'Kisah'; sebagai sumber inspirasi pendidikan (bag III)



Didalam Al Qur’an, kita temukan bagaimana sebenarnya dalam surat al-Fatihah, secara tersirat Allah swt memerintahkan kita untuk belajar sirah di ayat “Tunjukilah kami jalan yang lurus.”           Maknanya adalah: “Tunjukilah, bimbinglah dan berikanlah taufik kepada kami untuk meniti shirathal mustaqiim yaitu jalan yang lurus.” Jalan lurus itu adalah jalan yang terang dan jelas serta mengantarkan orang yang berjalan di atasnya untuk sampai kepada Allah swt dan berhasil menggapai surga-Nya. Hakikat jalan lurus adalah memahami kebenaran dan mengamalkannya. Oleh karena itu ya Allah, tunjukilah kami menuju jalan tersebut dan ketika kami berjalan di atasnya. Yang dimaksud dengan hidayah menuju jalan lurus yaitu hidayah supaya bisa memeluk erat-erat agama Islam dan meninggalkan seluruh agama yang lainnya. Adapun hidayah di atas jalan lurus ialah hidayah untuk bisa memahami dan mengamalkan rincian-rincian ajaran Islam. Dengan begitu do’a ini merupakan salah satu do’a yang paling lengkap dan merangkum berbagai macam kebaikan dan manfaat bagi diri seorang hamba.
Ayat berikutnya, “Yaitu jalannya orang-orang yang Engkau berikan nikmat atas mereka.”Siapakah orang-orang yang diberi nikmat oleh Allah? Di dalam ayat yang lain disebutkan bahwa mereka ini adalah para Nabi, orang-orang yang shiddiq, para pejuang Islam yang mati syahid dan orang-orang salih. Termasuk di dalam cakupan ungkapan ‘orang yang diberi nikmat’ ialah setiap orang yang diberi anugerah keimanan kepada Allah ta’ala, mengenal-Nya dengan baik, mengetahui apa saja yang dicintai-Nya, mengerti apa saja yang dimurkai-Nya, selain itu dia juga mendapatkan taufik untuk melakukan hal-hal yang dicintai tersebut dan meninggalkan hal-hal yang membuat Allah murka. Jalan inilah yang akan mengantarkan hamba menggapai keridhaan Allah ta’ala. Inilah jalan Islam. Dan untuk bisa menjalani Islam dengan baik maka kita pun sangat membutuhkan sosok teladan yang bisa dijadikan panutan. Kita harus belajar dari orang-orang yang diberi nikmat, dari nabi, dari orang-orang yang sudah teruji kebenarannya, dari orang-orang yang gugur karena mempertahankan keimanannya.
Ayat berikutnya, “Bukan jalannya orang-orang yang dimurkai dan bukan pula jalan orang-orang yang tersesat.”Orang yang dimurkai adalah orang yang sudah mengetahui kebenaran akan tetapi tidak mau mengamalkannya. Contohnya adalah kaum Yahudi dan semacamnya. Sedangkan orang yang tersesat adalah orang yang tidak mengamalkan kebenaran gara-gara kebodohan dan kesesatan mereka. Contohnya adalah orang-orang Nasrani dan semacamnya. Sehingga di dalam ayat ini tersimpan motivasi dan dorongan kepada kita supaya menempuh jalan kaum yang shalih dan memperingatkan kita untuk menjauhi jalan yang ditempuh oleh orang-orang yang sesat dan menyimpang.
Kita minta kepada Allah, agar kita diberi petunjuk jalan yang lurus, jalan orang-orang yang diberi nikmat. Bukan jalan yang dimurkai Allah, bukan pula jalan orang-orang yang sesat. Artinya, kita minta dalam doa, setiap hari dalam surat Al Fatihah itu, kita tidak mengikuti dan tidak mengekor cara hidup orang Yahudi dan Nasrani. Dalam surat Al Fatihah itu tersirat bagaimana kita harus belajar sirah. Belajar sejarah kehidupan para nabi termasuk orang-orang yang Allah beri nikmat.
Disaat kita begitu semangat untuk menghidupkan amalan-amalan sunnah, lalu kenapa kita tidak berani menghidupkan sistem pendidikan sunnah. Model pendidikan yang dicontohkan oleh Rasulullah saw dan generasi salaf. Hari ini, kita masih menggunakan akar model pendidikan orang Yahudi dan Nasrani. Kita begitu gagah ketika bicara tentang ilmu kedokteran dan kesehatan untuk kemudian dialihkan dan diganti ke thibun nabawi mengganti obat kimia dengan herbal. Namun ketika bicara pendidikan, kita tidak gagah. Kita masih menggunakan model pendidikan yang akarnya dari Yahudi dan Nasrani. Padahal sudah ada model pendidikan Islam yang hasilnya sudah jelas-jelas melahirkan generasi hebat sekelas sahabat Rasulullah saw.
