Didalam Al Qur’an, kita temukan bagaimana sebenarnya dalam surat al-Fatihah, secara tersirat Allah swt memerintahkan kita untuk belajar sirah di ayat “Tunjukilah kami jalan yang lurus.” Maknanya adalah: “Tunjukilah, bimbinglah dan berikanlah taufik kepada kami untuk meniti shirathal mustaqiim yaitu jalan yang lurus.” Jalan lurus itu adalah jalan yang terang dan jelas serta mengantarkan orang yang berjalan di atasnya untuk sampai kepada Allah swt dan berhasil menggapai surga-Nya. Hakikat jalan lurus adalah memahami kebenaran dan mengamalkannya. Oleh karena itu ya Allah, tunjukilah kami menuju jalan tersebut dan ketika kami berjalan di atasnya. Yang dimaksud dengan hidayah menuju jalan lurus yaitu hidayah supaya bisa memeluk erat-erat agama Islam dan meninggalkan seluruh agama yang lainnya. Adapun hidayah di atas jalan lurus ialah hidayah untuk bisa memahami dan mengamalkan rincian-rincian ajaran Islam. Dengan begitu do’a ini merupakan salah satu do’a yang paling lengkap dan merangkum berbagai macam kebaikan dan manfaat bagi diri seorang hamba.
Ayat
berikutnya, “Yaitu jalannya orang-orang yang Engkau berikan nikmat atas
mereka.”Siapakah orang-orang yang diberi nikmat oleh Allah? Di dalam ayat
yang lain disebutkan bahwa mereka ini adalah para Nabi, orang-orang yang
shiddiq, para pejuang Islam yang mati syahid dan orang-orang salih. Termasuk di
dalam cakupan ungkapan ‘orang yang diberi nikmat’ ialah setiap orang yang
diberi anugerah keimanan kepada Allah ta’ala, mengenal-Nya dengan baik,
mengetahui apa saja yang dicintai-Nya, mengerti apa saja yang dimurkai-Nya,
selain itu dia juga mendapatkan taufik untuk melakukan hal-hal yang dicintai
tersebut dan meninggalkan hal-hal yang membuat Allah murka. Jalan inilah yang
akan mengantarkan hamba menggapai keridhaan Allah ta’ala. Inilah jalan Islam.
Dan untuk bisa menjalani Islam dengan baik maka kita pun sangat membutuhkan
sosok teladan yang bisa dijadikan panutan. Kita harus belajar dari orang-orang
yang diberi nikmat, dari nabi, dari orang-orang yang sudah teruji kebenarannya,
dari orang-orang yang gugur karena mempertahankan keimanannya.
Ayat
berikutnya, “Bukan jalannya orang-orang yang dimurkai dan bukan pula jalan
orang-orang yang tersesat.”Orang yang dimurkai adalah orang yang sudah
mengetahui kebenaran akan tetapi tidak mau mengamalkannya. Contohnya adalah
kaum Yahudi dan semacamnya. Sedangkan orang yang tersesat adalah orang yang
tidak mengamalkan kebenaran gara-gara kebodohan dan kesesatan mereka. Contohnya
adalah orang-orang Nasrani dan semacamnya. Sehingga di dalam ayat ini tersimpan
motivasi dan dorongan kepada kita supaya menempuh jalan kaum yang shalih dan
memperingatkan kita untuk menjauhi jalan yang ditempuh oleh orang-orang yang
sesat dan menyimpang.
Kita
minta kepada Allah, agar kita diberi petunjuk jalan yang lurus, jalan
orang-orang yang diberi nikmat. Bukan jalan yang dimurkai Allah, bukan pula
jalan orang-orang yang sesat. Artinya, kita minta dalam doa, setiap hari dalam
surat Al Fatihah itu, kita tidak mengikuti dan tidak mengekor cara hidup orang Yahudi
dan Nasrani. Dalam surat Al Fatihah itu tersirat bagaimana kita harus belajar
sirah. Belajar sejarah kehidupan para nabi termasuk orang-orang yang Allah beri
nikmat.
