Menjadi Hafidz Al-Qur’an di Usia Belia.

Menjadi Hafidz Al-Qur’an di Usia Belia.

Sekolah Penghafal Al-Qur’an (SPA) Rijalul Qur’an program Yatim dan Dhu’afa kembali “menelorkan” santri-santrinya menjadi para hafidz Al-Qur’an. Yang pertama adalah seorang remaja asli Semarang yang terlahir dari keluarga petani di Semarang pada tanggal 10 September 1998, dari seorang Ayah yang bernama Bapak Damsuki dan Ibu yang bernama Ibu Mutomimah, ia adalah Muhammad Kholilurrohman. Akh Kholil-panggilan akrab dari teman-temannya di pondok- ini menghafal Al-Qur’an sejak kelas tahasus (kelas khusus pendalaman bacaan dan hafalan Al-Qur’an sebelum masuk kelas1 SMP) hingga sekarang ia hampir lulus dari almamaternya, MTs Al-Islam Gunung Pati Semarang. Ia merupakan salah satu dari 3 Santri SPA Rijalul Qur’an kelas 3 yang terus istiqomah menjadi pejuang Al-Qur’an di SPA RQ hingga saat ini. Sebelumnya ada 10 santri yang diterima diangkatannya namun seleksi alam pun terjadi dengan sendirinya hingga menguji ketangguhan dan kegigihan mereka dalam menghafal Al-Qur’an. Aktivitas belajar di sekolahnya yang cukup padat tidak menjadi kendala baginya untuk terus istiqomah menyetorkan hafalan setiap harinya kepada ustadz di pondok. Kholil yang memiliki hobi membaca buku dan tadabbur alam ini tidak ingin hanya puas dengan gelarnya sebagai hafidz Al-Qur’an lalu berhenti dari perjuangannya menuntut ilmu, tidak. Untuk melanjutkan belajarnya dan demi meraih cita-cita nya yang mulia yakni menjadi seorang ulama ahli alquran (tafsir), hadits, dan fiqih, ia akan melanjutkan belajarnya (dan sudah dinyatakan diterima) di Pondok Pesantren Chusnul Chotimah, Kuningan. Santri hafidz selanjutnya adalah Furqon Annur Rahman, santri kelas 3 SMP yang juga telah berhasil menyandang Al-hafidz di usianya yang belum genap 16 tahun. Bersama Muhammad Kholilurrohman, ia telah berhasil menyelesaikan hafalannya sesuai target dari awal, 30 juz Al-Qur’an dalam waktu lebih kurang 4 tahun. Santri yang menyukai baca buku dan jalan-jalan ini lahir di Klaten pada tanggal 17 Oktober 1998 dari seorang Ayah yang bernama Bapak Sukino dan seorang Ibu yang bernama Ibu Sulami. Remaja penuh semangat yang bercita-cita ingin menjadi seorang ulama hafidz internasional ini juga mengantongi prestasi yang cukup membanggakan, diantaranya ia pernah menjadi Juara III Putra Gol 10 Juz dan Tilawah Hafdzil Quran MTQ Umum XXV Kota Semarang Tahun 2013. Dua santri tersebut diatas merupakan profil remaja-remaja harapan bangsa dan umat yang telah membuktikan bahwa tidak terlahir dari keluarga yang berkecukupan tidaklah menjadi penghalang bagi mereka untuk menjadi keluarganya Allah, meraih gelar mulia Al-hafidz dan akan terus mengejar cita-citanya menjadi ulama, pewaris nabi yang hafidz, sholeh, dan tawadlu.

0 komentar:

Posting Komentar