihat itu semua, nurani mereka mulai terusik. Ibu yang berjasa –setidaknya- mengandung dan melahirkan, harus dihormati jasanya. Bahkan gereja tak sanggup menyuguhkan moral itu. Hingga Anna Jarvis tahun 1908 untuk kali pertama membawa bunga yang dibagikan kepada para jemaat yang ada di gereja tempat dahulu ibunya beribadat. Sebelum ini semua, Julia Ward Howe sudah mengkampanyekan ibu untuk keselamatan di Inggris, dalam rangka menyatukan wanita untuk melawan peperangan yang sedang terjadi. Anna Jarvis memilih waktu Minggu, karena ia ingin menjadi peringatan yang berkekuatan spiritual gereja. Konggres Amerika baru menyepakatinya sebagai hari resmi nasional pada tahun 1914. Tapi tahukah Anda, kalau Anna Jarvis akhirnya menyesal? Hanya 9 tahun setelah diresmikannya hari ibu, Amerika mulai berpesta di setiap hari ibu tiba. Dengan dalih menghormati ibu, mereka hanya memanfaatkannya untuk bisnis dan marketing berbagai hadiah di pasar. Sakralitas gereja telah berubah menjadi ajang marketing pasar. Anna Jarvis menyesal, “Saya berharap bahwa saya tidak memulai hari ini, karena ia telah keluar dari kendalinya.” Anna mengerahkan sisa hidup dan hartanya untuk mengembalikan hari yang telah disesalinya itu. Dengan semua kemarahannya. Tapi tanpa hasil. Bahkan disebutkan bahwa ia ditangkap tahun 1948 gara-gara demo atas keruhnya hari ibu, dia dianggap mengganggu kesalamatan. Maaf, apa istimewanya sejarah hari ibu di atas? Bermula dari pembagian bunga dan hanya berujung pada penjualan bunga. Bermula dari gereja berujung penyesalan. Dan akhirnya penangkapan Maaf, apa istimewanya? Cermatilah semua peringatan yang mereka buat. Tak jauh dari suasana seperti itu. Perlahan tapi pasti, peringatan seperti ini mulai memasuki tubuh muslimin yang tak lagi mempunyai pertahanan kokoh. Termasuk negeri ini. Kita lupa kalau kita ini muslim. Tak memerlukan sebuah hari di mana kita menghormati dan berbakti kepada ibu kita. Karenanya, Maaf ibu Tak ada bunga untukmu Tidak kartu tak pula makanan kesukaanmu Hanya di hari ibu Karena aku sadari sepenuhnya Kaulah segalanya Tempatmu hanya sederajat di bawah Allah dan Rasul-Nya Tiga kali lipat di atas ayah kau lebih mulia Surga ada di bawah telapak kakimu Kau pintu surga anak-anakmu Makhluk yang paling berhak terhadap diriku adalah dirimu Perintah Al-Quran untuk bakti hanya menyebut jasamu Al Adabul Mufrod karya Al Bukhari membuka dengan bab tentangmu Doa ampunan dan kasih sayang selalu terkirimkan untukmu Setelah amal dan dalam sujud panjangku selalu kado doa untukmu Bahkan, Bakti kepadamu tak terhenti setelah tiadamu Untuk mengantar yang terbaik hingga peristirahatan indahmu Untuk semua janji, kewajiban, dan wasiatmu Untuk saudara dan kerabatmu Untuk teman baikmu Karena seluruh hidupku untukmu, Disetiap hela nafasku Sadar, tawaf menggendongmu tak mampu membalas setetes air susumu Dan, Karena bakti tak mengenal hari .....

Felly, putri seorang cleaning service yang mengharumkan semarang

Anak adalah buah hati bagi kedua orang tuanya. Menjadi buah harapan akan sebuah cita dan do'a yang selalu dipanjatkan oleh ayah dan ibundanya. Karena harapan itulah, apapun akan dilakukan oleh orang tua. Segala kebutuhan akan diupayakan. Segala prasyarat akan diusahakan. Begitulah semangat dari pak wawan, yang sehari-hari mencari nafkah sebagai cleaning service di sebuah rumah sakit di kabupaten semarang. Gajinya yang pas-pasan, tidak mengecilkan mimpinya untuk memberikan pendidikan terbaik bagi buah hati. Hafidz Qur'an, adalah sebuah gelar yang ia harapkan tersemat dibelakang nama buah hatinya. Bukan nilai bagus yang pak wawan harapkan, namun akhlak yang baik, hafal al Qur'an, dan faqih perihal agama yang ia harapkan.
Namanya felly (14 tahun), Gadis belia putri pak wawan ini tiga tahun lalu mulai menghafal al qur'an di Pesantren Tahfidz Rijalul Qur'an Semarang. Meski dari keluarga yang bisa dibilang awam soal agama, felly begitu gigih mendalami islam, menghafal ayat demi ayat al qur'an. Alhamdulillah, cukup dengan satu setengah tahun saja, ia khatamkan hafalan al Qur'annya. Prestasi terus ia raih mulai dari tingkat antar pesantren di lingkungan sekitar, sampai tembus di tingkat kota semarang. Semangat felly untuk mengangkat kemuliaan dan kebanggaan orang tuanya terus menderu. Terbaru, dikancah perlombaan bergengsi bagi para pejuang al qur'an di tingkat jawa tengah, felly ikut andil dalam Mutsabaqah Tahfidzul Qur'an (MTQ) bersama dengan ratusan hafidz qur'an lainnya. Alhamdulillah, atas izin Allah felly dapat membawa pulang piala juara 2. Sudah menjadi hal yang wajar, jika orang tua akan membanggakan buah hatinya di depan orang tua lain. Semoga Felly mampu menjadi kebanggaan bagi ayah dan bundanya di dunia dan di akhirat kelak. Menjadi inspirasi bagi keluarga yang lain. Insyaallah... Kini felly sedang menempa dirinya dengan segala bekal yang ia perlukan untuk dapat melanjutkan pendidikannya di timur tengah. Tempat dilahirkannya para ulama kondang di seluruh dunia. Satu hal yang menjadi cita-citanya, dengan ilmu dan al qur'an ia ingin memberikan manfaat sebanyak mungkin bagi masyarakat luas, terkhusus untuk daerah semarang tempat ia dilahirkan dan dibesarkan. Amin YRA.