Disaat
kita begitu semangat untuk menghidupkan amalan-amalan sunnah, lalu kenapa kita
tidak berani menghidupkan sistem pendidikan sunnah. Model pendidikan yang
dicontohkan oleh Rasulullah saw dan generasi salaf. Hari ini, kita masih
menggunakan akar model pendidikan orang Yahudi dan Nasrani. Kita begitu gagah
ketika bicara tentang ilmu kedokteran dan kesehatan untuk kemudian dialihkan
dan diganti ke thibun nabawi mengganti obat kimia dengan herbal. Namun ketika
bicara pendidikan, kita tidak gagah. Kita masih menggunakan model pendidikan
yang akarnya dari Yahudi dan Nasrani. Padahal sudah ada model pendidikan Islam
yang hasilnya sudah jelas-jelas melahirkan generasi hebat sekelas sahabat Rasulullah
saw.
Dalam
surat Yusuf terdapat kekuatan sejarah yang ada di dalamnya. “Sesungguhnya
pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai
akal. Al-Qur'an itu bukanlah cerita yang dibuat-buat, tetapi membenarkan
(kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjelaskan segala sesuatu, dan sebagai
petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman”
Dalam
kisah Yusuf a.s., paling tidak mengandung empat hal pokok yaitu; motivasi seseorang,
prediksi dalam kehidupan seseorang, inspirasi, dan solusi akan sebuah
permasalahan. Ketika kita belajar sirah, paling tidak sirah itu akan
mengarahkan kita kepada empat hal tersebut. Kita akan terinspirasi dengan
sirah, kita akan memiliki kekuatan untuk memprediksi sesuatu, kita akan
memiliki kekuatan untuk mencari solusi, dan kita bisa memotivasi dengan sirah
itu.
Betapa
tidak, didalam sirah kita akan menemukan kejadian secara akal manusia tidak
akan mungkin terjadi. Misal kejadian perang badar, kaum muslimin berhadapan
dengan kaum kafir. Secara jumlah orang kafir quraisy sangat dominan. 1000 orang
kafir melawan 330 orang muslim. Ini memberikan inspirasi kepada kita bahwa,
betapa banyak orang beriman dalam jumlah yang kecil mengalahkan orang kafir dala
jumlah besar. Menjadi sebuah inspirasi bahwa kemenangan dakwah itu tidak
bergantung kepada kuantitas pasukannya atau keterampilan dan keahlian
pengusungnya. Karena kalau kita cermati, kaum muslimin di saat perang badar
adalah pengalaman pertama kali mereka terjun di medan peperangan, dan tidak
membawa persenjataan yang memadai, karena memang niat awalnya bukan untuk
perang. Tapi atas izin Allah, mereka mendapatkan kemenangan.
Dalam
kisah lain saat perang Ahzab atau Khandak. Dimana kaum muslimin di madinah
dikepung 10.000 pasukan kafir dengan sekutunya. Kalau kita lihat geografis
Madinah, tidak mungkin bagi seseorang untuk masuk kecuali dari sisi utara. Atas
ide Salman Al Farisy, di sisi utara Madinah dibuatlah Khondak yang lebarnya
kurang lebih 3-5 meter, dalamnya pun kurang lebih sama. Khondak atau parit ini
membuat kuda tidak mungkin bisa melompat. Mereka juga tidak bisa masuk Madinah
dari belahan sisi yang lain, karena ada batu hitam yang tajam-tajam di bukit
mengelilingi Madinah yang tidak mungkin untuk dilewati oleh kuda ataupun
pejalan kaki. Madinah sebenarnya benteng tersendiri. Kalaupun pasukan Ahzab itu
bisa masuk, maka terkepunglah 3000 kaum muslimin didalamnya.
Diperparah
lagi kondisinya ketika Bani Khuraidzah berkhianat. Mereka punya benteng yang
bisa dilewati sebagai pintu belakang kota Madinah, akan tetapi katahuan oleh Rasulullah
saw. Maka seusai perang dibunuhlah kaum Yahudi bani Khuraidzah. Terkecuali pada
perempuan, orang tua, dan anak-anak.
Sekitar 400 orang dibunuh pada waktu itu. Sampai hari ini pun, hukuman negara
bagi orang yang berkhianat adalah hukuman mati. Hal ini merupakan pelajaran
yang sangat menarik kalau kita belajar tentang sirah. Pertolongan Allah swt
berperan sangat besar denganmenghadirkan angin kencang selama berhari-hari. Sehingga
musuh mundur secara teratur sampai tak tersisa dan akhirnya tidak ada
pertempuran yang berarti.
Kita
juga dapat melihat kisah didalam surat Al Ahzab yang sedemikian panjangnya, di
ayat 21 tentang keteladanan Rasulullah saw Muhammad saw. “Sesungguhnya telah
ada pada (diri) Rasulullah saw itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi
orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak
menyebut Allah.”
