Sekolah Penghafal Al Quran - “Tangisku adalah saat merasa bersalah karena selama 31 tahun hidup ini, dengan sekian banyak aktivitas, baru satu kali membaca Al-Qur’an dari juz pertama hingga juz terakhir.”
Jujur saja, aku bukanlah seorang muslim yang baik. Jangankan khusyuk, bahkan dalam beribadahpun terkadang masih banyak lalainya. Entah karena kesibukan, lupa entah yang lebih mengkhawatirkan lagi memang tidak melakukannya karena malas.
Begitupun dalam membaca Al-quran. Memang sekitar dua puluh tahun yang lalu, dalam keseharianku tidak pernah luput untuk membacanya. Selain karena sedang dalam tahap belajar bersama guru ngaji, juga karena orang tuaku yang senantiasa menegur jika dalam satu hari mereka tidak melihat atau mendengarku membacanya.
Baru sekitar dua bulan yang lalu, seseorang mengajakku untuk mengikuti sebuah program membaca Al-Qur’an yang bernama One Day One Juz (ODOJ). Semula, ajakan itu tidak begitu kuhiraukan. Bukan karena tidak tertarik, melainkan perasaan berat karena merasa dibebani dengan kewajiban membaca Al-Qur’an sebanyak satu juz dalam sehari.
Pada beberapa bulan ini aku memang merasa ingin kembali mengisi kekuranganku dalam beribadah. Ajakan untuk mendaftar di ODOJ menjadi bahan pertimbangan dan aku pun mulai untuk kembali membaca Al-quran walaupun belum mendaftar di ODOJ.
Setelah merasa yakin, aku memberanikan diri dan memperkuat niat untuk bergabung dengan ODOJ. Pada saat itu pula, aku meyakinkan tekad untuk membaca Alquran dengan bantuan semangat para Odojer untuk tidak lepas membaca Alquran selama sisa hidup kedepannya. Aamiin.
Ternyata, pada juz awal, mungkin karena waktu kecil akrab (sering membacanya), aku tidak begitu kesulitan. Satu juz perhari rasanya tidak begitu bermasalah untuk dilakukan. Namun, saat pertengahan dan seterusnya, aku baru menemukan kendala. Aku membaca dengan banyak terbata-bata, merasa asing dengan lafadz dan tajwidnya.
Aku baru sadar, ternyata banyak terlewatkan dalam Al-Qur’an yang belum pernah kubaca seumur hidup ini. Saat-saat itulah kemudian teringat, bagaimana aku akan menjawab pertanyaan malaikat nanti. Ketika ditanya “Man Kitabuka?” Entah bagaimana, saat itupula aku meneteskan air mata. Karena sebagai pedoman hidup, sebagai kitab suci yang diagungkan, untuk dibaca saja aku masih mengalami banyak kesulitan.
Pada saat membaca dengan terbata tersebut, rasanya semakin sulit karena selalu kabur penglihatan mata ini oleh linangan air mata. Kemudian aku berusaha membaca dengan perasaan menyesal karena tidak terus belajar hingga saat ini. Terkadang, perlu beberapa menit aku berhenti membaca untuk menenangkan diri dan bersiap membacanya kembali.
Pada juz pertama hingga ketiga, hanya perlu satu jam untuk menyelesaikan setiap juznya. Namun pada juz berikutnya, aku perlu tiga hingga empat jam untuk menyelesaikannya, yang biasa kulakukan setelah sholat Subuh, Asar dan Isya.
Pada juz terakhir, aku akan merasa tidak asing lagi karena terdapat surat-surat pendek yang sudah sering kudengar. Bahkan diantaranya sudah kuhafal juga.
Surat terakhir kubaca dengan sangat perlahan. Rasanya begitu rindu kembali membaca Alquran. Perasaan sedih, haru, sesal bercampur di dada. Sedih dan haru karena sudah selesai membaca dari juz 1 hingga 30 dan perasaan sesal karena baru pertama kali seumur hidup aku berhasil khatam Al-Qur’an.
Saat ini, bersama beberapa teman di kampung aku kembali belajar mengaji dengan guru saat dulu masih Sekolah Dasar (SD). Aku tidak malu, walaupun sebesar ini masih belajar bersama anak SD. Aku hanya malu karena telah banyak waktu yang kugunakan sehingga tidak sempat untuk terus membaca Alquran.