Dalam surat Yusuf terdapat kekuatan sejarah yang ada di dalamnya. “Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal. Al-Qur'an itu bukanlah cerita yang dibuat-buat, tetapi membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjelaskan segala sesuatu, dan sebagai petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman”
Dalam kisah Yusuf a.s., paling tidak mengandung empat hal pokok yaitu; motivasi seseorang, prediksi dalam kehidupan seseorang, inspirasi, dan solusi akan sebuah permasalahan. Ketika kita belajar sirah, paling tidak sirah itu akan mengarahkan kita kepada empat hal tersebut. Kita akan terinspirasi dengan sirah, kita akan memiliki kekuatan untuk memprediksi sesuatu, kita akan memiliki kekuatan untuk mencari solusi, dan kita bisa memotivasi dengan sirah itu.
Betapa tidak, didalam sirah kita akan menemukan kejadian secara akal manusia tidak akan mungkin terjadi. Misal kejadian perang badar, kaum muslimin berhadapan dengan kaum kafir. Secara jumlah orang kafir quraisy sangat dominan. 1000 orang kafir melawan 330 orang muslim. Ini memberikan inspirasi kepada kita bahwa, betapa banyak orang beriman dalam jumlah yang kecil mengalahkan orang kafir dala jumlah besar. Menjadi sebuah inspirasi bahwa kemenangan dakwah itu tidak bergantung kepada kuantitas pasukannya atau keterampilan dan keahlian pengusungnya. Karena kalau kita cermati, kaum muslimin di saat perang badar adalah pengalaman pertama kali mereka terjun di medan peperangan, dan tidak membawa persenjataan yang memadai, karena memang niat awalnya bukan untuk perang. Tapi atas izin Allah, mereka mendapatkan kemenangan.
Dalam kisah lain saat perang Ahzab atau Khandak. Dimana kaum muslimin di madinah dikepung 10.000 pasukan kafir dengan sekutunya. Kalau kita lihat geografis Madinah, tidak mungkin bagi seseorang untuk masuk kecuali dari sisi utara. Atas ide Salman Al Farisy, di sisi utara Madinah dibuatlah Khondak yang lebarnya kurang lebih 3-5 meter, dalamnya pun kurang lebih sama. Khondak atau parit ini membuat kuda tidak mungkin bisa melompat. Mereka juga tidak bisa masuk Madinah dari belahan sisi yang lain, karena ada batu hitam yang tajam-tajam di bukit mengelilingi Madinah yang tidak mungkin untuk dilewati oleh kuda ataupun pejalan kaki. Madinah sebenarnya benteng tersendiri. Kalaupun pasukan Ahzab itu bisa masuk, maka terkepunglah 3000 kaum muslimin didalamnya.
Diperparah lagi kondisinya ketika Bani Khuraidzah berkhianat. Mereka punya benteng yang bisa dilewati sebagai pintu belakang kota Madinah, akan tetapi katahuan oleh Rasulullah saw. Maka seusai perang dibunuhlah kaum Yahudi bani Khuraidzah. Terkecuali pada perempuan,  orang tua, dan anak-anak. Sekitar 400 orang dibunuh pada waktu itu. Sampai hari ini pun, hukuman negara bagi orang yang berkhianat adalah hukuman mati. Hal ini merupakan pelajaran yang sangat menarik kalau kita belajar tentang sirah. Pertolongan Allah swt berperan sangat besar denganmenghadirkan angin kencang selama berhari-hari. Sehingga musuh mundur secara teratur sampai tak tersisa dan akhirnya tidak ada pertempuran yang berarti.
Kita juga dapat melihat kisah didalam surat Al Ahzab yang sedemikian panjangnya, di ayat 21 tentang keteladanan Rasulullah saw Muhammad saw. “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah saw itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.”