Ajari anak kita mencintai palestina

_Oleh: Ustadz Nandang Burhanudin_ Anak saya yang kelas 5 SD bertanya, "Bi, mengapa kita harus mencintai Palestina? HAMAS itu yang benar ya bi? Hebat ya, sendirian lawan Israel". Teringat saat usia 6 tahun, ia sudah saya bawa-bawa dalam aksi solidaritas Palestina hingga ke Jakarta.
Dia bangga saat melihat arsip photo, ketika saya gendong di pundak sembari mengibarkan bendera kecil Palestina. Saya kisahkan: - Palestina adalah negeri para nabi. Ibrahim a.s. berhijrah ke Palestina. - Nabi Luth a.s. Allah selamatkan ke Palestina dari adzab yang menimpa kaumnya. - Allah menyebutnya sebagai negeri yang diberkahi. - Nabi Daud a.s. hidup dan membangun mihrab di Palestina. - Sedang Nabi Sulaiman memerintah dunia dari Palestina. - Kisah Nabi Sulaiman bersama pasukan semut, tempatnya berada di Wadi An-Naml yang dekat dengan Asqalan Palestina. - Di Palestina ada Mihrabnya Zakaria. - Nabi Musa a.s. pun memerintahkan kaumnya untuk lari dari Mesir dan memasuki Palestina, negeri yang disucikan dari kemusyrikan. - Di Palestina, Nabi Isa a.s. memaparkan banyak mukjizat bersama ibunda Maryam. Melahirkan tanpa suami, menggoyangkan pohon kurma tak lama setelah melahirkan. - Palestina akan menjadi puncak akhir zaman. - Nabi Isa turun dan membunuh Dajjal di pintu Al-Ludd Palestina. - Palestina adalah padang mashsyar dan mansyar (tempat menyebar seluruh manusia). Ya'juj Ma'juj dibunuh di Palestina. - Sebelumnya peristiwa Thalut dan Jalut di Palestina. "Lalu kita umat Islam, apa hubungannya dengan Palestina bi?" Saya panjang lebar menjawabnya; 1. Palestina adalah negeri di mana kiblat pertama umat Islam berada. Shalat menghadap Baitul Maqdis berlangsung selama 16 bulan, hingga Allah memindahkan arah Kiblat ke Masjidil Haram di Mekah. 2. Peristiwa mukjizat Nabi dengan Isra' Mikraj terjadi di Palestina. Shalat 5 waktu diwajibkan Allah dalam proses Isra Mikraj. 3. Abu Bakar Shiddiq r.a. dan Umar bin Khatthab adalah dua khalifah yang fokus memerdekakan kaum Nasrani Palestina dari kezhaliman Romawi. 4. Allah bersumpah dengan nama Palestina dalam surat At-Tin. Wat-Tiin wazzaituun wa Thurisiiniin. Ibn Abbas menafsirkan, At-Tin adalah: negeri Syam. Zaitun adalah negeri Palestina. Thurisiiniin adalah gunung di Sinai dimana Musa a.s. berdialog dengan Allah Ta'ala. Maka sebagai orangtua, rajin-rajinlah membacakan kisah Palestina kepada anak-anak. Allah Mahatahu, bisa jadi ada di antara anak-anak kita yang kelak menjadi prajurit kemerdekaan Palestina. Seperti pembebasan yang dilakukan Shalahuddin Al-Ayyubi.

