Undangan reuni di surga

Oleh: Usth. Yanti Tanjung Reuni seringkali momentnya indah berkumpul dengan teman, sahabat lama setelah beberapa tahun lamanya terpisah oleh ruang dan waktu. Pertemuan itu seakan mengingatkan kembali kenangan lama, bisa semasa sekolah, semasa pernah bersama dalam agenda tertentu yang tidak pernah terlupakan. Inilah fenomena reuni. Ayah bunda adalah dua sosok yang paling lama bersama ananda dalam satu atap, dalam satu keluarga. Momen-moment indah tentunya pernah dialami sejak ananda lahir ke dunia, kebahagiaan tidak bisa dikata, hadirnya bayi mungil yang menghiasi rumah. Seiring dengan waktu anandapun tumbuh berkembang, tak bisa dibiarkan hidup tanpa sentuhan pengasuhan dan pendidikan yang yang benar agar ananda tetap terjaga dalam fthrah sucinya.
Namun saat anak dan orang tua terpisah oleh ruang,jarak dan waktu seringkali membuat kerinduan yang mendalam dan berharap bisa bertemu kembali saat anak-anak pulang ke rumahnya ke kampung halamannya. Semua ini bisa saja terjadi di dunia dan harapan itu tentu masih ada dan nyata di depan mata. Bagaimana bila ayah bunda dan ananda terpisah oleh jarak dan waktu yang tak bisa dipastikan kapan terjadinya bahkan tak bisa memastikan kemana alamat yang harus dituju setelah perpisahan itu terjadi? Saat seorang ayah pulang keharibaan sang Khaliqnya, begitupun ibu kembali pada genggamanNya dan sang anak juga berhadapan dengan Allah adakah kepastian bisa berkumpul bersama itu bisa diprediksi, apa yang bisa menghubungkan mereka di akhirat nanti? Bisakah reuni ini terjadi ? Yang menghubungkan kita orang tua dengan anak-anak bukanlah harta, bukan pula jabatan yang kita punya pun kehormatan, karena manusia tidak membawanya bersama kematiannya. Namun yang menghubungkan kita dengan anak-anak adalah keimanan, keimanan yang kita ajarkan kepadanya lalu mereka mengikuti keimanan itu dalam hidupnya. Inilah yang membuat amal shalih ayah bunda senantiasa mangalir hingga di regang kematiannya hattal jannah. Maka jangan pernah menyerahkan persoalan keimanan itu pada siapapun karena ini adalah bagian kita orang tua. Jika kita serahkan pada orang lain lantas apa yang menghubungkan kita dengan ananda? Dari Sa’id bin Jubair dari Ibnu ‘Abbas radhiallahu’anhuma, beliau berkata, إن الله ليرفع ذرية المؤمن إليه في درجته و إن كانوا دونه في العمل ، لتقربهم عينه ، ثم قرأ : *( و الذين آمنوا و اتبعتهم ذريتهم بإيمان ) الآية ،ثم قال : و ما نقصنا الآباء بما أعطينا البنين “ “Allah mengangkat derajat anak cucu seorang mukmin setara dengannya, meskipun amal perbuatan anak cucunya di bawahnya, agar kedua orangtuanya tenang dan bahagia. Kemudian beliau membaca firman Allah yang artinya, “Dan orang-orang yang beriman, dan yang anak cucu mereka mengikuti mereka dalam keimanan” ( AthThuur : 21)  kemudian beliau berkata: dan kami tidak mengurangi dari bapak-bapak mereka apa yang kami berikan kepada anak mereka” Dalam Tafsir Jalalain dijelaskan bahwa anak tersebut diangkat derajatkan setara orang tua mereka agar mereka bisa berkumpul besama dengan anak-cucu mereka di surga kelak, {ألحقنا بهم ذرياتهم} المذكورين في الجنة فيكونون في درجتهم وإن لم يعملوا تكرمة للآباء باجتماع الأولاد إليهم “Maksud dari “Kami hubungkan anak cucu mereka dengan mereka” yaitu, anak-cucu mereka kelak di surga, sehingga jadilah anak-cucu mereka sama derajatnya dengan mereka walaupun anak-cucu mereka tidak beramal seperti mereka, sebagai penghormatan terhadap bapak-bapak mereka agar bisa berkumpul dengan anak-cucu mereka (di surga kelak)” Jika yang menghubungkan reuni kita di dunia dengan teman sejawat adalah angkatan saat kita sekolah, maka di akhirat adalah keimanan, ilmu yang kita ajarkan dan amal shaleh yang kita ukir dalam dada mereka. Sungguh kerinduan kita menjalani hidup abadi bersama di surga Firdaus adalah reuni sejati. Reuni kita tidak akan pernah terjadi dengan anak-anak jika kita adalah orang tua durhaka yang mengabaikan peran pendidikan untuk mereka. Atau reuni kita terjadi di tempat yang menyesakkan, menyakitkan dan penuh penderitaan di nerakanya Allah na’udzubillahi mindzalik. Wallaahu a'lam bishshowab

0 komentar:

Posting Komentar