Setelah penjelasan tentang keteladanan Rasulullah saw, lalu muncul ayat-ayat selanjutnya yang mengisahkan tentang cerita istri-istri Rasul. Seolah Allah swt ingin mengatakan kepada kita inilah uswatun hasanah, setelah memaparkan tentang situasi paling sulit di medan pertempuran, kemudian Allah bercerita tentang sikap Rasulullah saw terhadap istri-istrinya. Kisah ini mengingatkan kepada kita sebagai bahan intropeksi diri, bahwa Uswatun hasanah itu adalah seseorang yang baik dimedan pertempuran dan juga baik pula didalam rumah tangganya. Banyak orang yang tidak tahu, ketika rasul mengatakan “Yang terbaik diantara kalian adalah yang terbaik kepada keluarganya, dan aku yang paling baik kepada keluargaku”.Ketika Rasulullah saw mengatakan seperti ini, kita harus belajar cara berumahtangga kepada beliau. Seorang suami harus tahu bagaimana menjaga harmonisasai rumah tangga terhadap istri dan anak-anaknya.
Sangat sedikit diantara kita yang memahami, bahwa dengan belajar sirah, kita menemukan ada riwayat dimana Rasulullah saw memiliki romantisme yang sangat tinggi. Misal, disaat beliau sedang minum segelas air bersama Aisyah r.a.. Aisyah r.a. minum air duluan, kemudian Rasulullah saw mengambil gelas bekas minuman Aisyah r.a., dicari bekas bibir aisyah dan Rasulullah saw meminum dari bekas bibir Aisyah r.a. tersebut. Hal itu menjadi inspirasi bagaimana menjaga keharmonisan dalam rumah tangga. Usia Rasulullah saw saat itu adalah 53 tahun. Dan itu bukan usia muda yang bisa mengumbar keromantisan dengan pasangannya. Artinya, menjaga keharmonisan dalam rumah tangga itu tidak terbatas pada usia, tetapi seumur hidup. Sepanjang hayat selama masih dalam ikatan keluarga.
Ada juga kisah tentang istri rasul dari keturunan Yahudi, Shafiya binti Huyai bin Akhtab, Huyai adalah pimpinan Yahudi yang sangat membenci Rasulullah saw. Huyai mati di Khaibar. Begitupun suami Shafiya. Sebagai tawanan perang, Shafiya diberi pilihan untuk pulang ke kaumnya atau menerima pinangan Rasulullah saw. Sebelumnya Shafiya bermimpi kejatuhan bulan ke pangkuannya. Ditakwilkan olehnya, ia akan mendapatkan keberuntungan besar. Keberuntungan besar itu oleh Shafiya diartikan dengan dinikahi oleh Rasulullah saw. Meski usia pernikahan mereka hanya lima tahun, karena setelah itu Rasulullah saw wafat.
Suatu ketika, saat naik unta, dan unta yang dikendarai Shafiya jalannya lambat, kemudian ia menangis karena selalu tertinggal dari rombongan. Maka kemudian Rasulullah saw mengusap air mata Shafiya. Itulah akhlak suami yang baik. Memberikan perhatian dan kasih sayang yang tulus kepada istrinya. Itulah mengapa, semua istri-istri Rasulullah saw merasa menjadi istri paling istimewa. Karena akhlak Rasulullah saw kepada istrinya yang sangat mencintai dan menyayanginya secara sempurna. Sempurnanya iman seseorang, adalah orang yang terbaik terhadap istrinya. Ukurannya adalah sikap terhadap istri.
Begitu banyak hikmah didalam kisah-kisah ini. Sangat disayangkan kalau kisah-kisah yang penuh inspirasi ini dilewatkan begitu saja oleh kaum muslimin. Karena hadirnya kisah-kisah ini dalam Al Qur’an tidak lain adalah agar menjadi inspirasi, motivasi, prediksi, dan menjadi refleksi bagi umat Islam dalam menjalani kehidupan di dunia agar selamat hingga akhirat. Meneladani pribadi-pribadi mulia di dalam al Qur’an, menjadikan energi baru bagi umat Islam agar dapat meniru atau mencontoh sikap mereka dalam menghadapi berbagai permasalahan yang di hadapi. Oleh karena itu, sangat penting bagi kita untuk terus mempelajari sirah atau kisah yang terdapat di dalam alQur’an. 

'Kisah'; sebagai sumber inspirasi pendidikan (bag II)

Di dalam Al Qur’an terdapat pula kisah perjalanan nabi-nabi yang lain. Musa, Isa, Sulaiman, dan lain sebagainya. Itu semua mewakili cerita bagaimana kelompok orang yang beriman dan bagaimana ketaatannya. Akan tetapi ada juga cerita kelompok orang-orang yang terjebak dengan kekufuran. Mulai dari kekufuran iblis kepada Allah ketika ia menolak bersujud kepada adam. Kemudian meluncur pula hal serupa di dalam Al Qur’an lewat sosok Fir’aun yang kafir. Begitupula kisah sosok Abu Lahab dan istrinya yang diperjodohkan dari dunia hingga neraka. Begitu banyak kisah-kisah dalam Al Qur’an itu, tentu  bukan berati tanpa arti. Pasti ada hikmah dan pelajaran dibalik itu semua.
