'Kisah'; sebagai sumber inspirasi pendidikan (bag II)

Di dalam Al Qur’an terdapat pula kisah perjalanan nabi-nabi yang lain. Musa, Isa, Sulaiman, dan lain sebagainya. Itu semua mewakili cerita bagaimana kelompok orang yang beriman dan bagaimana ketaatannya. Akan tetapi ada juga cerita kelompok orang-orang yang terjebak dengan kekufuran. Mulai dari kekufuran iblis kepada Allah ketika ia menolak bersujud kepada adam. Kemudian meluncur pula hal serupa di dalam Al Qur’an lewat sosok Fir’aun yang kafir. Begitupula kisah sosok Abu Lahab dan istrinya yang diperjodohkan dari dunia hingga neraka. Begitu banyak kisah-kisah dalam Al Qur’an itu, tentu  bukan berati tanpa arti. Pasti ada hikmah dan pelajaran dibalik itu semua.
Hal ini sangat berbeda dengan kaum nasrani dalam menyikapi kisah yang ada pada kitab sucinya. Semisal perbedaan antara perjanjian lama dengan perjanjian baru. Didalam kitab perjanjian lama, hanya mengisahkan kisah-kisah terdahulu, cerita-cerita saja. Yang tidak dipakai lagi hari ini. Sedangkan pada kitab Perjanjian baru, isinya dibuat oleh mereka sendiri, hasil gubahan dari kitab injil yang asli. Vatikan sebagai lembaga kerasulan mereka dengan Paus sebagai rasulnya. Dengan lembaga kerasulan dan rasul yang mereka tunjuk itu, Mereka bebas mengubah isi injil sesuka hati mereka. Sehingga kisah yang ada dalam kitab injil hari ini, sangat berbeda dengan kisah yang sebenarnya ada.
Sangat berbeda dengan kita dalam menyikapi kisah dalam al qur’an. Satu ayat pun dalam al qur’an tidak berani untuk mengubahnya. Jangankan satu ayat, satu harakat saja tidak boleh dirubah. Karena kisah itu Allah hadirkan sebagai bukti kejadian dimasa lalu sekaligus sebagai inspirasi dan solusi untuk permasalahan manusia dimasa mendatang. Sehingga harus tetap terjaga keaslian dan kemurniannya.

Kisah lain contohnya. Aisyah ketika mendapat musibah, didera sebuah fitnah besar. Masalah haditsul ifki. Seorang munafik Abdullah bin Ubay yang memfitnah Aisyah r.a. berselingkuh dengan sahabat Shafwan bin Mu'athal as-Sulami adz-Dzakwani. Fitnah itu terjadi saat berakhirnya perang antara kaum muslimin dengan Bani Musthakiq pada bulan Sya'ban tahun 5 hijriyah. Peperangan ini diikuti oleh sejumlah kaum munafik, Aisyah r.a. turut pula dengan Rasulullah saw.
Dalam perjalanan pulang saat kembali dari peperangan, rombongan kaum muslimin berhenti di suatu tempat di dekat Kota Madinah. Saat itulah Aisyah r.a. menyadari bahwa kalungnya telah putus dan hilang. Maka, Aisyah r.a. yang biasanya ditandu, segera kembali ke tendanya untuk mencari kalung yang hilang tersebut. Sementara, orang-orang yang membawa tandu tidak menyadari bahwa beliau tidak berada di dalamnya. Setelah sekian lama ia mencari kalung tersebut,namun kalung itu tak ditemukannya. Karena itulah Aisyah r.a. kembali menuju tandunya. Namun, ketika sampai ia telah ditinggalkan rombongannya. Maka, Aisyah r.a. hanya bisa pasrah. Ia berharap ada rombongan kaum muslimin yang kembali. Terlalu lama menungu, akhirnya Aisyah r.a. terserang kantuk hingga akhirnya tertidur.
Tanpa diduga, di saat itu muncullah salah seorang anggota rombongan yang bernama Shafwan bin Mu'athal as-Sulami adz-Dzakwani r.a. lewat. Shafwan ini bertugas sebagai anggota pasukan paling belakang. Melihat ada orang yang tertinggal, Shafwan segera menjenguknya. Namun, setelah mengetahui yang tertinggal itu adalah Ummul Mukminin Aisyah r.a., Shafwan pun seketika terkejut. Shafwan pun segera memberikan tunggangan untanya kepada Aisyah r.a. Sedangkan Shafwan sendiri berjalan kaki sambil menuntun unta yang ditunggangi oleh Aisyah r.a. Hingga akhirnya mereka berdua berhasil menyusul rombongan kaum muslimin yang sedang beristirahat.
