'Kisah'; sebagai sumber inspirasi pendidikan (bag III)



Didalam Al Qur’an, kita temukan bagaimana sebenarnya dalam surat al-Fatihah, secara tersirat Allah swt memerintahkan kita untuk belajar sirah di ayat “Tunjukilah kami jalan yang lurus.”           Maknanya adalah: “Tunjukilah, bimbinglah dan berikanlah taufik kepada kami untuk meniti shirathal mustaqiim yaitu jalan yang lurus.” Jalan lurus itu adalah jalan yang terang dan jelas serta mengantarkan orang yang berjalan di atasnya untuk sampai kepada Allah swt dan berhasil menggapai surga-Nya. Hakikat jalan lurus adalah memahami kebenaran dan mengamalkannya. Oleh karena itu ya Allah, tunjukilah kami menuju jalan tersebut dan ketika kami berjalan di atasnya. Yang dimaksud dengan hidayah menuju jalan lurus yaitu hidayah supaya bisa memeluk erat-erat agama Islam dan meninggalkan seluruh agama yang lainnya. Adapun hidayah di atas jalan lurus ialah hidayah untuk bisa memahami dan mengamalkan rincian-rincian ajaran Islam. Dengan begitu do’a ini merupakan salah satu do’a yang paling lengkap dan merangkum berbagai macam kebaikan dan manfaat bagi diri seorang hamba.
Ayat berikutnya, “Yaitu jalannya orang-orang yang Engkau berikan nikmat atas mereka.”Siapakah orang-orang yang diberi nikmat oleh Allah? Di dalam ayat yang lain disebutkan bahwa mereka ini adalah para Nabi, orang-orang yang shiddiq, para pejuang Islam yang mati syahid dan orang-orang salih. Termasuk di dalam cakupan ungkapan ‘orang yang diberi nikmat’ ialah setiap orang yang diberi anugerah keimanan kepada Allah ta’ala, mengenal-Nya dengan baik, mengetahui apa saja yang dicintai-Nya, mengerti apa saja yang dimurkai-Nya, selain itu dia juga mendapatkan taufik untuk melakukan hal-hal yang dicintai tersebut dan meninggalkan hal-hal yang membuat Allah murka. Jalan inilah yang akan mengantarkan hamba menggapai keridhaan Allah ta’ala. Inilah jalan Islam. Dan untuk bisa menjalani Islam dengan baik maka kita pun sangat membutuhkan sosok teladan yang bisa dijadikan panutan. Kita harus belajar dari orang-orang yang diberi nikmat, dari nabi, dari orang-orang yang sudah teruji kebenarannya, dari orang-orang yang gugur karena mempertahankan keimanannya.
Ayat berikutnya, “Bukan jalannya orang-orang yang dimurkai dan bukan pula jalan orang-orang yang tersesat.”Orang yang dimurkai adalah orang yang sudah mengetahui kebenaran akan tetapi tidak mau mengamalkannya. Contohnya adalah kaum Yahudi dan semacamnya. Sedangkan orang yang tersesat adalah orang yang tidak mengamalkan kebenaran gara-gara kebodohan dan kesesatan mereka. Contohnya adalah orang-orang Nasrani dan semacamnya. Sehingga di dalam ayat ini tersimpan motivasi dan dorongan kepada kita supaya menempuh jalan kaum yang shalih dan memperingatkan kita untuk menjauhi jalan yang ditempuh oleh orang-orang yang sesat dan menyimpang.
Kita minta kepada Allah, agar kita diberi petunjuk jalan yang lurus, jalan orang-orang yang diberi nikmat. Bukan jalan yang dimurkai Allah, bukan pula jalan orang-orang yang sesat. Artinya, kita minta dalam doa, setiap hari dalam surat Al Fatihah itu, kita tidak mengikuti dan tidak mengekor cara hidup orang Yahudi dan Nasrani. Dalam surat Al Fatihah itu tersirat bagaimana kita harus belajar sirah. Belajar sejarah kehidupan para nabi termasuk orang-orang yang Allah beri nikmat.