Sikap Umar bin khatab ketika terjadi gempa

Suatu kali di Madinah terjadi gempa bumi. Rasulullah SAW lalu meletakkan kedua tangannya di atas tanah dan berkata, "Tenanglah … belum datang saatnya bagimu.'' Lalu, Nabi SAW menoleh ke arah para sahabat dan berkata, "Sesungguhnya Rabb kalian menegur kalian … maka jawablah (buatlah Allah ridha kepada kalian)!" Sepertinya, Umar bin Khattab RA mengingat kejadian itu. Ketika terjadi gempa pada masa kekhalifahannya, ia berkata kepada penduduk Madinah, "Wahai Manusia, apa ini? Alangkah cepatnya apa yang kalian kerjakan (dari maksiat kepada Allah)? Andai kata gempa ini kembali terjadi, aku tak akan bersama kalian lagi!" Seorang dengan ketajaman mata bashirah seperti Umar bin Khattab bisa, merasakan bahwa kemaksiatan yang dilakukan oleh para penduduk Madinah, sepeninggal Rasulullah dan Abu Bakar As-Shiddiq telah mengundang bencana. Umar pun mengingatkan kaum Muslimin agar menjauhi maksiat dan segera kembali kepada Allah. Ia bahkan mengancam akan meninggalkan mereka jika terjadi gempa kembali. Sesungguhnya bencana merupakan ayat-ayat Allah untuk menunjukkan kuasa-Nya, jika manusia tak lagi mau peduli terhadap ayat-ayat Allah. Imam Ibnul Qoyyim dalam kitab Al-Jawab Al-Kafy mengungkapkan, "Dan terkadang Allah menggetarkan bumi dengan guncangan yang dahsyat, menimbulkan rasa takut, khusyuk, rasa ingin kembali dan tunduk kepada Allah, serta meninggalkan kemaksiatan dan penyesalan atas kekeliruan manusia. Di kalangan Salaf, jika terjadi gempa bumi mereka berkata, 'Sesungguhnya Tuhan sedang menegur kalian'.'' Khalifah Umar bin Abdul Aziz juga tak tinggal diam saat terjadi gempa bumi pada masa kepemimpinannya. Ia segera mengirim surat kepada seluruh wali negeri, Amma ba'du, sesungguhnya gempa ini adalah teguran Allah kepada hamba-hamba-Nya, dan saya telah memerintahkan kepada seluruh negeri untuk keluar pada hari tertentu, maka barangsiapa yang memiliki harta hendaklah bersedekah dengannya." "Allah berfirman, 'Sungguh beruntunglah orang yang membersihkan diri (dengan tobat ataupun zakat). Lalu, dia mengingat nama Tuhannya, lalu ia sembahyang." (QS Al-A'laa [87]:14-15).  Lalu katakanlah apa yang diucapkan Adam AS (saat terusir dari surga), 'Ya Rabb kami, sesungguhnya kami menzalimi diri kami dan jika Engkau tak jua ampuni dan menyayangi kami, niscaya kami menjadi orang-orang yang merugi." "Dan katakan (pula) apa yang dikatakan Nuh AS, 'Jika Engkau tak mengampuniku dan merahmatiku, aku sungguh orang yang merugi'. Dan katakanlah doa Yunus AS, 'La ilaha illa anta, Subhanaka, Tiada Tuhan selain Engkau, Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang zalim'." Jika saja kedua Umar  ada bersama kita, mereka tentu akan marah dan menegur dengan keras, karena rentetan "teguran" Allah itu tidak kita hiraukan bahkan cenderung diabaikan. Maka, sebelum Allah menegur kita lebih keras,  inilah saatnya kita menjawab teguran-Nya. Labbaika Ya Allah, kami kembali kepada-Mu. Wallahu a'lam.

Orang cerdas vs orang bodoh

عن ابي يعلى شداد ابن اوس رضي الله عنه قال قال رسول الله ص م الكَيِّسُ مَنْ دَانَ نَفْسَهُ ، وَعَمِلَ لِمَا بعدَ المَوتِ ، والعَاجِزُ مَنْ أتْبَعَ نَفْسَهُ هَواهَا وَتَمنَّى عَلَى اللهِ الاَمَانِيَّ (رواه الترميذي) Artinya: “Orang yang sempurna akalnya ialah yang mengoreksi dirinya dan bersedia beramal sebagai bekal setelah mati. Dan orang yang rendah adalah yang selalu menurutkan hawa nafsunya. Disamping itu, ia mengharapkan berbagai angan-angan kepada Allah.” (HR. Tirmidzi, ia mengatakan bahwa hadits ini hasan). Pelajaran yang terdapat dalam hadits: 1- Sesungguhnya modal utama yg dimiliki seorang hamba di dunia ini adalah *umurnya.* Jika ia gunakan umurnya untuk berbuat baik dan taat kpd Allah, niscaya ia akan meraih keuntungan yg besar dan keselamatan yg abadi di akhirat. Namun jika ia gunakan masa hidupnya di dunia yg fana nan sebentar ini untuk berbuat dosa dan maksiat kpd Allah, maka pasti ia akan mendapat kerugian yg besar serta merasakan kesengsaraan dan kebinasaan yg abadi di alam akhirat kelak. 2- Oleh karena itu, orang yg pandai dan beruntung di dunia dan akhirat ialah siapa saja yg *dapat mengekang dan menundukkan hawa nafsunya,* serta membimbingnya untuk senantiasa memperbanyak amal sholih sebagai bekal perjalanan hidupnya menuju ke alam akhirat yg kekal nan abadi. 3- Artinya orang yg pandai ialah siapa saja yg menundukkan hawa nafsunya dan beramal utk hari setelah kematian (yakni hari akhirat). Sedangkan orang yg lemah (bodoh) ialah siapa saja yg senantiasa mengikuti hawa nafsunya dan banyak berangan-angan kpd Allah (tapi tanpa beramal). 5- Berdasarkan hadits di atas, marilah kita semua *bersungguh-sungguh dlm melakukan amal-amal kebajikan* dan ketaatan kpd Allah, serta *menjauhi segala perbuatan dosa dan maksiat* hingga kematian menjemput kita. Tema hadist yang berkaitan dengan Al-Quran: 1- Sungguh telah beruntung dan bahagia orang yg mensucikan jiwanya dengan *melakukan amal-amal kebaikan dan ketaatan kpd Allah, *mengikuti petunjuk Rasul-Nya,* serta menjauhi apa saja yg dilarang-Nya. Dan sungguh telah merugi sebesar-besarnya siapa saja yg mengotori jiwanya dengan melalaikan kewajiban-kewajibannya kpd Allah, melanggar larangan-laranganNya, serta melumuri jiwanya dengan noda-noda dosa dan maksiat. قَدْ أَفْلَحَ مَنْ زَكَّاهَا وَقَدْ خَابَ مَنْ دَسَّاهَا Artinya: “Sungguh telah beruntung orang yg mensucikan jiwanya. Dan sungguh telah merugi orang yg mengotori jiwanya.” (QS. Asy-Syamsi: 9-10) 2- Bersungguh-sungguh dlm melakukan amal-amal kebajikan dan ketaatan kpd Allah, serta menjauhi segala perbuatan dosa dan maksiat hingga kematian menjemput kita. وَاعْبُدْ رَبَّكَ حَتَّى يَأْتِيَكَ الْيَقِينُ Artinya: “Beribadahlah engkau kepada Tuhan-Mu hingga datang kepadamu kematian.” (QS. Al-Hijr: 99).Lr

