Hal
ini sangat berbeda dengan kaum nasrani dalam menyikapi kisah yang ada pada
kitab sucinya. Semisal perbedaan antara perjanjian lama dengan perjanjian baru.
Didalam kitab perjanjian lama, hanya mengisahkan kisah-kisah terdahulu,
cerita-cerita saja. Yang tidak dipakai lagi hari ini. Sedangkan pada kitab
Perjanjian baru, isinya dibuat oleh mereka sendiri, hasil gubahan dari kitab
injil yang asli. Vatikan sebagai lembaga kerasulan mereka dengan Paus sebagai
rasulnya. Dengan lembaga kerasulan dan rasul yang mereka tunjuk itu, Mereka
bebas mengubah isi injil sesuka hati mereka. Sehingga kisah yang ada dalam
kitab injil hari ini, sangat berbeda dengan kisah yang sebenarnya ada.
Sangat
berbeda dengan kita dalam menyikapi kisah dalam al qur’an. Satu ayat pun dalam
al qur’an tidak berani untuk mengubahnya. Jangankan satu ayat, satu harakat
saja tidak boleh dirubah. Karena kisah itu Allah hadirkan sebagai bukti
kejadian dimasa lalu sekaligus sebagai inspirasi dan solusi untuk permasalahan
manusia dimasa mendatang. Sehingga harus tetap terjaga keaslian dan
kemurniannya.
Kisah
lain contohnya. Aisyah ketika mendapat musibah, didera sebuah fitnah besar.
Masalah haditsul ifki. Seorang munafik Abdullah bin Ubay yang memfitnah Aisyah
r.a. berselingkuh dengan sahabat Shafwan bin Mu'athal as-Sulami adz-Dzakwani.
Fitnah itu terjadi saat berakhirnya perang antara kaum muslimin dengan Bani
Musthakiq pada bulan Sya'ban tahun 5 hijriyah. Peperangan ini diikuti oleh
sejumlah kaum munafik, Aisyah r.a. turut pula dengan Rasulullah saw.
Dalam
perjalanan pulang saat kembali dari peperangan, rombongan kaum muslimin
berhenti di suatu tempat di dekat Kota Madinah. Saat itulah Aisyah r.a.
menyadari bahwa kalungnya telah putus dan hilang. Maka, Aisyah r.a. yang
biasanya ditandu, segera kembali ke tendanya untuk mencari kalung yang hilang
tersebut. Sementara, orang-orang yang membawa tandu tidak menyadari bahwa
beliau tidak berada di dalamnya. Setelah sekian lama ia mencari kalung
tersebut,namun kalung itu tak ditemukannya. Karena itulah Aisyah r.a. kembali
menuju tandunya. Namun, ketika sampai ia telah ditinggalkan rombongannya. Maka,
Aisyah r.a. hanya bisa pasrah. Ia berharap ada rombongan kaum muslimin yang
kembali. Terlalu lama menungu, akhirnya Aisyah r.a. terserang kantuk hingga
akhirnya tertidur.
Tanpa
diduga, di saat itu muncullah salah seorang anggota rombongan yang bernama
Shafwan bin Mu'athal as-Sulami adz-Dzakwani r.a. lewat. Shafwan ini bertugas
sebagai anggota pasukan paling belakang. Melihat ada orang yang tertinggal,
Shafwan segera menjenguknya. Namun, setelah mengetahui yang tertinggal itu
adalah Ummul Mukminin Aisyah r.a., Shafwan pun seketika terkejut. Shafwan pun
segera memberikan tunggangan untanya kepada Aisyah r.a. Sedangkan Shafwan
sendiri berjalan kaki sambil menuntun unta yang ditunggangi oleh Aisyah r.a.
Hingga akhirnya mereka berdua berhasil menyusul rombongan kaum muslimin yang
sedang beristirahat.
Melihat
kedatangan Ummul Mukminin bersama Shafwan, muncullah desas-desus terhadap
hubungan keduanya. Orang munafik seperti Abdullah bin Ubay bin Salul memfitnah
bahwa Aisyah r.a. telah berselingkuh dengan Shafwan. Fitnah itu dengan cepat
beredar hingga di Madinah sehingga menimbulkan kegoncangan di kalangan kaum
Muslimin. Karena tuduhan berselingkuh tersebut, sampai-sampai Rasululah Saw
menunjukkan perubahan sikap atas diri Aisyah r.a. Karena peristiwa itu akhirnya
Aisyah r.a. jatuh sakit.