Hal ini sangat berbeda dengan kaum nasrani dalam menyikapi kisah yang ada pada kitab sucinya. Semisal perbedaan antara perjanjian lama dengan perjanjian baru. Didalam kitab perjanjian lama, hanya mengisahkan kisah-kisah terdahulu, cerita-cerita saja. Yang tidak dipakai lagi hari ini. Sedangkan pada kitab Perjanjian baru, isinya dibuat oleh mereka sendiri, hasil gubahan dari kitab injil yang asli. Vatikan sebagai lembaga kerasulan mereka dengan Paus sebagai rasulnya. Dengan lembaga kerasulan dan rasul yang mereka tunjuk itu, Mereka bebas mengubah isi injil sesuka hati mereka. Sehingga kisah yang ada dalam kitab injil hari ini, sangat berbeda dengan kisah yang sebenarnya ada.
Sangat berbeda dengan kita dalam menyikapi kisah dalam al qur’an. Satu ayat pun dalam al qur’an tidak berani untuk mengubahnya. Jangankan satu ayat, satu harakat saja tidak boleh dirubah. Karena kisah itu Allah hadirkan sebagai bukti kejadian dimasa lalu sekaligus sebagai inspirasi dan solusi untuk permasalahan manusia dimasa mendatang. Sehingga harus tetap terjaga keaslian dan kemurniannya.

Kisah lain contohnya. Aisyah ketika mendapat musibah, didera sebuah fitnah besar. Masalah haditsul ifki. Seorang munafik Abdullah bin Ubay yang memfitnah Aisyah r.a. berselingkuh dengan sahabat Shafwan bin Mu'athal as-Sulami adz-Dzakwani. Fitnah itu terjadi saat berakhirnya perang antara kaum muslimin dengan Bani Musthakiq pada bulan Sya'ban tahun 5 hijriyah. Peperangan ini diikuti oleh sejumlah kaum munafik, Aisyah r.a. turut pula dengan Rasulullah saw.
Dalam perjalanan pulang saat kembali dari peperangan, rombongan kaum muslimin berhenti di suatu tempat di dekat Kota Madinah. Saat itulah Aisyah r.a. menyadari bahwa kalungnya telah putus dan hilang. Maka, Aisyah r.a. yang biasanya ditandu, segera kembali ke tendanya untuk mencari kalung yang hilang tersebut. Sementara, orang-orang yang membawa tandu tidak menyadari bahwa beliau tidak berada di dalamnya. Setelah sekian lama ia mencari kalung tersebut,namun kalung itu tak ditemukannya. Karena itulah Aisyah r.a. kembali menuju tandunya. Namun, ketika sampai ia telah ditinggalkan rombongannya. Maka, Aisyah r.a. hanya bisa pasrah. Ia berharap ada rombongan kaum muslimin yang kembali. Terlalu lama menungu, akhirnya Aisyah r.a. terserang kantuk hingga akhirnya tertidur.
Tanpa diduga, di saat itu muncullah salah seorang anggota rombongan yang bernama Shafwan bin Mu'athal as-Sulami adz-Dzakwani r.a. lewat. Shafwan ini bertugas sebagai anggota pasukan paling belakang. Melihat ada orang yang tertinggal, Shafwan segera menjenguknya. Namun, setelah mengetahui yang tertinggal itu adalah Ummul Mukminin Aisyah r.a., Shafwan pun seketika terkejut. Shafwan pun segera memberikan tunggangan untanya kepada Aisyah r.a. Sedangkan Shafwan sendiri berjalan kaki sambil menuntun unta yang ditunggangi oleh Aisyah r.a. Hingga akhirnya mereka berdua berhasil menyusul rombongan kaum muslimin yang sedang beristirahat.
Melihat kedatangan Ummul Mukminin bersama Shafwan, muncullah desas-desus terhadap hubungan keduanya. Orang munafik seperti Abdullah bin Ubay bin Salul memfitnah bahwa Aisyah r.a. telah berselingkuh dengan Shafwan. Fitnah itu dengan cepat beredar hingga di Madinah sehingga menimbulkan kegoncangan di kalangan kaum Muslimin. Karena tuduhan berselingkuh tersebut, sampai-sampai Rasululah Saw menunjukkan perubahan sikap atas diri Aisyah r.a. Karena peristiwa itu akhirnya Aisyah r.a. jatuh sakit.