Do'anya budak yang selalu dikabulkan Allah

''SEBUAH KISAH YANG BEGITU INDAH YANG MENETESKAN AIR MATA BAGI YANG MEMBACANYA, YANG MENAMBAH KEIMANAN KETIKA MENGAMBIL PELAJARAN DARINYA.'' SETIAP KALI TERINGAT DIA, DUNIA INI TERASA TIDAK ADA HARGANYA! KISAH YANG MENAKJUBKAN... Ibnul Mubarak (tabi'ut tabi'in) -rahimahullah- menceritakan kisahnya: “Saya tiba di Mekkah ketika manusia ditimpa paceklik dan mereka sedang melaksanakan shalat istisqa’ di Masjid Al-Haram. Saya bergabung dengan manusia yang berada di dekat pintu Bani Syaibah. Tiba-tiba muncul seorang budak hitam yang membawa dua potong pakaian yang terbuat dari rami yang salah satunya dia jadikan sebagai sarung dan yang lainnya dia jadikan selendang di pundaknya. Dia mencari tempat yang agak tersembunyi di samping saya. Maka saya mendengarnya berdoa, “Ya Allah, dosa-dosa yang banyak dan perbuatan-perbuatan yang buruk telah membuat wajah hamba-hamba-Mu menjadi suram, dan Engkau telah menahan hujan dari langit sebagai hukuman terhadap hamba-hamba-Mu. Maka aku memohon kepada-Mu wahai Yang Pemaaf yang tidak segera menimpakan adzab, wahai Yang hamba-hamba-Nya tidak mengenalnya kecuali kebaikan, berilah mereka hujan sekarang.” Dia terus mengatakan: “Berilah mereka hujan sekarang.” Hingga langit pun penuh dengan awan dan hujan pun datang dari semua tempat. Dia masih duduk di tempatnya sambil terus bertasbih, sementara saya pun tidak mampu menahan air mata. Ketika dia bangkit meninggalkan tempatnya maka saya mengikutinya hingga saya mengetahui di mana tempat tinggalnya. Lalu saya pergi menemui Fudhail bin Iyyadh (tabi'ut tabi'in) -rahimahullah-. Ketika melihat saya maka dia pun bertanya, “Kenapa saya melihat dirimu nampak sangat sedih?” Saya jawab, “Orang lain telah mendahului kita menuju Allah, maka Dia pun mencukupinya, sedangkan kita tidak.” Dia bertanya, “Apa maksudnya?” Maka saya pun menceritakan kejadian yang baru saja saya saksikan. Mendengar cerita saya, Fudhail bin Iyyadh pun terjatuh karena tidak mampu menahan rasa haru. Lalu dia pun berkata: “Celaka engkau wahai Ibnul Mubarak, bawalah saya menemuinya!” Saya jawab, “Waktu tidak cukup lagi, biarlah saya sendiri yang akan mencari berita tentangnya.” Maka keesokan harinya setelah shalat Shubuh saya pun menuju tempat tinggal budak yang saya lihat kemarin. Ternyata di depan pintu rumahnya sudah ada orang tua yang duduk di atas sebuah alas yang digelar. Ketika dia melihat saya maka dia pun langsung mengenali saya dan mengatakan: “Marhaban (selamat datang –pent) wahai Abu Abdirrahman, apa keperluan Anda?” Saya jawab, “Saya membutuhkan seorang budak hitam.” Dia menjawab, “Saya memiliki beberapa budak, silahkan pilih mana yang Anda inginkan dari mereka?” Lalu dia pun berteriak memanggil budak-budaknya. Maka keluarlah seorang budak yang kekar. Tuannya tadi berkata, “Ini budak yang bagus, saya ridha untuk Anda.” Saya jawab, “Ini bukan yang saya butuhkan.” Maka dia memperlihatkan budaknya satu persatu kepada saya hingga keluarlah budak yang saya lihat kemarin. Ketika saya melihatnya maka saya pun tidak kuasa menahan air mata. Tuannya bertanya kepada saya, “Diakah yang Anda inginkan?” Saya jawab, “Ya.” Tuannya berkata lagi, “Dia tidak mungkin dijual.” Saya tanya, “Memangnya kenapa?” Dia menjawab, “Saya mencari berkah dengan keberadaannya di rumah ini, di samping itu dia sama sekali tidak menjadi beban bagi saya.” Saya tanyakan, “Lalu dari mana dia makan?” Dia menjawab, “Dia mendapatkan setengah daniq (satu daniq = seperenam dirham –pent) atau kurang atau lebih dengan berjualan tali, itulah kebutuhan makan sehari-harinya. Kalau dia sedang tidak berjualan, maka pada hari itu dia