Disaat kita begitu semangat untuk menghidupkan amalan-amalan sunnah, lalu kenapa kita tidak berani menghidupkan sistem pendidikan sunnah. Model pendidikan yang dicontohkan oleh Rasulullah saw dan generasi salaf. Hari ini, kita masih menggunakan akar model pendidikan orang Yahudi dan Nasrani. Kita begitu gagah ketika bicara tentang ilmu kedokteran dan kesehatan untuk kemudian dialihkan dan diganti ke thibun nabawi mengganti obat kimia dengan herbal. Namun ketika bicara pendidikan, kita tidak gagah. Kita masih menggunakan model pendidikan yang akarnya dari Yahudi dan Nasrani. Padahal sudah ada model pendidikan Islam yang hasilnya sudah jelas-jelas melahirkan generasi hebat sekelas sahabat Rasulullah saw.
Dalam surat Yusuf terdapat kekuatan sejarah yang ada di dalamnya. “Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal. Al-Qur'an itu bukanlah cerita yang dibuat-buat, tetapi membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjelaskan segala sesuatu, dan sebagai petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman”
Dalam kisah Yusuf a.s., paling tidak mengandung empat hal pokok yaitu; motivasi seseorang, prediksi dalam kehidupan seseorang, inspirasi, dan solusi akan sebuah permasalahan. Ketika kita belajar sirah, paling tidak sirah itu akan mengarahkan kita kepada empat hal tersebut. Kita akan terinspirasi dengan sirah, kita akan memiliki kekuatan untuk memprediksi sesuatu, kita akan memiliki kekuatan untuk mencari solusi, dan kita bisa memotivasi dengan sirah itu.
Betapa tidak, didalam sirah kita akan menemukan kejadian secara akal manusia tidak akan mungkin terjadi. Misal kejadian perang badar, kaum muslimin berhadapan dengan kaum kafir. Secara jumlah orang kafir quraisy sangat dominan. 1000 orang kafir melawan 330 orang muslim. Ini memberikan inspirasi kepada kita bahwa, betapa banyak orang beriman dalam jumlah yang kecil mengalahkan orang kafir dala jumlah besar. Menjadi sebuah inspirasi bahwa kemenangan dakwah itu tidak bergantung kepada kuantitas pasukannya atau keterampilan dan keahlian pengusungnya. Karena kalau kita cermati, kaum muslimin di saat perang badar adalah pengalaman pertama kali mereka terjun di medan peperangan, dan tidak membawa persenjataan yang memadai, karena memang niat awalnya bukan untuk perang. Tapi atas izin Allah, mereka mendapatkan kemenangan.
Dalam kisah lain saat perang Ahzab atau Khandak. Dimana kaum muslimin di madinah dikepung 10.000 pasukan kafir dengan sekutunya. Kalau kita lihat geografis Madinah, tidak mungkin bagi seseorang untuk masuk kecuali dari sisi utara. Atas ide Salman Al Farisy, di sisi utara Madinah dibuatlah Khondak yang lebarnya kurang lebih 3-5 meter, dalamnya pun kurang lebih sama. Khondak atau parit ini membuat kuda tidak mungkin bisa melompat. Mereka juga tidak bisa masuk Madinah dari belahan sisi yang lain, karena ada batu hitam yang tajam-tajam di bukit mengelilingi Madinah yang tidak mungkin untuk dilewati oleh kuda ataupun pejalan kaki. Madinah sebenarnya benteng tersendiri. Kalaupun pasukan Ahzab itu bisa masuk, maka terkepunglah 3000 kaum muslimin didalamnya.
Diperparah lagi kondisinya ketika Bani Khuraidzah berkhianat. Mereka punya benteng yang bisa dilewati sebagai pintu belakang kota Madinah, akan tetapi katahuan oleh Rasulullah saw. Maka seusai perang dibunuhlah kaum Yahudi bani Khuraidzah. Terkecuali pada perempuan,  orang tua, dan anak-anak. Sekitar 400 orang dibunuh pada waktu itu. Sampai hari ini pun, hukuman negara bagi orang yang berkhianat adalah hukuman mati. Hal ini merupakan pelajaran yang sangat menarik kalau kita belajar tentang sirah. Pertolongan Allah swt berperan sangat besar denganmenghadirkan angin kencang selama berhari-hari. Sehingga musuh mundur secara teratur sampai tak tersisa dan akhirnya tidak ada pertempuran yang berarti.
Kita juga dapat melihat kisah didalam surat Al Ahzab yang sedemikian panjangnya, di ayat 21 tentang keteladanan Rasulullah saw Muhammad saw. “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah saw itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.”
