Memaknai kembali arti cinta

by: Wiwin Rahma Suryanti Untuk kesekian kalinya saya merelakan telinga ini mendengar kisah sedih wanita yang tersakiti hatinya. Kehidupan berumahtangga adalah satu episode kehidupan yang menyajikan banyak kisah. Tak kan pernah kering tinta pena untuk menuliskannya. Tak kan pernah lelah jemari ini mengetuk tuts keypad untuk mengurainya menjadi kata, untaian kalimat dan berbait-bait kisah. Ketika cinta dan kasih sayang mulai layu bahkan mengering saat itulah balada kesedihan dalam kehidupan berumahtangga terdendangkan. Manisnya madu pernikahan perlahan berganti pahitnya empedu. Rumahtangga yang dulu bertabur wangi bunga mulai berganti aroma busuk perselingkuhan, poligami diam-diam dan yang paling rendah tingkatannya, kedustaan demi kedustaan bertebaran dalam hubungan suami istri yang sebelumnya dihiasi kejujuran dan keterbukaan. Kemana perginya aroma wangi itu? Cinta, kasih sayang dan semua romantisme itu? Sebelum semuanya berujung pada kehancuran mahligai rumah tangga, sudah sepatutnya suami dan istri berhenti sejenak. Review, refleksi, evaluasi kehidupan pernikahan yang sudah dilalui. Untuk selanjutnya me-refresh dan recharge energi untuk melanjutkan kembali perjalanan. Perjalanan yang sudah dilalui belum seberapa bila dibandingkan perjalanan panjang yang harus ditempuh menuju alam keabadian. Wahai para suami, pandangilah istrimu dalam lelap tidurnya. Wanita yang dulu, dengan nama Allah, kalian ambil perwaliannya dari ayahnya. Wanita yang rela rahimnya kalian tanami dengan benih-benih kalian. Wanita yang berjuang susah payah mengandung dan melahirkan buah cinta kalian. Wanita yang mendampingimu menapaki tangga-tangga kehidupan. Tataplah istrimu dalam-dalam, bahkan ketika api cinta telah padam… Wahai para istri, pandangilah suamimu dalam lelap tidurnya. Lelaki yang dulu, dengan nama Allah, mengambil perwalian dari ayah kalian. Lelaki yang sejak ikrar itu diucapkan, berjuang siang malam memenuhi kebutuhan hidup kalian. Lelaki yang rambutnya perlahan mulai beruban dan wajahnya makin penuh guratan kelelahan. Tataplah suamimu dalam-dalam, bahkan ketika bara kemarahan terpendam dan api cinta telah padam… Rasakan, resapi, hayati, semua perasaan yang ada ketika itu kalian lakukan. Telisik ke lubuk sanubari yang paling dalam: masih adakah harapan bahtera ini berlabuh ke pulau impian? Masihkah dia dan dia yang ada hingga akhir kehidupan? Dia, atau yang lain? Tanyakan ke lubuk hatimu yang terdalam…. 🍂🥀🍂🥀🍂🥀 Senaken, 071117

0 komentar:

Posting Komentar