gulung talinya. Budak-budak yang lain mengabarkan kepadaku bahwa pada malam hari dia tidak tidur kecuali sedikit. Dia pun tidak suka berbaur dengan budak-budak yang lain karena sibuk dengan dirinya. Hatiku pun telah mencintainya.” Maka saya katakan kepada tuannya tersebut, “Saya akan pergi ke tempat Sufyan Ats-Tsaury dan Fudhail bin Iyyadh tanpa terpenuhi kebutuhan saya.” Maka dia menjawab, “Kedatangan Anda kepada saya merupakan perkara yang besar, kalau begitu ambillah sesuai keinginan Anda!” Maka saya pun membelinya dan saya membawanya menuju ke rumah Fudhail bin Iyyadh. Setelah berjalan beberapa saat maka budak itu bertanya kepada saya, “Wahai tuanku!” Saya jawab, “Labbaik.” Dia berkata, “Jangan katakan kepada saya ‘labbaik’ karena seorang budak yang lebih pantas untuk mengatakan hal itu kepada tuannya.” Saya katakan, “Apa keperluanmu wahai orang yang kucintai?” Dia menjawab, “Saya orang yang fisiknya lemah, saya tidak mampu menjadi pelayan. Anda bisa mencari budak yang lain yang bisa melayani keperluan Anda. Bukankah telah ditunjukkan budak yang lebih kekar dibandingkan saya kepada Anda.” Saya jawab, “Allah tidak akan melihatku menjadikanmu sebagai pelayan, tetapi saya akan membelikan rumah dan mencarikan istri untukmu dan justru saya sendiri yang akan menjadi pelayanmu.” Dia pun menangis hingga saya pun bertanya, “Apa yang menyebabkanmu menangis?” Dia menjawab, “Anda tidak akan melakukan semua ini kecuali Anda telah melihat sebagian hubunganku dengan Allah Ta’ala, kalau tidak maka kenapa Anda memilih saya dan bukan budak-budak yang lain?!” Saya jawab, “Engkau tidak perlu tahu hal ini.” Dia pun berkata, “Saya meminta dengan nama Allah agar Anda memberitahukan kepada saya.” Maka saya jawab, “Semua ini saya lakukan karena engkau orang yang terkabul doanya.” Dia berkata kepada saya, “Sesungguhnya saya menilai –insya Allah– Anda adalah orang yang saleh. Sesungguhnya Allah Azza wa Jalla memiliki hamba-hamba pilihan yang Dia tidak akan menyingkapkan keadaan mereka kecuali kepada hamba-hamba-Nya yang Dia cintai, dan tidak akan menampakkan mereka kecuali kepada hamba yang Dia ridhai.” Kemudian dia berkata lagi, “Bisakah Anda menunggu saya sebentar, karena masih ada beberapa rakaat shalat yang belum saya selesaikan tadi malam?” Saya jawab, “Rumah Fudhail bin Iyyadh sudah dekat.” Dia menjawab, “Tidak, di sini lebih saya sukai, lagi pula urusan Allah Azza wa Jalla tidak boleh ditunda-tunda.” Maka dia pun masuk ke masjid melalui pintu halaman depan. Dia terus mengerjakan shalat hingga selesai apa yang dia inginkan. Setelah itu dia menoleh kepada saya seraya berkata, “Wahai Abu Abdirrahman, apakah Anda memiliki keperluan?” Saya jawab, “Kenapa engkau bertanya demikian?” Dia menjawab, “Karena saya ingin pergi jauh.” Saya bertanya, “Ke mana?” Dia menjawab, “Ke Akhirat.” Maka saya katakan, “Jangan engkau lakukan, biarkanlah saya merasa senang dengan keberadaanmu!” Dia menjawab, “Hanyalah kehidupan ini terasa indah ketika hubungan antara saya dengan Allah Ta’ala tidak diketahui oleh seorang pun. Adapun setelah Anda mengetahuinya, maka orang lain akan ikut mengetahuinya juga, sehingga saya merasa tidak butuh lagi dengan semua yang Anda tawarkan tadi.” Kemudian dia tersungkur sujud seraya berdoa, “Ya Allah, cabutlah nyawaku agar aku segera bertemu dengan-Mu sekarang juga!” Maka saya pun mendekatinya, ternyata dia sudah meninggal dunia. Maka demi Allah, tidaklah saya mengingatnya kecuali saya merasakan kesedihan yang mendalam dan dunia ini tidak ada artinya lagi bagi saya.” (Al-Muntazham Fii Taarikhil Umam, karya Ibnul Jauzy rahimahullah, 8/223-225) Semoga Bermanfaat! Baarakallahufiykum.