Kondisi
fitnah itu menyebar hingga mencapai satu bulan lamanya. Dan selama itu pula,
tak ada wahyu yang diterima Nabi Muhammad SAW. Sampai kemudian, Allah Swt
mengabarkan berita gembira kepada Nabi Saw yang menyatakan bahwa Aisyah r.a.
terbebas dari segala tuduhan perselingkuhan dan fitnah itu. Penegasan Allah SWT
itu ternagkum dalam Al Qur'an, Surat An-Nuur ayat 11-26.
Di
dalam Surat An-Nuur ayat 11 Allah klarifikasi fitnah tersebut. Ketika Aisyah
r.a. dalam kondisi batin sangan berat itu, bahkan ayah dan ibunya tidak mampu
membela dirinya, maka beliau-pun
berkata, “aku tidak bisa mengatakan apapun, kecuali apa yang dikatakan
Ya’kub a.s. ‘Wa shabrun jamila’...”
Ketika
Aisyah r.a. mendapat masalah yang berat dan dalam kesedihan yang sangat luar
biasa, beliau menarik ayat Al Qur’an yang merupakan kisah yang masa terjadinya jauh
dibelakang kehidupan kala itu. Kisah Ya’kub a.s. yang juga dirundung keedihan,
karena perilaku sepuluh anaknya yang mencelakai Yusuf a.s. Aisyah r.a.
menjadikan kisah Ya’kub a.s. sebagai inspirasi sekaligus solusi terhadap
permasalahan yang dialaminya. Inilah diantara fungsi memahami kisah atau sirah
di dalam Al qur’an.
Diantara
sekian banyak kisah yang ada di dalam Al Qur’an, Surat Yusuf adalah kisah yang
terbaik. Kita tahu bahwa setiap rakyat memiliki kisah atau cerita
masing-masing. Maka Allah menyebutkan kisah yusuf ini sebagai kisah terbaik
diantara segala macam kisah yang ada. Ketika kitalihat periode turunnya surat
Yusuf, diturunkan tepat di tahun kesedihan. Dimana saat itu Rasulullah sawkehilangan
dua orang terdekat yang paling dicintainya, yaitu; Khadijah r.a., wanita yang
memberikan dukungan dakwah dari dalam rumah, dan Abu Thalib, orang yang
melindungi dan menjaga Rasulullah saw dengan dakwahnya di luar rumah wafat.
Kemudian Allah menghadirkan kisah Yusuf a.s sebagai hiburan dan inspirasi besar
untuk Rasulullah saw. Sebagai penguat kepada Rasulullah saw bahwa masalah yang
dihadapinya tidaklah seberapa dibanding kesedihan yang di alami oleh Nabi Yusuf
a.s.. Ketika mengetahui kisah nabi Yusuf a.s. inilah, Rasulullah saw
mendapatkan energi baru. Mendapatkan kekuatan untuk bangkit, karena para
pendahulunya juga telah mampu melewati kesedihan-kesedihan yang serupa.
Kalau
kita jadikan sudut pandang sebuah film, pasti ada sesuatu hal yang menjadi daya
tarik bagi penontonnya. Sebut saja wajah pemainnya yang tampan atau cantik.
Mari kita bandingkan ketampanan Nabi Yusuf dengan seluruh pemain di film atau
sinetron yang ada di televisi. Adakah seorang lelaki yang amat tampan sekali
melebihi nabi Yusuf a.s.?. Parameternya sederhana, ketika sekerumunan wanita
cantik, bertahta, dan kaya raya berkumpul di dalam sebuah tempat. Lalu
datangkanlah laki-laki yang dianggap paling tampan itu, lihat bagaimana reaksi
para wanita tersebut? Apakah ia sampai mengiris jarinya sendiri tanpa terasa
sakit sedikitpun karena sangat terpesona dengan ketampanan lelaki tersebut? Itulah
yang terjadi kepada nabi Yusuf a.s.. Dan itu bukanlah dongeng belaka, melainkan
kisah nyata yang diabadikan di dalam al-Qur’an. Nabi Yusuf a.s. tidak tersaingi
ketampanannya. Dari segi nasab atau garis keturunan, Yusuf a.s.berasal dari
garis keturunan para Nabi sampai kakek buyutnya. Ayah Yusuf a.s. adalah Nabi
Ya’kub a.s., kakeknya bernama Nabi Ishaq a.s., dan kakek buyutnya adalah Nabi
Ibrahim a.s.
Andaikan
kisah nabi Yusuf a.s. di filmkan, tentu sangat menarik. Bisa kita bayangkan,
perpindahan setting yang sangat dinamis. Mulai dari masa kecilnya di Palestina,
kemudian dibawa musafir menjadi budak ke Mesir. Di Mesir menjadi budak keluarga
istana, kemudian dijerumuskan ke penjara karena majikan yang cinta buta
kepadanya. Dari penjara kembali bebas ke istana lagi,dan didaulat menjadi pembesar Mesir setelah berhasil mentakwil mimpi raja. Dan
yang paling menarik dari sebuah kisah adalah akhir yang menyenangkan. Kita
dapati, kisah mengharukan penuh kebahagiaan dalam kisah nabi Yusuf a.s..