Setelah penjelasan tentang keteladanan Rasulullah saw, lalu muncul ayat-ayat selanjutnya yang mengisahkan tentang cerita istri-istri Rasul. Seolah Allah swt ingin mengatakan kepada kita inilah uswatun hasanah, setelah memaparkan tentang situasi paling sulit di medan pertempuran, kemudian Allah bercerita tentang sikap Rasulullah saw terhadap istri-istrinya. Kisah ini mengingatkan kepada kita sebagai bahan intropeksi diri, bahwa Uswatun hasanah itu adalah seseorang yang baik dimedan pertempuran dan juga baik pula didalam rumah tangganya. Banyak orang yang tidak tahu, ketika rasul mengatakan “Yang terbaik diantara kalian adalah yang terbaik kepada keluarganya, dan aku yang paling baik kepada keluargaku”.Ketika Rasulullah saw mengatakan seperti ini, kita harus belajar cara berumahtangga kepada beliau. Seorang suami harus tahu bagaimana menjaga harmonisasai rumah tangga terhadap istri dan anak-anaknya.
Sangat sedikit diantara kita yang memahami, bahwa dengan belajar sirah, kita menemukan ada riwayat dimana Rasulullah saw memiliki romantisme yang sangat tinggi. Misal, disaat beliau sedang minum segelas air bersama Aisyah r.a.. Aisyah r.a. minum air duluan, kemudian Rasulullah saw mengambil gelas bekas minuman Aisyah r.a., dicari bekas bibir aisyah dan Rasulullah saw meminum dari bekas bibir Aisyah r.a. tersebut. Hal itu menjadi inspirasi bagaimana menjaga keharmonisan dalam rumah tangga. Usia Rasulullah saw saat itu adalah 53 tahun. Dan itu bukan usia muda yang bisa mengumbar keromantisan dengan pasangannya. Artinya, menjaga keharmonisan dalam rumah tangga itu tidak terbatas pada usia, tetapi seumur hidup. Sepanjang hayat selama masih dalam ikatan keluarga.
Ada juga kisah tentang istri rasul dari keturunan Yahudi, Shafiya binti Huyai bin Akhtab, Huyai adalah pimpinan Yahudi yang sangat membenci Rasulullah saw. Huyai mati di Khaibar. Begitupun suami Shafiya. Sebagai tawanan perang, Shafiya diberi pilihan untuk pulang ke kaumnya atau menerima pinangan Rasulullah saw. Sebelumnya Shafiya bermimpi kejatuhan bulan ke pangkuannya. Ditakwilkan olehnya, ia akan mendapatkan keberuntungan besar. Keberuntungan besar itu oleh Shafiya diartikan dengan dinikahi oleh Rasulullah saw. Meski usia pernikahan mereka hanya lima tahun, karena setelah itu Rasulullah saw wafat.
Suatu ketika, saat naik unta, dan unta yang dikendarai Shafiya jalannya lambat, kemudian ia menangis karena selalu tertinggal dari rombongan. Maka kemudian Rasulullah saw mengusap air mata Shafiya. Itulah akhlak suami yang baik. Memberikan perhatian dan kasih sayang yang tulus kepada istrinya. Itulah mengapa, semua istri-istri Rasulullah saw merasa menjadi istri paling istimewa. Karena akhlak Rasulullah saw kepada istrinya yang sangat mencintai dan menyayanginya secara sempurna. Sempurnanya iman seseorang, adalah orang yang terbaik terhadap istrinya. Ukurannya adalah sikap terhadap istri.
Begitu banyak hikmah didalam kisah-kisah ini. Sangat disayangkan kalau kisah-kisah yang penuh inspirasi ini dilewatkan begitu saja oleh kaum muslimin. Karena hadirnya kisah-kisah ini dalam Al Qur’an tidak lain adalah agar menjadi inspirasi, motivasi, prediksi, dan menjadi refleksi bagi umat Islam dalam menjalani kehidupan di dunia agar selamat hingga akhirat. Meneladani pribadi-pribadi mulia di dalam al Qur’an, menjadikan energi baru bagi umat Islam agar dapat meniru atau mencontoh sikap mereka dalam menghadapi berbagai permasalahan yang di hadapi. Oleh karena itu, sangat penting bagi kita untuk terus mempelajari sirah atau kisah yang terdapat di dalam alQur’an. 

0 komentar:

Posting Komentar