Istri baru

Ada kalanya, ketika perkawinan sudah memasuki usia 10 tahun keatas, rutinitas yang ada memasuki pula fase kebosanan. Tanpa disadari, pasangan yang dulunya menyenangkan hati hanya dengan memandangnya, menjadi sesuatu yang biasa saja, bahkan cenderung tidak menarik lagi. Si suami yang gantengnya Masha Allah, hanya cakep bin wangi di pagi hari, ketika bersiap utk pergi ke tempat kerja bertemu dengan manusia-manusia lainnya, kecuali: istrinya. Ketika berjam-jam kemudian mereka pulang, membawa baju lusuh penuh keringat dan muka yang berminyak. Parfum wangi yg td pagi disemprotkan entah sudah menguap kemana. Biasanya, mereka langsung ganti baju sama baju yg pe-we. Entah itu baju kaos putih tipis yg dijual lusinan dan bersarung, atau kaos lusuh dan celana pendek 10 ribu. Eh, apa saya aja ya?😄 Sementara si istri, andai tidak dikenalkan sebagai tuan rumah, sudah lebih pantas dipanggil 'mbak' jika seorang tamu yg tak mengenalnya datang. Seragam: Daster tua yang swuuuppeer pe-we. Longgar, selutut, sedikit robek disana sini dan warnanya sdh ngak jelas apa. Atau daster batik atasan bawahan celana? Bau? Jangan ditanya. 😷 Akhirnya, dua sejoli yang sejatinya saling menggairahkan, hanya ibarat teman serumah, kecuali of course, waktu dan jam tertentu di 'sana'. Ini bukan cerita pribadi, walau sedikit banyak ada kesamaannya. Bukan pula usaha men-generalisir..hanya sekedar..ah sudahlah. Maka lantas, berkaca.. mengapa banyak perkawinan diusia ini diwarnai dengan perselingkuhan, ttm, poligami dlsb. Saya tidak pro ataupun anti poligami, karena itu adalah sesuatu yang diperbolehkan oleh sang maha pencipta. Saya hanya mengajak diri sendiri dan teman semua berkaca: apakah sudah cantik/ganteng di rumah khusus buat yang tercintaah?? ❤️❤️❤️ Saya hanya mengajak, menghimbau, dan mengingatkan diri sendiri.. Terkadang fikiran saya menerawang jauh.. andai ada perempuan cantik, yang seperti apakah yang bisa membuat suamiku jatuh cinta.. Perlahan tapi pasti, aku harus berubah menjadi perempuan cantik itu. Dengan mengganti warna jilbab misalnya, pake produk kecantikan, ganti seluruh set daster rumah, potong rambut yg aneh sekali2, atau justru panjangkan. Warnai rambut dengan warna yang bikin wajah semakin menarik. Ganti suasana kamar. Cat ulang, lampu malam, new lingerie.. Buat si ayah.. Sudah pernah mampir ke toko khusus pakaian dalam utk pria? Hehe. Klo belum, bolehlah dischedulekan utk mampir segera di mall terdekat anda. Saya ingat ketika saya dulu mengaji di yogyakarta. Saya sempet mampir kerumah guru saya ketika masih agak pagi. Saya terkejut melihat suami guru ngaji saya, sudah sangat rapi jam 6 pagi. Saya tahu benar jarak antara rumah dan kantor beliau tidak jauh. Sehingga tidak perlulah beliau siap sepagi itu. Saya hanya bisa melongo ketika ibu guru saya memberikan penjelasan ttg kerapihan suaminya: setiap hari, teman-teman kerja suami saya, menikmati beliau dalam keadaan rapi, bersih dan wangi, berjam - jam lamanya. Namun, saya mendapat apa? Padahal, sayalah yang paling berhak atas kegantengan itu. Jadi, ( krn suami guru saya itu adalah org yg berpengetahuan agama ) ketika si istri melontarkan keinginannya itu, sang suami paham atas hak istrinya tsb, dan akhirnya bersepakat utk rapi 1 JAM sblm berangkat!!! Hanya utk dinikmati sang istri 😍😍😍 Si istri pula, mengetahui bahwa keinginannya dipenuhi dengan baik oleh sang suami, juga tidak mau kalah.. Mempercantik diri sedari pagi. Walau itu berarti hrs repot menyiapkan sarapan pagi dengan makeup dan baju yg menarik. Saya belajar banyak dari guru saya ini, namun saya belajr lebih banyak lagi dari ibu saya, yang tidak bosan-bosannya memberikan wejangan dan pengetahuan yang saya perlukan sesuai dengan usia saya ini. Jadilah istri/suami baru bagi pasanganmu. Walau baru bisa seminggu dua kali. Bukankah setelah 10 tahun lebih, kau sudah bisa mengira-ngira apakah kesenangannya yg belum tersampaikan dan terwujud lagi? Realisasikan fantasi. Satu demi satu. Percayalah, bukan hanya dia yang menikmati, tapi yg melakukannya juga diam2 menikmati. Do new interesting things! Be wild.. Unpredictable.. Smile more.. Less grumpy. Wabillahi taufik wal hidayah. Wallahu a'lam bis shawab.. Wassalamualaikum wr wb #winathethinkingcoach 😎