Kondisi fitnah itu menyebar hingga mencapai satu bulan lamanya. Dan selama itu pula, tak ada wahyu yang diterima Nabi Muhammad SAW. Sampai kemudian, Allah Swt mengabarkan berita gembira kepada Nabi Saw yang menyatakan bahwa Aisyah r.a. terbebas dari segala tuduhan perselingkuhan dan fitnah itu. Penegasan Allah SWT itu ternagkum dalam Al Qur'an, Surat An-Nuur ayat 11-26.
Di dalam Surat An-Nuur ayat 11 Allah klarifikasi fitnah tersebut. Ketika Aisyah r.a. dalam kondisi batin sangan berat itu, bahkan ayah dan ibunya tidak mampu membela dirinya,  maka beliau-pun berkata, “aku tidak bisa mengatakan apapun, kecuali apa yang dikatakan Ya’kub a.s. ‘Wa shabrun jamila’...”
Ketika Aisyah r.a. mendapat masalah yang berat dan dalam kesedihan yang sangat luar biasa, beliau menarik ayat Al Qur’an yang merupakan kisah yang masa terjadinya jauh dibelakang kehidupan kala itu. Kisah Ya’kub a.s. yang juga dirundung keedihan, karena perilaku sepuluh anaknya yang mencelakai Yusuf a.s. Aisyah r.a. menjadikan kisah Ya’kub a.s. sebagai inspirasi sekaligus solusi terhadap permasalahan yang dialaminya. Inilah diantara fungsi memahami kisah atau sirah di dalam Al qur’an.
Diantara sekian banyak kisah yang ada di dalam Al Qur’an, Surat Yusuf adalah kisah yang terbaik. Kita tahu bahwa setiap rakyat memiliki kisah atau cerita masing-masing. Maka Allah menyebutkan kisah yusuf ini sebagai kisah terbaik diantara segala macam kisah yang ada. Ketika kitalihat periode turunnya surat Yusuf, diturunkan tepat di tahun kesedihan. Dimana saat itu Rasulullah sawkehilangan dua orang terdekat yang paling dicintainya, yaitu; Khadijah r.a., wanita yang memberikan dukungan dakwah dari dalam rumah, dan Abu Thalib, orang yang melindungi dan menjaga Rasulullah saw dengan dakwahnya di luar rumah wafat. Kemudian Allah menghadirkan kisah Yusuf a.s sebagai hiburan dan inspirasi besar untuk Rasulullah saw. Sebagai penguat kepada Rasulullah saw bahwa masalah yang dihadapinya tidaklah seberapa dibanding kesedihan yang di alami oleh Nabi Yusuf a.s.. Ketika mengetahui kisah nabi Yusuf a.s. inilah, Rasulullah saw mendapatkan energi baru. Mendapatkan kekuatan untuk bangkit, karena para pendahulunya juga telah mampu melewati kesedihan-kesedihan yang serupa.
Kalau kita jadikan sudut pandang sebuah film, pasti ada sesuatu hal yang menjadi daya tarik bagi penontonnya. Sebut saja wajah pemainnya yang tampan atau cantik. Mari kita bandingkan ketampanan Nabi Yusuf dengan seluruh pemain di film atau sinetron yang ada di televisi. Adakah seorang lelaki yang amat tampan sekali melebihi nabi Yusuf a.s.?. Parameternya sederhana, ketika sekerumunan wanita cantik, bertahta, dan kaya raya berkumpul di dalam sebuah tempat. Lalu datangkanlah laki-laki yang dianggap paling tampan itu, lihat bagaimana reaksi para wanita tersebut? Apakah ia sampai mengiris jarinya sendiri tanpa terasa sakit sedikitpun karena sangat terpesona dengan ketampanan lelaki tersebut? Itulah yang terjadi kepada nabi Yusuf a.s.. Dan itu bukanlah dongeng belaka, melainkan kisah nyata yang diabadikan di dalam al-Qur’an. Nabi Yusuf a.s. tidak tersaingi ketampanannya. Dari segi nasab atau garis keturunan, Yusuf a.s.berasal dari garis keturunan para Nabi sampai kakek buyutnya. Ayah Yusuf a.s. adalah Nabi Ya’kub a.s., kakeknya bernama Nabi Ishaq a.s., dan kakek buyutnya adalah Nabi Ibrahim a.s.