Puncaknya adalah pertemuan antara seorang anak dengan ayahnya yang terpisah
puluhan tahun lamanya tanpa ada kejelasan keberadaannya. Nabi Yusuf a.s.
bertemu kembali dengan nabi Ya’kub a.s. yang teramat mencintainya.
Dan masih
banyak pelajaran lagi dari kisah nabi Yusuf a.s. untuk dijadikan inspirasi.
Termasuk bagaimana pertaubatan Zulaikha setelah Nabi Yusuf a.s. keluar dari penjara. Awalnya,Zulaikha tidak mau
mengaku dan mengalah. Dia tidak rela harga dirinya direndahkan oleh seorang
budak yang dicintainya. Meskipun akhirnya, Zulaikha sendiri yang menanggung
derita karena digelapkan hatinya oleh kecintaan kepada Yusuf a.s.. Matanya
menjadi rabun, sakit-sakitan, semua harta dan kekayaannya habis dijarah orang.
Lebih parah lagi, cinta butanya kepada Yusuf a.s. telah menjadi perbincangan
seluruh masyarakat Mesir. Andakan saja, Zulaikha mau bertobat sejakdahulu,
tidak perlu orang lain tahu, hingga aibnya tersebar luas.
Dahsyatnya
kisah-kisah inilah yang akan membuat terbentuknya karakter. Kalau satu hari
kita membaca satu juz, satu bulan bisa khatam satu kali. Jika demikian, dalam
satu bulan kita akan bertemu dengan kisah pribadi-pribadi yang mulia di dalam
Al Qur’an. Kisah Ibrahim, Muhammad, Yusuf, Yunus, dan semua Nabi yang mulia.
Dalam semua proses kehidupan yang dilaluinya. Ketika ada orang yang merasa
paling gagah dan tampan, maka ia akan tunduk dan merendah setelah membaca Al
Qur’an yang bercerita tentang Nabi Yusuf a.s., karena kegagahan dan
ketampanannya tidak sebanding dengan kegagahan dan ketampanan Nabi Yusuf a.s..
Kepada orang yang merasa paling berkuasa, maka ia akan tunduk dan merendah
setelah membaca ayat Al Qur’an yang menceritakan tentang kisah Nabi Sulaiman
a.s., karena tidak ada kerajaan atau kekuasaan manapun yang melebihi kekuasaan
Nabi Sulaiman a.s. baik sebelum ataupun sesudahnya. Teruntuk orang yang merasa
paling menderita karena sakitnya yang parah, ia akan tertunduk dan bersyukur
setelah membaca Al Qur’an tentang kisah Nabi Ayub a.s.. Kalau seseorang sakit,
paling tidak masih ada orang yang merawat dan membesuknya. Sementara nabi Ayub
a.s. ketika sakit, ia malah ditinggalkan oleh orang-orang terdekatnya.
Dikucilkan bahkan kemudian diusir dari kampung halamannya. Kisah-kisah seperti
inilah yang akan menjadi penguatan karakter iman seseorang.
Bagaimana
kisah-kisah ini bisa membentuk iman seseorang?. Jika seorang muslim mempelajari
dengan baik kisah-kisah tersebut maka dia sedang menggabungkan pribadi-pribadi
mulia itu kedalam dirinya. Memasukkan karakter mulia Ibrahim a.s., Yusuf a.s.,
Muhammad swt, dan pribadi-pribadi mulia lainnya. Oleh karena itu, sangat
dianjurkan bagi kita untuk khatam membaca Al Qur’an minimal satu kali dalam
satu bulan, dan tidak boleh lebih cepet dari 3 hari. Dengan bagitu kita akan
berjumpa dan menyerap energi-energi hebat dari kisah-kisah hebat di dalam al-Qur’an
di setiap bulannya. Itulah kenapa, ketika Aisyah r.a. ditanya tentang akhlak Rasulullah
sawbeliau menjawab bahwa akhlak Rasulullah saw adalah Al Qur’an.
Yang
harus dipahami, bahwa yang dimunculkan adalah kisah bukan dongeng. Karena kisah
itu sumbernya otentik dan berasal dari kisah nyata, sementara dongeng adalah
karangan fiksi yang mengada-ngada. Sementara yang hari ini berkembang di
masyarakat kita adalah dongeng. (bersambung ke bagian III)
0 komentar:
Posting Komentar