Melawan dengan Gaya Orang Miskin Seadanya

Vietnam dihujani bom bertahun-tahun. Bermacam merek senjata berat dicobakan di sana, sawah hijaunya berubah jadi kawah- kawah hitam, berjuta penduduknya jadi orang paling malang di dunia, mereka melawan dengan gaya orang miskin seadanya, dan bayangkan betapa derita perlawanan mereka, Tapi saksikan Barat-Amerika jadi letih sendiri, lututnya patah, ekonominya payah dan lantas mundur diam-diam, benderanya terkulai kalah, Afghanistan dihujani bom bertahun-tahun. Bermacam merek senjata berat dicobakan di sana, ladang hijaunya dibakar rata jadi jerami hitam, berjuta penduduknya jadi orang paling malang di dunia, mereka melawan dengan gaya orang miskin seadanya, dan bayangkan betapa derita perlawanan mereka, Tapi saksikan Timur-Uni Sovyet jadi letih sendiri, lututnya patah, negeri pecah terbagi- belah, lantas mundur diam-diam, benderanya terkulai kalah, Bosnia-Herzegovina dibantai berbulan-bulan. Desa dan kotanya yang tenteram jadi puing berantakan, berjuta penduduknya jadi orang paling malang di dunia, mereka melawan dengan gaya orang miskin seadanya, dan bayangkan betapa derita perlawanan mereka, Tapi saksikan, Biadab-Serbia jadi letih sendiri, penjahat-penjahat perangnya kena laknat yang keji, lalu mundur dengan bendera terkulai kalah dan terinjak-injak kaki sendiri. Palestina dibantai bertahun-tahun. Desa dan kotanya yang tenteram jadi puing berantakan, berjuta penduduknya jadi orang paling malang di dunia, mereka melawan dengan gaya orang miskin seadanya, dan bayangkan betapa derita perlawanan mereka, Tapi mari kita bantu mereka dengan segala cara, lalu doakan Biadab Israel dan Sekutunya jadi letih sendiri, penjahat-penjahat perangnya kena laknat yang keji, lalu mundur dengan bendera terkulai kalah dan terinjak-injak kaki sendiri.

Keluarga bahagia itu sederhana

Keluarga mesra itu sederhana saja; Kalau suami tanpa beban dapat bilang sama isterinya, "Bu pijitin bapak dong.. pegel neh kerja seharian." Sementara sang isteri di lain waktu juga dapat dengan ringan bilang, "Pak, pijitan ibu dong, pegel neh seharian bersihin rumah…" Keluarga rukun itu sederhana saja; Kalau suami tanpa beban dapat melihat akun FB, Twitter atau HP isterinya tanpa isteri merasa dicurigai dan isteri dengan ringan dapat melihat akun FB, Twitter atau HP suaminya tanpa suami merasa dimata-matai…. Keluarga hangat itu sederhana saja; Kalau suami dan isteri dapat ngobrol panjang lebar berduaan dengan tema apa saja, dapat diselingi joke ringan sampai bercanda hingga 'tonjok-tonjokan'…. Keluarga damai itu sederhana saja; Kalau suami dengan tulus memuji masakan isterinya yang sedap sedangkan di lain waktu dengan ringan dapat menegur makanannya yang kurang garam…. Sementara isteri tidak terlalu khawatir jika makanan yang dia sediakan membuat suaminya marah, atau bahkan dengan ringan suatu saat dia mengatakan, "Pak, hari ini ibu tidak masak, kita beli saja yak…" Keluarga akrab itu sederhana saja; Kalau suami senang berkunjung ke rumah orang tua isteri dan isteri riang jika berkunjung ke rumah orang tua suami. Kalau suami senang membantu keluarga isterinya dan isteri dengan suka hati membantu keluarga suaminya… Keluarga terbuka itu sederhana saja; Kalau isteri dengan mudah dapat mengetahui isi kantong dan jumlah uang yang terdapat dalam rekening suami, sedangkan suami dengan mudah mengetahui dan memenuhi kebutuhan isteri untuk keperluan diri dan urusan rumahtangganya… Keluarga cinta ilmu itu sederhana saja, jika suami senang isterinya suka mengaji dan suka hati mengantarkannya ke pengajian walau melelahkan, sedangkan isteri tidak menggerutu jika suami pulang malam karena menghadiri pengajian atau mereka datang bersama-sama ke pengajian..

Sedekahmu, merendahkan ikhtiar orang lain!

Beberapa hari yang lalu saya bertemu dengan seorang yang kaya raya. . Beliau tdk mau disebutkan nama nya Bicara dunia, beliau sudah sangat cukup. Bahkan untuk seluruh keturunannya pun, insyaallah terjamin. Yang selalu menarik bagi saya ketika bertemu orang yang demikian adalah mencari tahu pribadinya. Rupanya Beliau punya satu kebiasaan sedari dulu, yaitu membeli dagangan pedagang kecil meski tidak membutuhkannya. Bahkan, ketika sudah kaya. Beliau punya karyawan yang khusus untuk keliling, nyari pedagang sapu lidi, pedagang tembikar, pedagang caping, pedagang kipas anyam, dan lain-lain sejenisnya. Yang biasanya jualannya jalan kaki atau naik sepeda. Penjualnya sudah tua. Beliau berniat untuk membagi rezekinya melalui itu. Saya bertanya, kenapa tidak diberi sedekah? Hebatnya jawaban beliau. "Mereka sedang ikhtiar, saya tidak ingin merendahkan ikhtiar mereka. Biarlah mereka mendapat 2 kesenangan. Pertama, dagangannya laku. Kedua, mereka jadi tidak putus asa, karena di jaman sekarang yang banyak mall dan toko modern, masih ada orang yang membeli dagangan mereka." Subhanallah. Dan setelah dibeli, barang itu akan dibagikan kembali oleh beliau ke siapa saja. Mendengar kebiasaan ini, saya yakin. Amalan inilah kunci kekayaannya. Karena sebenarnya, entah beliau sadar atau tidak. Beliau tengah melakukan 3 amalan sekaligus. 1. Sedekah. 2. Membantu kesulitan saudara sesama muslim. 3. Membahagiakan hati orang lain. Pantaslah kalau kekayaannya menggunung luar biasa. Karena Alloh telah melihat bahwa beliau ini memang pantas mengelola harta yang banyak. Ini sekaligus menjadi renungan bagi kita semua. Khususnya saya. Apakah sudah ada niat di dalam hati, atas setiap rezeki yang nantinya kita dapatkan akan kita salurkan untuk orang lain? Atau kah kita masih hanya berniat mengumpulkan harta, karena ingin nampak kaya raya sendirian saja? Mungkin patut kita bertanya serius ke hati sendiri. Jangan sampai semakin kaya, hati semakin serakah. Padahal sifatnya harta. Ia akan memberi kepuasan hanya jika ia dibagikan. Dan akan semakin memberikan rasa kurang, jika ia disimpan. Wallahu'alam bishawab . (KH Aa' Gym)