InsyaAllah, aku sudah bertekad untuk terus membaca Alquran. Aku akan mengisi keseharianku dengan lantunan ayat suci. Aamiin.
Jujur saja, aku bukanlah seorang muslim yang baik. Jangankan khusyuk, bahkan dalam beribadahpun terkadang masih banyak lalainya. Entah karena kesibukan, lupa entah yang lebih mengkhawatirkan lagi memang tidak melakukannya karena malas.
Begitupun dalam membaca Al-quran. Memang sekitar dua puluh tahun yang lalu, dalam keseharianku tidak pernah luput untuk membacanya. Selain karena sedang dalam tahap belajar bersama guru ngaji, juga karena orang tuaku yang senantiasa menegur jika dalam satu hari mereka tidak melihat atau mendengarku membacanya.
Baru sekitar dua bulan yang lalu, seseorang mengajakku untuk mengikuti sebuah program membaca Al-Qur’an yang bernama One Day One Juz (ODOJ). Semula, ajakan itu tidak begitu kuhiraukan. Bukan karena tidak tertarik, melainkan perasaan berat karena merasa dibebani dengan kewajiban membaca Al-Qur’an sebanyak satu juz dalam sehari.
Pada beberapa bulan ini aku memang merasa ingin kembali mengisi kekuranganku dalam beribadah. Ajakan untuk mendaftar di ODOJ menjadi bahan pertimbangan dan aku pun mulai untuk kembali membaca Al-quran walaupun belum mendaftar di ODOJ.
Setelah merasa yakin, aku memberanikan diri dan memperkuat niat untuk bergabung dengan ODOJ. Pada saat itu pula, aku meyakinkan tekad untuk membaca Alquran dengan bantuan semangat para Odojer untuk tidak lepas membaca Alquran selama sisa hidup kedepannya. Aamiin.
Ternyata, pada juz awal, mungkin karena waktu kecil akrab (sering membacanya), aku tidak begitu kesulitan. Satu juz perhari rasanya tidak begitu bermasalah untuk dilakukan. Namun, saat pertengahan dan seterusnya, aku baru menemukan kendala. Aku membaca dengan banyak terbata-bata, merasa asing dengan lafadz dan tajwidnya.
Aku baru sadar, ternyata banyak terlewatkan dalam Al-Qur’an yang belum pernah kubaca seumur hidup ini. Saat-saat itulah kemudian teringat, bagaimana aku akan menjawab pertanyaan malaikat nanti. Ketika ditanya “Man Kitabuka?” Entah bagaimana, saat itupula aku meneteskan air mata. Karena sebagai pedoman hidup, sebagai kitab suci yang diagungkan, untuk dibaca saja aku masih mengalami banyak kesulitan.
Pada saat membaca dengan terbata tersebut, rasanya semakin sulit karena selalu kabur penglihatan mata ini oleh linangan air mata. Kemudian aku berusaha membaca dengan perasaan menyesal karena tidak terus belajar hingga saat ini. Terkadang, perlu beberapa menit aku berhenti membaca untuk menenangkan diri dan bersiap membacanya kembali.
Pada juz pertama hingga ketiga, hanya perlu satu jam untuk menyelesaikan setiap juznya. Namun pada juz berikutnya, aku perlu tiga hingga empat jam untuk menyelesaikannya, yang biasa kulakukan setelah sholat Subuh, Asar dan Isya.
Pada juz terakhir, aku akan merasa tidak asing lagi karena terdapat surat-surat pendek yang sudah sering kudengar. Bahkan diantaranya sudah kuhafal juga.
Surat terakhir kubaca dengan sangat perlahan. Rasanya begitu rindu kembali membaca Alquran. Perasaan sedih, haru, sesal bercampur di dada. Sedih dan haru karena sudah selesai membaca dari juz 1 hingga 30 dan perasaan sesal karena baru pertama kali seumur hidup aku berhasil khatam Al-Qur’an.
Saat ini, bersama beberapa teman di kampung aku kembali belajar mengaji dengan guru saat dulu masih Sekolah Dasar (SD). Aku tidak malu, walaupun sebesar ini masih belajar bersama anak SD. Aku hanya malu karena telah banyak waktu yang kugunakan sehingga tidak sempat untuk terus membaca Alquran.
InsyaAllah, aku sudah bertekad untuk terus membaca Alquran. Aku akan mengisi keseharianku dengan lantunan ayat suci. Aamiin.
0 komentar:
Posting Komentar