Melihat kedatangan Ummul Mukminin bersama Shafwan, muncullah desas-desus terhadap hubungan keduanya. Orang munafik seperti Abdullah bin Ubay bin Salul memfitnah bahwa Aisyah r.a. telah berselingkuh dengan Shafwan. Fitnah itu dengan cepat beredar hingga di Madinah sehingga menimbulkan kegoncangan di kalangan kaum Muslimin. Karena tuduhan berselingkuh tersebut, sampai-sampai Rasululah Saw menunjukkan perubahan sikap atas diri Aisyah r.a. Karena peristiwa itu akhirnya Aisyah r.a. jatuh sakit.
Kondisi fitnah itu menyebar hingga mencapai satu bulan lamanya. Dan selama itu pula, tak ada wahyu yang diterima Nabi Muhammad SAW. Sampai kemudian, Allah Swt mengabarkan berita gembira kepada Nabi Saw yang menyatakan bahwa Aisyah r.a. terbebas dari segala tuduhan perselingkuhan dan fitnah itu. Penegasan Allah SWT itu ternagkum dalam Al Qur'an, Surat An-Nuur ayat 11-26.
Di dalam Surat An-Nuur ayat 11 Allah klarifikasi fitnah tersebut. Ketika Aisyah r.a. dalam kondisi batin sangan berat itu, bahkan ayah dan ibunya tidak mampu membela dirinya,  maka beliau-pun berkata, “aku tidak bisa mengatakan apapun, kecuali apa yang dikatakan Ya’kub a.s. ‘Wa shabrun jamila’...”
Ketika Aisyah r.a. mendapat masalah yang berat dan dalam kesedihan yang sangat luar biasa, beliau menarik ayat Al Qur’an yang merupakan kisah yang masa terjadinya jauh dibelakang kehidupan kala itu. Kisah Ya’kub a.s. yang juga dirundung keedihan, karena perilaku sepuluh anaknya yang mencelakai Yusuf a.s. Aisyah r.a. menjadikan kisah Ya’kub a.s. sebagai inspirasi sekaligus solusi terhadap permasalahan yang dialaminya. Inilah diantara fungsi memahami kisah atau sirah di dalam Al qur’an.
Diantara sekian banyak kisah yang ada di dalam Al Qur’an, Surat Yusuf adalah kisah yang terbaik. Kita tahu bahwa setiap rakyat memiliki kisah atau cerita masing-masing. Maka Allah menyebutkan kisah yusuf ini sebagai kisah terbaik diantara segala macam kisah yang ada. Ketika kitalihat periode turunnya surat Yusuf, diturunkan tepat di tahun kesedihan. Dimana saat itu Rasulullah sawkehilangan dua orang terdekat yang paling dicintainya, yaitu; Khadijah r.a., wanita yang memberikan dukungan dakwah dari dalam rumah, dan Abu Thalib, orang yang melindungi dan menjaga Rasulullah saw dengan dakwahnya di luar rumah wafat. Kemudian Allah menghadirkan kisah Yusuf a.s sebagai hiburan dan inspirasi besar untuk Rasulullah saw. Sebagai penguat kepada Rasulullah saw bahwa masalah yang dihadapinya tidaklah seberapa dibanding kesedihan yang di alami oleh Nabi Yusuf a.s.. Ketika mengetahui kisah nabi Yusuf a.s. inilah, Rasulullah saw mendapatkan energi baru. Mendapatkan kekuatan untuk bangkit, karena para pendahulunya juga telah mampu melewati kesedihan-kesedihan yang serupa.
Kalau kita jadikan sudut pandang sebuah film, pasti ada sesuatu hal yang menjadi daya tarik bagi penontonnya. Sebut saja wajah pemainnya yang tampan atau cantik. Mari kita bandingkan ketampanan Nabi Yusuf dengan seluruh pemain di film atau sinetron yang ada di televisi. Adakah seorang lelaki yang amat tampan sekali melebihi nabi Yusuf a.s.?. Parameternya sederhana, ketika sekerumunan wanita cantik, bertahta, dan kaya raya berkumpul di dalam sebuah tempat. Lalu datangkanlah laki-laki yang dianggap paling tampan itu, lihat bagaimana reaksi para wanita tersebut? Apakah ia sampai mengiris jarinya sendiri tanpa terasa sakit sedikitpun karena sangat terpesona dengan ketampanan lelaki tersebut? Itulah yang terjadi kepada nabi Yusuf a.s.. Dan itu bukanlah dongeng belaka, melainkan kisah nyata yang diabadikan di dalam al-Qur’an. Nabi Yusuf a.s. tidak tersaingi ketampanannya. Dari segi nasab atau garis keturunan, Yusuf a.s.berasal dari garis keturunan para Nabi sampai kakek buyutnya. Ayah Yusuf a.s. adalah Nabi Ya’kub a.s., kakeknya bernama Nabi Ishaq a.s., dan kakek buyutnya adalah Nabi Ibrahim a.s.