Andaikan kisah nabi Yusuf a.s. di filmkan, tentu sangat menarik. Bisa kita bayangkan, perpindahan setting yang sangat dinamis. Mulai dari masa kecilnya di Palestina, kemudian dibawa musafir menjadi budak ke Mesir. Di Mesir menjadi budak keluarga istana, kemudian dijerumuskan ke penjara karena majikan yang cinta buta kepadanya. Dari penjara kembali bebas ke istana lagi,dan didaulat menjadi  pembesar Mesir  setelah berhasil mentakwil mimpi raja. Dan yang paling menarik dari sebuah kisah adalah akhir yang menyenangkan. Kita dapati, kisah mengharukan penuh kebahagiaan dalam kisah nabi Yusuf a.s.. Puncaknya adalah pertemuan antara seorang anak dengan ayahnya yang terpisah puluhan tahun lamanya tanpa ada kejelasan keberadaannya. Nabi Yusuf a.s. bertemu kembali dengan nabi Ya’kub a.s. yang teramat mencintainya.
Dan masih banyak pelajaran lagi dari kisah nabi Yusuf a.s. untuk dijadikan inspirasi. Termasuk bagaimana pertaubatan Zulaikha setelah Nabi Yusuf a.s. keluar  dari penjara. Awalnya,Zulaikha tidak mau mengaku dan mengalah. Dia tidak rela harga dirinya direndahkan oleh seorang budak yang dicintainya. Meskipun akhirnya, Zulaikha sendiri yang menanggung derita karena digelapkan hatinya oleh kecintaan kepada Yusuf a.s.. Matanya menjadi rabun, sakit-sakitan, semua harta dan kekayaannya habis dijarah orang. Lebih parah lagi, cinta butanya kepada Yusuf a.s. telah menjadi perbincangan seluruh masyarakat Mesir. Andakan saja, Zulaikha mau bertobat sejakdahulu, tidak perlu orang lain tahu, hingga aibnya tersebar luas.
Dahsyatnya kisah-kisah inilah yang akan membuat terbentuknya karakter. Kalau satu hari kita membaca satu juz, satu bulan bisa khatam satu kali. Jika demikian, dalam satu bulan kita akan bertemu dengan kisah pribadi-pribadi yang mulia di dalam Al Qur’an. Kisah Ibrahim, Muhammad, Yusuf, Yunus, dan semua Nabi yang mulia. Dalam semua proses kehidupan yang dilaluinya. Ketika ada orang yang merasa paling gagah dan tampan, maka ia akan tunduk dan merendah setelah membaca Al Qur’an yang bercerita tentang Nabi Yusuf a.s., karena kegagahan dan ketampanannya tidak sebanding dengan kegagahan dan ketampanan Nabi Yusuf a.s.. Kepada orang yang merasa paling berkuasa, maka ia akan tunduk dan merendah setelah membaca ayat Al Qur’an yang menceritakan tentang kisah Nabi Sulaiman a.s., karena tidak ada kerajaan atau kekuasaan manapun yang melebihi kekuasaan Nabi Sulaiman a.s. baik sebelum ataupun sesudahnya. Teruntuk orang yang merasa paling menderita karena sakitnya yang parah, ia akan tertunduk dan bersyukur setelah membaca Al Qur’an tentang kisah Nabi Ayub a.s.. Kalau seseorang sakit, paling tidak masih ada orang yang merawat dan membesuknya. Sementara nabi Ayub a.s. ketika sakit, ia malah ditinggalkan oleh orang-orang terdekatnya. Dikucilkan bahkan kemudian diusir dari kampung halamannya. Kisah-kisah seperti inilah yang akan menjadi penguatan karakter iman seseorang. 
Bagaimana kisah-kisah ini bisa membentuk iman seseorang?. Jika seorang muslim mempelajari dengan baik kisah-kisah tersebut maka dia sedang menggabungkan pribadi-pribadi mulia itu kedalam dirinya. Memasukkan karakter mulia Ibrahim a.s., Yusuf a.s., Muhammad swt, dan pribadi-pribadi mulia lainnya. Oleh karena itu, sangat dianjurkan bagi kita untuk khatam membaca Al Qur’an minimal satu kali dalam satu bulan, dan tidak boleh lebih cepet dari 3 hari. Dengan bagitu kita akan berjumpa dan menyerap energi-energi hebat dari kisah-kisah hebat di dalam al-Qur’an di setiap bulannya. Itulah kenapa, ketika Aisyah r.a. ditanya tentang akhlak Rasulullah sawbeliau menjawab bahwa akhlak Rasulullah saw adalah Al Qur’an.