Rezeki yang sering terlupakan

Ada seorang fakir miskin melewati jalan di Madinah. Di sepanjang jalan, dia sering melihat orang-orang makan daging. Dia pun merasa sedih karena jarang sekali bisa makan daging. Dia pulang ke rumahnya dg hati jengkel. Sesampainya di rumah, istrinya menyuguhkan kedelai rebus. Dengan hati terpaksa, dia memakan kedelai itu seraya membuang kupasan kulitnya ke luar jendela. Dia sangat bosan dengan kedelai. Dia berkata pada istrinya : “Bagaimana hidup kita ini...? Orang-orang makan daging, kita masih makan kedelai..!?” Tak lama kemudian, dia keluar ke jalan di pinggir rumahnya. Alangkah terkejutnya, dia melihat seorang lelaki tua duduk di bawah jendela rumahnya, sambil memungut kulit-kulit kedelai yg tadi ia buang dan memakannya seraya bergumam : ﺍﻟﺤﻤﺪﻟﻠﻪ ﺍﻟﺬﻱ ﺭﺯﻗﻨﻲ ﻣﻦ ﻏﻴﺮ ﺣﻮﻝ ﻣﻨﻲ ﻭﻻ ﻗﻮﺓ “Segala Puji bagi Allah Subhanahu Wa Ta'ala yang telah memberiku rezeki tanpa harus mengeluarkan tenaga.” Mendengar ucapan lelaki tua itu, dia menitikkan air mata, seraya bergumam : ﺭﺿﻴﺖ ﻳﺎ ﺭﺏ "Sejak detik ini, aku rela dg apapun yg Engkau berikan Yaa Allah...” Rezeki itu yg penting mengalir, besar kecil yg penting ada alirannya. Jangan berharap mengalir seperti banjir, jikalau tak bisa berenang maka bisa tenggelam. ﺇﻟﻰ ﻣﺘﻰ ﺃﻧﺖ ﺑﺎﻟﻠﺬﺍﺕ ﻣﺸﻐﻮﻝ ﻭﺃﻧﺖ ﻋﻦ ﻛﻞ ﻣﺎ ﻗﺪﻣﺖ ﻣﺴﺌﻮﻝ "Sampai kapan engkau sibuk dengan kelezatan, sedangkan engkau akan ditanya tentang semua yg kau lakukan.” Berkata Ali bin Abi Thalib radhiyallahu anhu : ﻣﻦ ﻛﺎﻧﺖ ﻫﻤّﺘﻪ ﻣﺎ ﻳﺪﺧﻞ ﻓﻲ ﺑﻄﻨﻪ ﻛﺎﻧﺖ “Barang siapa perhatiannya hanya pada apa yg masuk ke dalam perutnya, maka nilai seseorang tidak lebih dari apa yg keluar dari perutnya" Duluuu.. saya pikir, rizqi itu berwujud uang, banyak job, urusan kerjaan lancar, banyak tabungan, punya banyak asset disana-sini, Intinya : harta..! Setelah mencari tahu apa makna rizqi dalam Islam (sesuai yg tertera dalam alquran dan hadits), ternyata saya salah besar. Ternyata, Langkah kaki yg dimudahkan untuk hadir ke majelis ilmu, itu adalah rizqi.. Langkah kaki yg dimudahkan untuk sholat berjamaah di masjid, adalah rizqi.. Hati yg Allah jaga jauh dari iri, dengki, dan kebencian, adalah rizqi.. Punya teman-teman yang sholeh dan saling mengingatkan dalam kebaikan, itu juga rizqi.. Saat keadaan sulit penuh keterbatasan, itu juga rizqi.. Mungkin jika dalam keadaan sebaliknya, justru membuat kita kufur, sombong, bahkan lupa diri. Punya orang tua yg sakit-sakitan adalah rizqi, karena merupakan ladang amal pembuka pintu surga. Tubuh yg sehat, adalah rizqi. Bahkan saat diuji dengan sakit, itu juga bentuk lain dari rizqi karena sakit adalah penggugur dosa. Dan mungkin akan ada jutaan daftar lainnya bentuk-bentuk rizqi yg tidak kita sadari. Justru yang harus kita waspadai adalah *"ketika hidup kita berkecukupan, penuh dengan kemudahan dan kebahagiaan, padahal begitu banyak hak Allah yg tidak kita tunaikan..*" Itulah: Istidraj. Semoga kita diberikan rezeki yg halal dan toyib, aamiin yaa robbal alaamiin. _Semoga bermanfaat_