Andaikan kisah nabi Yusuf a.s. di filmkan, tentu sangat menarik. Bisa kita bayangkan, perpindahan setting yang sangat dinamis. Mulai dari masa kecilnya di Palestina, kemudian dibawa musafir menjadi budak ke Mesir. Di Mesir menjadi budak keluarga istana, kemudian dijerumuskan ke penjara karena majikan yang cinta buta kepadanya. Dari penjara kembali bebas ke istana lagi,dan didaulat menjadi  pembesar Mesir  setelah berhasil mentakwil mimpi raja. Dan yang paling menarik dari sebuah kisah adalah akhir yang menyenangkan. Kita dapati, kisah mengharukan penuh kebahagiaan dalam kisah nabi Yusuf a.s.. Puncaknya adalah pertemuan antara seorang anak dengan ayahnya yang terpisah puluhan tahun lamanya tanpa ada kejelasan keberadaannya. Nabi Yusuf a.s. bertemu kembali dengan nabi Ya’kub a.s. yang teramat mencintainya.
Dan masih banyak pelajaran lagi dari kisah nabi Yusuf a.s. untuk dijadikan inspirasi. Termasuk bagaimana pertaubatan Zulaikha setelah Nabi Yusuf a.s. keluar  dari penjara. Awalnya,Zulaikha tidak mau mengaku dan mengalah. Dia tidak rela harga dirinya direndahkan oleh seorang budak yang dicintainya. Meskipun akhirnya, Zulaikha sendiri yang menanggung derita karena digelapkan hatinya oleh kecintaan kepada Yusuf a.s.. Matanya menjadi rabun, sakit-sakitan, semua harta dan kekayaannya habis dijarah orang. Lebih parah lagi, cinta butanya kepada Yusuf a.s. telah menjadi perbincangan seluruh masyarakat Mesir. Andakan saja, Zulaikha mau bertobat sejakdahulu, tidak perlu orang lain tahu, hingga aibnya tersebar luas.
Dahsyatnya kisah-kisah inilah yang akan membuat terbentuknya karakter. Kalau satu hari kita membaca satu juz, satu bulan bisa khatam satu kali. Jika demikian, dalam satu bulan kita akan bertemu dengan kisah pribadi-pribadi yang mulia di dalam Al Qur’an. Kisah Ibrahim, Muhammad, Yusuf, Yunus, dan semua Nabi yang mulia. Dalam semua proses kehidupan yang dilaluinya. Ketika ada orang yang merasa paling gagah dan tampan, maka ia akan tunduk dan merendah setelah membaca Al Qur’an yang bercerita tentang Nabi Yusuf a.s., karena kegagahan dan ketampanannya tidak sebanding dengan kegagahan dan ketampanan Nabi Yusuf a.s.. Kepada orang yang merasa paling berkuasa, maka ia akan tunduk dan merendah setelah membaca ayat Al Qur’an yang menceritakan tentang kisah Nabi Sulaiman a.s., karena tidak ada kerajaan atau kekuasaan manapun yang melebihi kekuasaan Nabi Sulaiman a.s. baik sebelum ataupun sesudahnya. Teruntuk orang yang merasa paling menderita karena sakitnya yang parah, ia akan tertunduk dan bersyukur setelah membaca Al Qur’an tentang kisah Nabi Ayub a.s.. Kalau seseorang sakit, paling tidak masih ada orang yang merawat dan membesuknya. Sementara nabi Ayub a.s. ketika sakit, ia malah ditinggalkan oleh orang-orang terdekatnya. Dikucilkan bahkan kemudian diusir dari kampung halamannya. Kisah-kisah seperti inilah yang akan menjadi penguatan karakter iman seseorang. 
Bagaimana kisah-kisah ini bisa membentuk iman seseorang?. Jika seorang muslim mempelajari dengan baik kisah-kisah tersebut maka dia sedang menggabungkan pribadi-pribadi mulia itu kedalam dirinya. Memasukkan karakter mulia Ibrahim a.s., Yusuf a.s., Muhammad swt, dan pribadi-pribadi mulia lainnya. Oleh karena itu, sangat dianjurkan bagi kita untuk khatam membaca Al Qur’an minimal satu kali dalam satu bulan, dan tidak boleh lebih cepet dari 3 hari. Dengan bagitu kita akan berjumpa dan menyerap energi-energi hebat dari kisah-kisah hebat di dalam al-Qur’an di setiap bulannya. Itulah kenapa, ketika Aisyah r.a. ditanya tentang akhlak Rasulullah sawbeliau menjawab bahwa akhlak Rasulullah saw adalah Al Qur’an.
Yang harus dipahami, bahwa yang dimunculkan adalah kisah bukan dongeng. Karena kisah itu sumbernya otentik dan berasal dari kisah nyata, sementara dongeng adalah karangan fiksi yang mengada-ngada. Sementara yang hari ini berkembang di masyarakat kita adalah dongeng. (bersambung ke bagian III)

0 komentar:

Posting Komentar