Yang harus dipahami, bahwa yang dimunculkan adalah kisah bukan dongeng. Karena kisah itu sumbernya otentik dan berasal dari kisah nyata, sementara dongeng adalah karangan fiksi yang mengada-ngada. Sementara yang hari ini berkembang di masyarakat kita adalah dongeng. (bersambung ke bagian III)

"kisah"; sebagai sumber inspirasi pendidikan (bag1)

 oleh: Ust Arif Muhibullah.

Sebagaimana yang telah kita ketahui bahwa lebih dari sepertiga kandungan di dalam Al Qur’an berisi tentang kisah. Perjalanan manusia mulai Adam a.s. sampai Rasulullah saw. Orang-orang mulia itu diutus untuk menyampaikan risalah kepada umat manusia. Maka dihadirkanlah kisah-kisah mereka di dalam Al Qur’an agar dapat kita pelajari dan menjadi hikmah untuk menjalani kehidupan hari ini dan dikemudian hari.
Dominasi kandungan tentang kisah didalam Al Qur’an, tentunya bukan tanpa maksud. Karena di dalam kisah, pastilah ada jawaban-jawaban terbaik yang menjadi ibroh untuk umat manusia. Menjadi petunjuk bagi manusia yang membaca dan mempelajarinya. Namun tidak banyak manusia yang menyadari akan hal tersebut. Karena sebenarnya, kejadian-kejadian dalam siroh ketika dikaitkan dengan kehidupan hari ini hanyalah sebuah kisah atau kejadian yang berulang. Yang berbeda hanya waktu dan pelakunya. Maka benarlah jika ada orang yang mengatakan bahwa, siapa yang menguasai sejarah masa lalu, dia pula yang akan menguasai masa depan. Karena di dalam kisah manusia di masa lalu banyak hikmah atau pelajaran yang dapat dijadikan solusi permasalahan manusia di era sekarang atau yang akan datang.

Di dalam Al Qur’an terdapat kisah orang-orang yang taat kepada Allah, diantaranya ada yang dari golongan Nabi, ada pula dari golongan manusia biasa. Dari golongan Nabi, disebutkan kisah mulai dari Nabi Adam, Idris, Nuh, Musa, dan nabi-nabi yang lain. Sementara dari golongan manusia biasa, disebutkan kisah orang-orang sholeh, contohnya kisah Imron. Bahkan disebutkan bahwa kisah Imron bukan kisah seorang diri melainkan juga kisah dengan keluarganya. Lebih dari itu, bahkan keluarga Imron disejajarkan dengan Rasul di dalam penyebutannya di Al Qur’an.
“Sesungguhnya Allah telah memilih Adam, dan Nuh, dan keluarga Ibrahim, dan keluarga Imran atas sekalian bangsa-bangsa.” (QS Ali Imran: 33)
Dipilih manusia yang utama di antara manusia yang banyak.
"(Ialah) keturunan yang sebahagiannya adalah dari yang sebahagian. Dan Allah adalah Maha Mendengar lagi Mengetahui . " (QS. Ali Imran 34).
Adam sebagai bapak manusia. Dialah yang terlebih dahulu terpilih menerima wahyu dan menyampaikan wahyu itu kepada anak-cucunya. Disinilah timbul pendapat bahwa nabi dan rasul sama-sama mendapat wahyu. Tetapi nabi hanya mendapat wahyu dan tidak membawa syariat. Sedang rasul mendapat wahyu dan di antara wahyu itu mengandung syariat yang wajib disampaikannya kepada manusia. Itu sebabnya maka seorang rasul dengan sendirinya adalah nabi, tetapi seorang nabi belumlah tentu bahwa dia merangkap jadi rasul.
Manusia yang pertama sekali mendapat kehormatan terpilih menerima wahyu dari keturunan Adam ialah Nuh. Diantara Adam dan Nuh ada lagi seorang nabi, yaitu Idris. Tetapi di dalam ayat ini lebih dikemukakan Nabi Nuh sebab dia telah mulai membawa syariat yang tegas kepada ummat manusia (lihat Surat 42, as-Syura,ayat 13),yang meskipun telah diajarkan oleh Adam, namun anak cucunya telah mulai menyembah berhala.
Nabi Nuh-lah yang mendapat perintah untuk membuat bahtera untuk melepaskan orang-orang yang percaya kepada Allah yang Tunggal. Maka ditenggelamkanlah manusia yang menyembah berhala dan diselamatkan manusia yang percaya dan mengikut kepada pimpinan Nuh. Di antara anak Nuh yang terkenal dalam catatan sejarah ialah Ham, Sam dan Yafits. Dari keturunan Nuh yang bernama Sam ialah kemudian lahir Ibrahim. Ibrahim disebut pada ayat 33 ini, keluarga Ibrahim. Sebab Ibrahim dengan beroleh kedua puteranya Ismail dan Ishak, telah menurunkan keluarga yang besar. Ismail anak yang tertua telah mengembangkan bangsa Arab Adnani dan Ishak telah mengembangkan Bani Israil.