Setelah
penjelasan tentang keteladanan Rasulullah saw, lalu muncul ayat-ayat
selanjutnya yang mengisahkan tentang cerita istri-istri Rasul. Seolah Allah swt
ingin mengatakan kepada kita inilah uswatun hasanah, setelah memaparkan tentang
situasi paling sulit di medan pertempuran, kemudian Allah bercerita tentang
sikap Rasulullah saw terhadap istri-istrinya. Kisah ini mengingatkan kepada
kita sebagai bahan intropeksi diri, bahwa Uswatun hasanah itu adalah seseorang yang
baik dimedan pertempuran dan juga baik pula didalam rumah tangganya. Banyak
orang yang tidak tahu, ketika rasul mengatakan “Yang terbaik diantara kalian
adalah yang terbaik kepada keluarganya, dan aku yang paling baik kepada
keluargaku”.Ketika Rasulullah saw mengatakan seperti ini, kita harus
belajar cara berumahtangga kepada beliau. Seorang suami harus tahu bagaimana
menjaga harmonisasai rumah tangga terhadap istri dan anak-anaknya.
Sangat
sedikit diantara kita yang memahami, bahwa dengan belajar sirah, kita menemukan
ada riwayat dimana Rasulullah saw memiliki romantisme yang sangat tinggi. Misal,
disaat beliau sedang minum segelas air bersama Aisyah r.a.. Aisyah r.a. minum
air duluan, kemudian Rasulullah saw mengambil gelas bekas minuman Aisyah r.a.,
dicari bekas bibir aisyah dan Rasulullah saw meminum dari bekas bibir Aisyah
r.a. tersebut. Hal itu menjadi inspirasi bagaimana menjaga keharmonisan dalam
rumah tangga. Usia Rasulullah saw saat itu adalah 53 tahun. Dan itu bukan usia
muda yang bisa mengumbar keromantisan dengan pasangannya. Artinya, menjaga
keharmonisan dalam rumah tangga itu tidak terbatas pada usia, tetapi seumur
hidup. Sepanjang hayat selama masih dalam ikatan keluarga.
Ada
juga kisah tentang istri rasul dari keturunan Yahudi, Shafiya binti Huyai bin Akhtab,
Huyai adalah pimpinan Yahudi yang sangat membenci Rasulullah saw. Huyai mati di
Khaibar. Begitupun suami Shafiya. Sebagai tawanan perang, Shafiya diberi pilihan
untuk pulang ke kaumnya atau menerima pinangan Rasulullah saw. Sebelumnya Shafiya
bermimpi kejatuhan bulan ke pangkuannya. Ditakwilkan olehnya, ia akan
mendapatkan keberuntungan besar. Keberuntungan besar itu oleh Shafiya diartikan
dengan dinikahi oleh Rasulullah saw. Meski usia pernikahan mereka hanya lima
tahun, karena setelah itu Rasulullah saw wafat.
Suatu
ketika, saat naik unta, dan unta yang dikendarai Shafiya jalannya lambat,
kemudian ia menangis karena selalu tertinggal dari rombongan. Maka kemudian Rasulullah
saw mengusap air mata Shafiya. Itulah akhlak suami yang baik. Memberikan
perhatian dan kasih sayang yang tulus kepada istrinya. Itulah mengapa, semua
istri-istri Rasulullah saw merasa menjadi istri paling istimewa. Karena akhlak Rasulullah
saw kepada istrinya yang sangat mencintai dan menyayanginya secara sempurna.
Sempurnanya iman seseorang, adalah orang yang terbaik terhadap istrinya.
Ukurannya adalah sikap terhadap istri.
Begitu
banyak hikmah didalam kisah-kisah ini. Sangat disayangkan kalau kisah-kisah yang
penuh inspirasi ini dilewatkan begitu saja oleh kaum muslimin. Karena hadirnya
kisah-kisah ini dalam Al Qur’an tidak lain adalah agar menjadi inspirasi,
motivasi, prediksi, dan menjadi refleksi bagi umat Islam dalam menjalani
kehidupan di dunia agar selamat hingga akhirat. Meneladani pribadi-pribadi
mulia di dalam al Qur’an, menjadikan energi baru bagi umat Islam agar dapat
meniru atau mencontoh sikap mereka dalam menghadapi berbagai permasalahan yang
di hadapi. Oleh karena itu, sangat penting bagi kita untuk terus mempelajari sirah
atau kisah yang terdapat di dalam alQur’an.