Berpuluh nabi dan rasul telah ditimbulkan pada Bani Israil. Kemudian timbullah dari keturunan Bani Israil itu keluarga Imran. Di dalam al-Qur'an ada tersebut dua Imran, tetapi jaraknya lebih kurang 1.800 tahun. Imran yang pertama adalah ayah dari Nabi Musa, dan Imran yang kedua ialah ayah dari Maryam, dan Maryam ini ibu dari Nabi Isa As. Adapun satu cabang dari keluarga Ibrahim yang dari puteranya Ismail,akan diutus pula Nabi Muhammad Saw. Maka keluarga­keluarga yang mulia ini telah diberikan kemuliaan nubuwwat dan risalah, bahwa pimpinan ruhani dari umat manusia didatangkan Allah melalui keluarga-keluarga ini.

"(Ingatlah) tatkala bermohon isteri Imran: Ya Tuhanku! Sesungguhnya aku telah bernazar (anak) yang dalam perutku ini akan diperhambakan kepada Engkau." (pangkal ayat 35).
Ada seorang laki-laki yang shalih namanya Imran, senama dengan ayah Nabi Musa yang hidup 1.800 tahun sebelumnya. Sebab sejak zaman dahulu, sampai kepada zaman sekarang, orang-orang yang shalih dalam agamanya suka sekali memakai nama orang­-orang yang mulia untuk menjadi nama anaknya. Hal inilah yang menyebabkan ayah Imran ini menamai anaknya demikian karena ayah Nabi Musa yang besar itu, bernama Imran pula.
Laki-laki yang bernama Imran ini mempunyai seorang isteri yang shalihah yang sedang hamil. Disaat hamil itulah, ia bernadzar jika nanti anaknya lahir, akan diserahkan menjadi abdi Allah, merawat dan menjaga Baitul Maqdis. Di antara keluarganya sendiripun ada orang yang menjadi perawat tempat suci itu, yaitu Nabi Zakaria, suami dari kakaknya. Maka berserulah dia dalam do'anya agar nazarnya itu dikabulkan oleh Allah.
Diluar dugaannya, ternyata anak yang lahir adalah seorang bayi perempuan. Padahal yang diharapkan adalah anak laki-laki. Meskipun anak itu dilahirkan perempuan, dia bukanlah  perempuan biasa. Kelak bayi perempuan itu akan dijadikan Allah suatu ayat bagi isi alam, bahwa seorang wanita yang suci, bersih dan shalihah akan melahirkan seorang putra, yang menjadi Nabi Allah, yaitu Isa As. Dan proses kelahiran itu, atas kehendak Allah tanpa dihadirkannya seorang suami.
"Dan aku telah menamainya Maryam, dan sesungguhnya aku memperlindungkannya dan keturunan-keturunannya kepada Engkau daripada syaitan yang terkutuk" (ujung ayat 36).
Dengan ujung do'a yang demikian, nampak sekali lagi bagaimana shalihnya perempuan ini. Dia merasa anaknya yang perempuan ini lemah tidak berdaya dibanding dengan laki-laki, namun nazarnya akan diteruskannya. Oleh karena itu, dia memohon kepada Allah agar anaknya dan keturunan-keturunannya mendapat perlindungan dari godaan syatitan yang terkutuk. Dan Allah telah mengatur skenario selanjutnya, bayi Maryam diasuh oleh Nabi Zakaria yang solih. Sehingga dapat menjaganya dari godaan syaitan yang terkutuk.
Terdapat dua kata penting untuk kita jadikan dasar dalam pendidikan anak-anak. Pertama, ialah dari keturunan ayah-bundanya yang shalih, sehingga anak akan tumbuh dan berkembang dalam darah keturunan yang baik. Kedua, perhatian kepada siapa yang mengasuh dan mendidik. Sehingga, apabila guru yang menyambutnya adalah orang yang solih, maka insyaAllah anak juga akan tumbuh dan berkembang menjadi orang solih.
Itulah cuplikan kisah dalam Surat Ali Imron, tapi tidak ada kisah tentang Imran. Yang muncul adalah kisah dua orang wanita dalam keuarga Imron. Yaitu Kisah Hana istri Imran, dan kisah Maryam putri Imran.(bersambung ke bagian II)